Untuk menjawab semua permintaan temen2 di posting sebelumnya uang berjudul Pengertian Mineral disini saya akan lebih memperinci mengenai pengertian mineral.. semoga dapat membantu temen2 yang membutuhkannya..
langsung cekidot ya..
PECAHAN | KETERANGAN |
Conchoidal | Pecah bergelombang melengkung seperti kulit bawang atau botol pecah. Contoh : Kuarsa, Olivin |
Hackly | Pecah tajam-tajam, seperti besi pecah. Contoh : Stibnite |
Fibrous/Splintery | Pecahan menunjukkan bentuk seperti serat. Contoh : Asbestos, Gypsum, Anhydrite |
Even | Bidang pecah halus-agak kasar, masih mendekati bidang datar. Contoh : Galena |
Uneven | Permukaan pecah kasar dan tidak teratur seperti kebanyakan mineral. Contoh : Hematite |
Kekerasan | Alat Penguji |
2,5 | Kuku Manusia |
3 | Kawat Tembaga |
5,5 – 6 | Pecahan Kaca |
5,5 – 6 | Pisau Baja/Paku Baja |
6,5 – 7 | Kikir Baja |
Kekerasan | Nama Mineral | Unsur/Senyawa Kimia |
1 | Talc (Talk) | Hydrat Magnesium Silikat |
2 | Gypsum (Gipsum) | Hydrat Kalsium Fosfat |
3 | Calcite (Kalsit) | Kalsium Karbonat |
4 | Fluorspar (Fluorit) | Kalsium Flour |
5 | Apatite (Apatit) | Kalsium Fosfat |
6 | Feldspar/Ortoklas | Alkali Silikat |
7 | Quartz (Kuarsa) | Silika |
8 | Topaz | Alumina Silikat |
9 | Corondum | Alumina |
10 | Diamond (Intan) | Karbon |
Sumber : Wikipedia
Kota Samarinda adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda dapat dicapai dengan perjalanan darat, laut dan udara. Dengan Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota Samarinda, yang menjadi "gerbang" menuju pedalaman Kalimantan Timur. Kota ini memiliki luas wilayah 718 km² dan berpenduduk 593.853 jiwa (2007.
Sejarah
Wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara
Kerajaan Kutai Ing Martadipura berdiri pada abad ke-4 sampai dengan abad ke-17 Masehi dan berpusat di Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Kerajaan Kutai Kartanegara yang berdiri tahun 1300 sampai dengan tahun 1959 mengalami dua kali perpindahan pusat pemerintahan. Pusat pemerintahan tahun 1735-1959 tidak disebutkan dalam cerita. Tahun 1300-1734 berpusat di Kutai Lama atau Tepian Batu. Raja pertama bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti dan permaisurinya bernama Putri Karang Melenu.[3]
Pada waktu itu, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara meliputi daerah yang luas, mulai daerah pantai, daerah kiri kanan Sungai Mahakam, sampai batas wilayah Muara Kaman ke udik. Daerah itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Ing Martadipura sampai masa runtuh kerajaan itu pada abad ke-17.
Wilayah Samarinda termasuk pula ke dalam wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara. Akan tetapi saat itu, belum ada sebuah desa pun berdiri, apalagi kota. Sampai pertengahan abad ke-17, wilayah Samarinda merupakan lahan persawahan dan perladangan beberapa penduduk. Lahan persawahan dan perladangan itu umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus dan sungai Karang Asam.
Berdirinya kota Samarinda tidak terlepas dari hijrah orang-orang Bugis Wajo, Sulawesi Selatan. Merekalah yang membangun Samarinda. Menurut lontara atau silsilah kedatangan suku Bugis menyebar ke seluruh Nusantara bermula pada tahun 1668.
Penyebaran itu terjadi karena kerusuhan di Kerajaan Bone Sulawesi Selatan pada tahun 1665. Ketika itu diadakan perhelatan besar pernikahan putra Goa dengan putri Bone. Kemudian terjadi perkelahian antara putra-putra Bone dan putra-putra bangsawan Wajo karena acara sabung ayam. Saat itu putra bangsawan Bone tewas tertikam keris sakti putra Wajo.
Awal mula berdirinya Samarinda
Perjanjian Bungaya
Pada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut Kompeni menyerang Makassar dari laut, sedangkan Arung Palakka yang mendapat bantuan dari Belanda karena ingin melepaskan Bone dari penjajahan Sultan Hasanuddin (raja Gowa) menyerang dari daratan. Akhirnya Kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667.
Kedatangan orang Bugis ke Kesultanan Kutai
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Rumah Rakit yang Sama Rendah
Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado bersama pengikutnya yang asal tanah Sulawesi membuka perkampungan di Tanah Rendah. Pembukaan perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak laut asal Pilipina yang sering melakukan perampokan di berbagai daerah pantai wilayah kerajaan Kutai Kartanegara. Selain itu, Sultan yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka. Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama ini tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya.
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan ejaan Samarinda. Istilah atau nama itu memang sesuai dengan keadaan lahan atau lokasi yang terdiri atas dataran rendah dan daerah persawahan yang subur.
Penduduk menerima bagian lahan yang sama-sama rendah sehingga wilayah itu dinamakan "sama rendah". Akhirnya daerah itu disebut Samarinda. Penduduk Samarinda setiap tahun bertambah karena orang-orang Wajo berdatangan dan menetap di sana.
Berhadapan dengan daerah pemukiman baru ini, di tepi kanan Sungai Mahakam berkembang pula pemukiman di sekitar sungai Karang Mumus dan Karang Asam. Pemukiman ini dibangun para petani dan nelayan suku Kutai dan suku Banjar, pendatang dari Kalimantan Selatan.
La Mohang Daeng Mangkona mulai membangun daerah baru itu dengan bantuan seluruh pengikutnya. Hutan belantara ditebas dan kayu-kayu besar ditebang. Setelah lahan terbuka dan pohon-pohon kering dibakar terbukalah daerah persawahan yang luas di tanah datar dan rendah tanpa bukit-bukit. Air tadah hujan menggenangi lahan yang pada saatnya ditanami bibit padi sawah.
Rumah-rumah didirikan di tepi Sungai Mahakam, membujur dari hilir ke hulu. Setiap keluarga mendirikan tumah tinggal yang dikerjakan secara gotong-royong. Dengan sistem gotong-royong semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
Pua Ado diberi gelar Panglima Sepangan Pantai. Ia bertanggungjawab terhadap keamanan rakyat dan kampung-kampung sekitar sampai ke bagian Muara Badak, Muara Pantuan dan sekitarnya. Keputusan sidang kerajaan membuka Desa Sama Rendah memang jitu. Sejak saat itu, keamanan di sepanjang pantai dan jalur Mahakam menjadi kondusif. Tidak ada lagi bajak laut yang berani beraksi. Dengan demikian, kapal-kapal dagang yang berlayar, baik dari Jawa maupun daerah lainnya bisa dengan aman memasuki Mahakam. Termasuk kapal-kapal pedagang Belanda dan Inggris. Mereka berlayar hingga ke pusat Kerajaan, di Tepian Pandan. Dengan demikian roda pemerintahan berjalan dengan baik serta kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat.
Sejak kedatangan bangsa Belanda yang memerintah di Indonesia sebagai penjajah, daerah ini dibangun menjadi pusat pemerintahan di Kalimantan Timur, wilayah antara Karang Mumus dan Karang Asam.
Bangsa Jepang datang ke Samarinda pada tanggal 3 Februari 1942 setelah menguasai Tarakan dan Balikpapan. Sesampainya di Samarinda, pada tanggal 5 Februari 1942, tentara Jepang melanjutkan penyerbuaannya ke Lapangan Terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh Tentara Hindia Belanda (KNIL). Dengan berhasil direbutnya lapangan terbang itu, dengan mudah pula Banjarmasin diduduki oleh tentara Jepang pada tanggal 10 Februari 1942.
Samarinda Seberang
Sejarah terbukanya sebuah kampung yang menjadi kota besar, dikutip dari buku berbahasa Belanda dengan judul “Geschiedenis van Indonesie“ karangan de Graaf. Buku yang diterbitkan NV.Uitg.W.V.Hoeve, Den Haag, tahun 1949 ini juga menceritakan keberadaan Kota Samarinda yang diawali pembukaan perkampungan di Samarinda Seberang yang dipimpin oleh Pua Ado. Belanda yang mengikat perjanjian dengan kesultanan Kutai kian lama kian bertumbuh. Bahkan, secara perlahan Belanda menguasai perekonomian di daerah ini. Untuk mengembangkan kegiatan perdagangannya, maka Belanda membuka perkampungan di Samarinda Seberang pada tahun 1730 atau 62 tahun setelah Pua Ado membangun Samarinda Seberang. Di situlah Belanda memusatkan perdagangannya. Namun demikian, pembangunan Samarinda Seberang oleh Belanda juga atas ijin dari Sultan Kutai, mengingat kepentingan ekonomi dan pertahanan masyarakat di daerah tersebut. Apalagi, Belanda pada waktu itu juga menempatkan pasukan perangnya di daerah ini sehingga sangat menjamin keamanan bagi Kerajaan Kutai.
Samarinda berkembang terus dengan bertambahnya penduduk yang datang dari Jawa dan Sulawesi dalam kurun waku ratusan tahun. Bahkan sampai pada puncak kemerdekaan tahun 1945 hingga keruntuhan Orde Lama yang digantikan oleh Orde Baru, Samarinda terus ’disatroni’ pendatang dari luar Kaltim. Waktu itu Tahun 1966 adalah peralihan masa Orde Lama ke Orde Baru. Keadaan semuanya masih acak dan semberawut. Masalah keamanan rakyat memang terjamin dengan terbentuknya Hansip (Pertahanan Sipil) yang menggantikan OPR (Organisasi Pertahanan Rakyat). Hansip mendukung keberadaan Polisi dan TNI.
Kendati terbilang maju pada zamannya, perubahan signifikan Kota Samarinda dimulai ketika Walikota Kadrie Oening diangkat dan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusan No.Pemda 7/ 67/14-239 tanggal 8 November 1967. Ia menggantikan Mayor Ngoedio yang kemudian bertugas sebagai pejabat tinggi pemerintahan Jawa Timur di Surabaya. Kotamadya Samarinda pada tahun 1950 terbagi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Ilir dan Samarinda Seberang. Luas wilayahnya saat itu hanya 167 km². Kemudian pada tahun 1960 wilayah Samarinda diperluas menjadi 2.727 km² meliputi daerah Kecamatan Palaran, Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja. Namun belakangan, kembali terjadi perubahan. Kota Samarinda hanya tinggal Kecamatan Palaran, Samarinda Seberang, Samarinda Ilir, dan Samarinda Ulu.
Penetapan hari jadi Kota Samarinda
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980. 21 Januari 1668 / 5 Sya'ban 1070 Hijriyah : Kedatangan orang-orang suku Bugis Wajo mendirikan pemukiman di muara Karang Mumus.
Berdirinya Pemerintahan Kota Samarinda
Pemerintah Kotamadya Dati II Samarinda dan Kotapraja
Dibentuk dan didirikan pada tanggal 21 Januari 1960, berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1953, Lembaran Negara No. 97 Tahun 1953 tentang Pembentukan daerah-daerah Tingkat II Kabupaten/kotamadya di Kalimantan Timur
Semula Kodya Dati II Samarinda terbagi dalam 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Ilir, dan Samarinda Seberang. Kemudian dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan Timur No. 18/SK/TH-Pem/1969 dan SK No. 55/TH-Pem/SK/1969, terhitung sejak tanggal 1 Maret 1969, wilayah administratif Kodya Dati II Samarinda ditambah dengan 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Palaran, Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja. Saat ini Samarinda terdiri dari 6 kecamatan, tidak termasuk Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja, ketiganya masuk dalam Kabupaten Kutai Kartanegara.
Setelah PP No. 38 Tahun 1996 terbit, wilayah administrasi Kodya Dati II Samarinda mengalami pemekaran, semula terdiri dari 4 kecamatan menjadi 6 kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Sungai Kunjang dengan 7 kelurahan,
2. Kecamatan Samarinda Ulu dengan 8 kelurahan,
3. Kecamatan Samarinda Utara dengan 6 kelurahan,
4. Kecamatan Samarinda Ilir dengan 13 kelurahan,
5. Kecamatan Samarinda Seberang dengan 8 kelurahan, dan
6. Kecamatan Palaran dengan 5 kelurahan.
Rencananya kecamatan dan kelurahan tersebut akan dimekarkan kembali dengan usulan nama kecamatan Samarinda Kota, kecamatan Samarinda Selatan, kecamatan Sambutan, dan kecamatan Sungai Pinang. Usulan ini masih dalam pembahasan DPRD Kota Samarinda.
Berdasarkan Perda Kota Samarinda No. 1 Tahun 1988, tanggal 21 Januari 1988, ditetapkan Hari Jadi Kota Samarinda adalah tanggal 21 Januari 1668. Penetapan ini bertepatan dengan Peringatan Hari Jadi Kota Samarinda ke-320.
Maskot Kota Samarinda
Pesut Mahakam adalah maskot kota Samarinda. Namun saat ini Pesut Mahakam tidak terlihat lagi di sepanjang sungai Mahakam kota Samarinda. Pesut Mahakam terdesak oleh kemajuan kota dan pindah ke hulu sungai. Populasi Pesut Mahakam semakin menurun dari tahun ke tahun. Bahkan menurut sebuah penelitian, Pesut Mahakam sekarang tinggal 50 ekor. Jika tidak dilakukan antisipasi dan pelestarian, maka dalam waktu beberapa tahun saja Pesut Mahakam akan punah, menyusul pesut dari Sungai Irrawaddy dan Sungai Mekong yang sudah terlebih dahulu punah dan Pesut Mahakam adalah pesut air tawar terakhir yang hidup di planet bumi.
Tempat wisata
Kawasan Wisata Budaya Pampang
Kawasan Pampang yang terletak sekitar 20 km dari kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan raya Samarinda-Bontang. Daya tarik yang dapat disaksikan adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah yang diselenggarakan setiap hari Minggu pukul 14.00 wita.
Air Terjun Tanah Merah
Terletak sekitar 14 km dari pusat kota Samarinda tepatnya di dusun Purwosari kecamatan Samarinda Utara. Tempat ini merupakan pilihan tepat bagi wisata keluarga karena dilengkapi pendopo istirahat, tempat berteduh dengan pohon peneduh di sekitar lokasi, warung, areal parkir kendaraan yang luas, pentas terbuka dan tempat pemandian. untuk mencapai obyek wisata tersebut, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat serta angkutan umum trayek Pasar Segiri - Sungai Siring. Untuk saat ini tempat wisata ini kurang mendapat perhatian akibatnya mutu pelayanan jadi berkurang sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah untuk mengembangkan tempat ini.
Penangkaran Buaya Makroman
Terletak di kawasan Makroman dengan jarak lebih kurang 6 km dari pusat kota Samarinda. Jenis buaya yang dipelihara yaitu buaya air tawar dan buaya Supit. Tempat pengembangbiakan buaya ini telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kebun Raya Samarinda
Terletak di sebelah Utara kota Samarinda yang berjarak 20 km atau 30 menit perjalan darat. Di Kebun Raya Samarinda terdapat atraksi Danau alam, kebun binatang, panggung hiburan.
Telaga Permai Batu Besaung
Obyek wisata Telaga Permai Batu Besaung merupakan obyek wisata alam, terletak di Sempaja 15 km dari pusat kota Samarinda dengan kendaraan motor/mobil. Obyek wisata ini telah dilengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda
Terletak di Jalan Pangeran Bendahara Samarinda Seberang. Obyek wisata ini merupakan proses pembuatan sarung tradisional Samarinda, yang berjarak 8 km dari pusat kota Samarinda. Obyek tersebut telah dilengakapi sarana dan prasarana wisata. Kerajian tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di sisi kiri Mahakam (sekarang menjadi Samarinda Seberang). Hampir disetiap perkampungan suku Bugis (kelurahan masjid Baka) dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional disebut "Gedokan" atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produk yang dihasilkan untuk 1 (satu) buah sarung memakan waktu tiga minggu.
Citra Niaga
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan seluas 2,7 hektare[10] yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%). Citra Niaga dibangun pada tanggal 27 Agustus 1987. Pusat Kegiatan karya arsitek Antonio Ismael ini pernah memperoleh perhargaan internasional Aga Khan Award for Architecture (AKAA) pada tahun 1989. Citra Niaga pernah mengalami kebakaran pada tahun 2006 dan kemudian dibangun kembali namun tidak persis sama dengan kondisi awal dibangun dan merupakan pusat kerajinan tradisional di kota Samarinda.
Tempat wisata lainnya
* Masjid Islamic Center Samarinda
* Masjid Shiratal Mustaqiem
* Taman Tepian Mahakam
* Makam La Mohang Daeng Mangkona
Fasilitas Olahraga
* Kompleks Stadion Segiri, yang merupakan komplek olahraga pertama di kota Samarinda terdapat Stadion Segiri
* Kompleks Stadion Madya Sempaja, mulai digunakan 2002 terdapat Stadion Madya Sempaja
* Kompleks Stadion Utama Kaltim, mulai digunakan 2008 terdapat Stadion Utama Palaran
Pusat perbelanjaan
Plaza dan Mal
* Mal Mesra Indah, yang merupakan mal pertama di kota Samarinda.
* Mal Lembuswana, mal ini terletak di pusat kota Samarinda. Mal ini merupakan mal terluas di Samarinda yang ditandai dengan adanya parkir yang cukup memadai.
* Samarinda Central Plaza, merupakan mal ketiga yang dibangun di kota Samarinda sekitar tahun 1998. Mal ini terletak di Jl.Pulau Irian.
* Plaza Mulia, merupakan mal keempat yang dibangun dan dibuka pada pertengahan September 2009. Mal ini berlokasi di Jl.Bhayangkara.
* Samarinda Square (SS), mal kelima di Samarinda dan telah dibuka pada 12 Agustus 2010. Mal ini berlokasi di Jl.Muhammad Yamin, Gunung Kelua
Pertokoan
* Citra Niaga yang merupakan taman hiburan rakyat pertama yang berdiri dikota samarinda, citra niaga memenangkan Aga Khan Award karena desainnya yang seperti jaring laba-laba membuat setiap sisinya tidak ada yang mengalami zona mati.
* Mahakam Square
Pasar
* Pasar Pagi, merupakan pasar tertua dan terbesar di Kota Samarinda. Pasar ini awalnya dibangun di pinggir sungai Mahakam. Namun, seiring perkembangan kota, maka pasar dipindahkan agak menjauh dari tepi sungai karena tepi sungai dibuat jalan.
* Pasar Segiri, merupakan pasar terbesar kedua di kota Samarinda.
* Pasar Rahmat, terletak di Jl.Lambung Mangkurat Pelita
* Pasar Kedondong, terletak di Jl.Ulin Karang Asam Ilir
* Pasar Kemuning, terletak di Loa Bakung
* Pasar Harapan Baru, terletak di Jl.Kurnia Makmur Harapan Baru. Pasar ini pernah terbakar hebat pada tahun 2003 sehingga seluruh pasar dan sebagian rumah warga hangus. Pasar ini kembali dibangun beberapa bulan kemudian dan Jl.Kurnia Makmur dibuat menjadi dua jalur untuk mencegah kebakaran lagi yang meluas karena sebelumnya Jl.Kurnia Makmur terbilang sempit sehingga api yang berada di pasar sebelah kiri pasar dapat menyambar ke bagian pasar sebelah kanan.
* Palaran Trade Centre (PTC), pasar dengan konsep modern pertama di Samarinda. Pasar ini diresmikan pada tanggal 15 Mei 2010
Transportasi
Air
Sejak didirikannya, transportasi utama Samarinda melalui Sungai Mahakam yang membelahnya ditengah-tengah, pada tahun 1987 baru dibangun Jembatan Mahakam yang menghubungkan Samarinda kota dengan Samarinda Seberang. Selain itu sudah dibangun dan diresmikan pada 2009 Jembatan Mahakam Ulu atau Mahulu, Jembatan Mahkota II (dalam tahap konstruksi) dan Jembatan Mahkota III (tahap pembebasan lahan).
Terdapat pelabuhan peti kemas yang berada di Jalan Yos Sudarso, dan sekarang sedang dibangun pelabuhan baru yang terletak di kecamatan Palaran untuk menggantikan pelabuhan yang sekarang sudah tidak sesuai dengan kondisi kota. Pada tanggal 26 Mei 2010, pelabuhan baru tersebut selesai dibangun dan diresmikan dengan nama TPK Palaran dan saat ini dalam tahap uji coba.
Darat
Terdapat jalan darat yang menghubungkan kota Samarinda dengan Balikpapan ke selatan, kemudian Bontang dan Sangatta ke utara, jalan baru ke Tenggarong di arah barat laut, serta ke Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara melalui jalan tenggara yang tembus sampai ke Muara Jawa, Samboja dan Balikpapan.
Saat ini sedang dibangun jalan bebas hambatan sejenis jalan toll namun tidak dikenakan tarif yaitu freeway yang menghubungkan samarinda dan balikpapan dengan waktu tempuh 30 menit.
Udara
Bandar Udara Temindung (kode SRI) merupakan bandar udara yang menghubungkan Samarinda dengan kota-kota di pedalaman serta Balikpapan. Saat ini sedang dibangun Bandar Udara Sungai Siring, agar dapat didarati oleh pesawat yang lebih besar.
Media massa
Televisi
Stasiun televisi yang mengudara di Kota Samarinda antara lain 11 stasiun televisi nasional (kecuali Antv dan Indosiar), TVRI Kaltim, TV Mahakam, dan TV Sinar Samarinda. Sedangkan stasiun televisi berlangganan (kabel) adalah Tepian Channel.
Surat kabar
Surat kabar yang beredar di kota ini adalah Kaltim Post, Tribun Kaltim, KoranKaltim, Pos Kota Kaltim, dan Swara Kaltim yang juga terdapat di seluruh kabupaten/kota di Kaltim. Sedangkan surat kabar lokal di Samarinda adalah Samarinda Pos yang juga dapat dijangkau hingga Berau.
Sekolah Menengah
SMAN 5, salah satu SMA favorit di Samarinda
* SMP Negeri 1 Samarinda
* SMP Negeri 2 Samarinda
* SMP Negeri 3 Samarinda
* SMA Negeri 1 Samarinda
* SMA Negeri 2 Samarinda
* SMA Negeri 5 Samarinda
* dan lain-lain
Perguruan Tinggi
Terdapat cukup banyak perguruan tinggi di Samarinda, diantaranya adalah:
* Akademi
o Akademi Akuntansi Edita Samarinda
o Akademi Bahasa Asing Colorado Samarinda
o Akademi Farmasi Samarinda
o Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda
o Akademi Keperawatan Muhammadiyah Samarinda
o Akademi Keperawatan Yarsi Samarinda
o Akademi Kesehatan Lingkungan Samarinda
o Akademi Keuangan dan Perbankan Widya Praja Samarinda
* Institut
o IKIP PGRI Kaltim
* Universitas
o Universitas Mulawarman
o Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
o Universitas Widya Gama Mahakam
* Sekolah Tinggi
o STAIN Samarinda
o STIK Mahakam
o STIE Muhammadiyah Samarinda
o STIE Nasional Samarinda
o STIE Samarinda
o STMIK Samarinda
o STMIK Widya Cipta Dharma
o Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Samarinda STIS Samarinda
* Politeknik
o Politeknik Negeri Samarinda [2]
o Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
o Politeknik Kesehatan Negeri Samarinda
Sumber : wikipedia
Kota Balikpapan adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 503,3 km² dan berpenduduk sebanyak 621.862 jiwa (2009). Motto kota Balikpapan yaitu "Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing" (bahasa Banjar) yang artinya adalah apabila memulai suatu pekerjaan harus sampai selesai pelaksanaannya. Logo dari kota yang sering dijuluki "Kota Minyak" (Banua Patra) ini adalah Beruang madu, binatang khas kota Balikpapan yang sekarang sudah mulai diambang kepunahan.
Hikayat populer mengenai asal-usul nama Balikpapan
Ada beberapa hikayat populer yang menceritakan asal usul kota ini yang berada di pesisir timur Kalimantan ini.
* Adanya 10 Keping papan yang kembali ke Jenebora dari 1.000 keping yang diminta oleh Sultan Kutai sebagai sumbangan bahan bangunan untuk Pembangunan Istana Baru Kutai Lama. Ke sepuluh papan yang balik tersebut disebut oleh orang Kutai Balikpapan Tu. Sehingga wilayah sepanjang Teluk Balikpapan tersebut, tepatnya di Jenebora disebut Balikpapan.
* Suku Pasir Balik (Suku Asli Balikpapan) adalah keturunan kakek dan nenek bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sehingga daerah sepanjang teluk Balikpapan oleh keturunannya disebut Kuleng - Papan atau artinya Balikpapan (dalam bahasa Pasir, Kuleng artinya Balik)
* Dalam legenda lain juga disebutkan asal usul Kota Balikpapan, yaitu dari seorang putri yang dilepas oleh ayahnya seorang raja yang tidak ingin putrinya tersebut jatuh ketangan musuh. Sang putri yang masih balita diikat diatas beberapa keping papan dalam keadaan terbaring. Karena terbawa arus dan diterpa gelombang, papan tersebut terbalik. Ketika papan tersebut terdampar ditepi pantai ditemukan oleh seorang nelayan dan begitu dibalik ternyata terdapat seorang putri yang masih dalam keadaan terikat. Konon putri tersebut bernama Putri Petung yang berasal dari Kerajaan Pasir. Sehingga daerah tempat ditemukannya putri tersebut dinamakan Balikpapan.
* Hari jadi kota Balikpapan ditentukan pada tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan Seminar Sejarah Kota Balikpapan pada tanggal 1 Desember 1984. Tanggal 10 Februari 1897 ini adalah tanggal Pemboran pertama minyak di Balikpapan yang dilakukan oleh perusahaan Mathilda sebagai realisasi dari pasal-pasal kerjasama antara J.H. Menten dengan Mr. Adams dari Firma Samuel dan Co.
Kutai
Daerah Balikpapan dan Balikpapan Seberang (Penajam) merupakan wilayah Kesultanan Kutai. Sejak sekitar tahun 1636, Kalimantan pada umumnya termasuk negeri Kutai, Paser dan Berau menjadi wilayah kedaulatan Kesultanan Banjarmasin. Pada 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam telah menyerahkan kedaulatannya atas Kalimantan kepada perusahaan VOC. Sesudah itu Kalimantan pada umumnya menjadi daerah protektorat/wilayah negara Hindia Belanda (penerus VOC). Tahun 1844, negeri Kutai secara resmi menjadi wilayah protektorat Hindia Belanda.
Hindia Belanda
Dengan ditemukannya Sumber sumber Minyak di daerah Balikpapan dan daerah sekitarnya (Samboja, Sanga-Sanga, Muara Badak, Pemerintah Hindia Belanda akhirnya membeli wilayah ini dari Sultan Kutai Kertanegara. Serta dibangun untuk mendukung usaha usaha Pertambangan khususnya perminyakan dengan mendirikan kilang minyak, kantor operasi serta perumahan pegawai (Sisa-sisa usaha pembangunan Hindia Belanda dapat dilihat dari pemukiman para Staf Pertamina). Aktivitas perminyakan ini juga membantu perpindahan penduduk terutama para pekerja dari Jawa, serta dari berbagai daerah. Saat itu perusahaan minyak yang dikenal adalah BPM, Shell dan KPM.
Jepang
Pada masa Perang Dunia II, Jepang mengincar wilayah ini sebagai batu loncatan mengadakan serangan ke Jawa, Pada bulan 23 Januari 1942, Armada Jepang di bawah pimpinan Shizuo Sakaguchi merebut Balikpapan dari tangan pasukan Sekutu dan Hindia Belanda. Nilai strategis kota Balikpapan juga diperhitungkan tentara Sekutu, pada tahun 1945 tentara sekutu yang dikomando Australia merebut kota ini dari tangan Jepang pada pertempuran 26 Juni-15 Juli 1945 dalam usaha merebut kembali wilayah yang jatuh ke tangan Jepang.
Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia agak terlambat sampai di kota ini, sekitar 1945-1946 melalu pekerja BPM yang datang dari Jawa dalam rangka rehabilitasi Kilang Minyak yang hancur akibat perang, yang dilanjutkan dengan pernyataan rakyat di Lapangan FONI. Namun karena Belanda, berniat menguasai kembali kota ini, terjadi peperangan yang berlanjut sampai pada pertempuran Sangatta. Pada masa pengakuan kedaulatan tahun 1949, Wilayah ini diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat yang berlanjut kepada Republik Indonesia.
Budaya
Suku yang ada
Suku-suku yang ada di Balikpapan adalah:
1. Suku Paser 8,77%
2. Suku Kutai 10,43%
3. Suku Banjar 12,19%
4. Suku Bugis 14,44%
5. Suku Jawa 29,76%
6. Suku Minahasa 6,81%
7. Suku Batak 3,21%
8. Suku Gayo 1,08%
9. Etnis China 16,76%
10. Suku Gorontalo 0,06%
Bahasa daerah
Bahasa daerah yang sering di gunakan adalah:
1. Bahasa Paser
2. Bahasa Banjar
3. Bahasa Bugis
4. Bahasa Jawa
5. Bahasa Kutai
Umumnya bahasa yang digunakan pada keseharian warga Balikpapan adalah Bahasa Indonesia.
Adat Perkawinan
Penduduk kota Balikpapan masih sangat mencintai adat istiadat dan aturan pernikahan tradisional. Adapun adat istiadat pernikahan yang sering terjadi adalah pernikahan dengan menggunakan adat:
1. Suku Kutai
2. Suku Dayak
3. Suku Banjar
4. Suku Bugis
5. Suku Jawa
6. dan sebagian kecil dari adat Manado, Padang,Gayo, Aceh, Flores
Cerita Legenda
Tersebutlah 4 orang kakak beradik sekandung yang datang dari Lautan untuk bertapa di sebuah bukit (Balikpapan). Selama masa pertapaan tersebut, jadilah 3 orang diantara mereka sebagai ular naga yang sangat besar dan melingkari seluruh daratan kota Balikpapan yang berbukit-bukit. Badan ular naga tersebut meliuk-liuk mengikuti kontur tanah kota Balikpapan. Mereka bertapa dalam tempo tertentu yang di ketahui oleh mereka sendiri untuk membentuk dan menjaga keharmonisan bukit-bukit tersebut. Selesainya waktu pertapaan dan masa untuk meninggalkan bukit tersebut di tandai dengan hujan yang sangat deras. Satu persatu dari mereka akan pergi apabila hujan yang sangat deras menyelimuti bukit-bukit.
Orang-orang tua terdahulu dan yang masih mempercayai cerita tersebut, sangat khawatir apabila hujan turun tiada henti dengan jumlah curah hujan yang besar. Adapun ular naga pertama keluar pada kira-kira tahun 1978 dimana saat itu terjadi banjir dan tanah longsor yang mengkawatirkan seluruh penduduk dan merugikan jiwa dan harta. Menurut cerita orang, jalan yang di tuju saat itu adalah lautan melewati sekitar pasar baru. Yang mana setelah hujan reda dan banjir kering, tanah di jalanan tersebut berbentuk seperti ular naga.
Kira-kira pada tahun 1985, terjadi lagi hujan dengan petir dan mengakibatkan banjir serta tanah longsor yang sangat meresahkan. Terjadi di sekitar bukit perumahan pertamina. Yang mengkibatkan pecahnya saluran besar pembuangan air pertamina dan menimpa perumahan penduduk kampung yang ada di bawahnya dan juga merugikan jiwa dan harta. Setelah hujan reda dan masyarakat mulai berbenah, ditemukan di jalan tersebut, bentuk meliuk seperti jalan ular menembus pagar kawat dan memperlihatkan bahwa kawat tersebut berlubang menuju arah lautan.
Seekor naga masih tetap bertapa sampai dengan saat ini, dan ini adalah naga terbesar dari ketiganya. Apabila ada hujan yang lebat dan tiada henti, mungkin saat itulah naga terbesar kembali kelautan. Sedangkan seorang lagi, berubah menjadi manusia. Yang dalam jangka waktu pertapaannya tersebut, ia berdiri tegak seperti pohon yang memiliki akar, daun dan ranting.
Dari kejauhan di lautan, pelaut tersesat, sering melihat titik merah seperti api yang memandang lautan, yang mana konon itu adalah mata sang naga. Adapun mengapa naga tersebut keluar dari bukit adalah karena telah tidak senang dengan keadaan kehidupan di bukit-bukit tersebut dan versi lain menyebutkan bahwa telah selesai masa pertapaannya dan ia kembali ke laut untuk berpasangan.
Rumah Ibadah
Rumah ibadah yang terdapat di Kota Balikpapan antara lain:
* Mahavihara Buddha Manggala Balikpapan
* Gereja Santa Theresia Prapatan - Balikpapan
* Gereja Kristus Yesus - Balikpapan
* Masjid istiqamah pertamina - Balikpapan
* Masjid At Taqwa Klandasan - Balikpapan
* Pura Giri Jaya Natha - Balikpapan
* HKBP Balikpapan Resort Kalimantan Timur - JL Mayjend Sutoyo Gunung Malang, Pdt. Timbul Sitanggang
* Masjid Nurul Iman - Jl.AMD-LIII/MT.Haryono, Balikpapan Selatan
* GPIB Maranatha - Balikpapan
Geografi
Kota Balikpapan memiliki wilayah 85% berbukit bukit serta 12% berupa daerah datar yang sempit yang terutama berada di daerah Aliran Sungai dan Sungai Kecil serta Pesisir Pantai. Dengan kondisi tanah yang bersifat asam (gambut), serta dominan tanah merah yang kurang subur. Sebagaimana layaknya wilayah Indonesia, kota ini beriklim tropis. Kota ini berada di pesisir timur kalimantan yang langsung berbatasan degan Selat Makassar, memiliki teluk yang dimanfaatkan sebagai pelabuhan laut komersial dan pelabuhan minyak.
Batas wilayah
Letak Astronomis Balikpapan berada antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5 BT - 117,5 dengan luas sekitar 9.112 Ha atau sekitar 94,06 Km² dengan batas-batas sebagai berikut:
Utara :Kabupaten Kutai Kartanegara
Selatan :Selat Makassar
Barat :Kabupaten Penajam Paser Utara
Timur :Selat Makassar
Kecamatan
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 1996, maka sejak 24 Februari 1997 Kota Balikpapan resmi dimekarkan dari 3 (tiga) kecamatan, yakni:
1. Kecamatan Balikpapan Barat
2. Kecamatan Balikpapan Utara
3. Kecamatan Balikpapan Timur
menjadi 5 (lima) Kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Balikpapan Timur
2. Kecamatan Balikpapan Selatan
3. Kecamatan Balikpapan Tengah
4. Kecamatan Balikpapan Utara
5. Kecamatan Balikpapan Barat
Kelurahan
Sehubungan dengan pemekaran wilayah kecamatan tersebut, maka melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur No. 19 Tahun 1996, maka sejak tanggal 15 Oktober 1996 ditetapkan 7 (tujuh) kelurahan persiapan menjadi kelurahan definitif dan pada tanggal 17 Mei 1996 ditetapkan pula melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur perubahan status Desa Manggar Baru menjadi Kelurahan Manggar Baru secara definitif. Dengan demikian maka pada saat ini wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) kelurahan yaitu:
1. Manggar
manggar adalah suatu daerah dikalimantantan timur tepatnya di kota balikpapan,di daerah manggar adalah adalah daerah pantai,penduduk di sekitar manggar bermata pencarian sebagai nelayan.
1. Manggar Baru
2. Lamaru
3. Teritip juga merupakan daerah pantai yang berada di sebelah barat balikpapan,diwilayah tsb hutan nya masih sangat alami masih ada hewan-hewan yang di lindungi walaupun sudah hampir punah,di teritip juga banyak terdapat tanaman buah terutama buah rambutan,cempedak,kecapidan masih banyak yang lain.
4. Prapatan
5. Klandasan Ulu
6. Klandasan Ilir
7. Damai
8. Gunung Bahagia
9. Sepinggan terletak di jantung kota yang menghubungkan antara balikpapan samarinda,di daerah sepinggan terdapat bandar udara yang bernama bandar udara sepinggan,disekitar daerah sepinggan juga terdapat perumahan ring road di sana banyak sekali fasilitas antara lain:kolam renang,lapangan golf,tempat bermain anak-anak dll.
10. Gunung Sari Ilir
11. Gunung Sari Ulu
12. Mekar Sari
13. Karang Rejo
14. Sumber Rejo
15. Karang Jati
16. Gunung Samarinda
17. Muara Rapak
18. Batu Ampar
19. Karang Joang
20. Baru Ilir
21. Margo Mulyo
22. Marga Sari
23. Baru Tengah
24. Baru Ulu
25. Kariangau
26. Tegal Sari
Dari 27 kelurahan tersebut terdapat 369 RW dan 1.143 RT. Ini berarti bahwa jumlah RW sebelum dan sesudah pemekaran tidak berubah sedangkan RT mengalami penambahan sebanyak 62 buah sehingga berubah dari jumlah 1.081 menjadi 1.143 buah RT.
Mendapatkan status kota
Balikpapan adalah berstatus sebagai kota dengan walikota sebagai kepala daerah dan DPRD sebagai legistatif serta memiliki perlengkapan pemerintahan dan aparatur pemerintah seperti kepolisian, kejaksaan negeri, rumah tahanan dan lembaga permasyarakatan dan pengadilan negeri. Selain itu, Balikpapan menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan. Tercatat diantaranya kantor POLDA (Kepolisian Daerah) Kalimantan Timur dan Kejaksaan Tinggi berpusat disini. Serta markas besar Angkatan Darat yakni Komando Daerah Militer (KODAM) VI Mulawarman yang memiliki daerah operasi seluruh wilayah Kalimantan berpusat di kota ini. KODAM yang memiliki motto "Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing" merupakan satu-satunya KODAM yang berpusat di kota bukan ibu kota provinsi.
Perekonomian kota ini bertumpu pada sektor industri yang didominasi oleh industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Kota ini memiliki bandar udara berskala internasional yakni Bandara Sepinggan serta Pelabuhan Semayang selain pelabuhan minyak yang dimiliki Pertamina.
Ekonomi dan Penduduk
Dengan semakin tumbuhnya perekonomian terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah, kota ini terus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai daerah, sehingga pemerintah kotamadya memberlakukan operasi kependudukan berupa operasi Kartu Tanda Penduduk. Penduduk terutama dari etnis pendatang yang sudah lama menetap di Balikpapan yakni berasal dari etnis Jawa Timur, Banjar, Bugis, Makassar kemudian pendatang lain yang di antaranya beretnis Madura, Manado, Gorontalo, Jawa, Sunda dan lain-lain. Selain dibanjiri oleh banyak pendatang, banyak perusahan-perusahaan asing dan lokal yang berinvestasi di Balikpapan. Hal ini semakin membuat Kota Balikpapan sebagai kota yang paling maju di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.
Transportasi
Darat
1. Taksi tanpa argo meter
2. Taksi dengan argo meter
3. Angkutan Kota dengan jalur Trayek berdasar Nomor
4. Ojek/motor
Laut
1. Kapal Laut
2. Speed Boat
3. Ketinting
Udara
1. Bandara Sepinggan yang dapat didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747.
Wisata
1. Taman Agrowisata, diresmikan tanggal 17 Desember 1997 oleh Bapak Tri Sutrisno, berlokasi di Jl. Soekarno Hatta km 23, dengan luas 100 Ha memiliki berbagai koleksi tanaman tropis dan dilengkapi dengan tempat piknik terbuka, rumah panjang Dayak, tempat berkemah, dan pemandangan alami, dilengkapi play ground, shelter, tempat parkir, mushola, play group, dapat dikunjungi dengan angkutan kota trayek no. 6.
2. Wana Wisata Km 10 adalah taman arboretum yang dibangun PT. Inhutani I Unit Balikpapan, dengan berbagai jenis pohon hutan dan buah-buahan langka, sebagai tempat berkemah dan jogging yang sejuk dan alami, dilengkapi gedung pertemuan, pusat informasi, gazebo, play ground, warung kaki lima, dapat ditempuh dengan angkutan kota trayek no. 8.
3. Karang Joang Resort, Golf dan Country Club Balikpapan yaitu padang Golf Kariangau terletak di Kelurahan Karang Joang tidak jauh dari sungai Wain, terdapat drive rain, hotel berbintang dengan teras dan pembakaran barbeque, club house dengan kolam renang dan activity room dengan karaoke, meja bilyard, bar dan ruangan dengan acara khusus serta tersedia menu masakan Tionghoa, Eropa dan Indonesia, dapat dipesan pada Resort & Golf Karang Joang Jl. Soekarno Hatta Km 5,5 Balikpapan, telp (0542) 641443 (16 lines), Hotel ()542) 733141.
4. Jembatan Ulin Kariangau merupakan jembatan ulin terpanjang dengan panjang 800 m dan lebar 2 m, terletak 11 km dari pusat kota Balikpapan, terdapat hutan bakau dengan pemandangan lepas ke teluk Balikpapan dengan aktivitas nelayan dan kapal-kapal yang melintas dari pelabiuhan Somber menuju Pelabuhan Penajam.
5. Pantai Manggar Segarasari merupakan tempat rekreasi pantai terletak 22 Km dari pusat Kota Balikpapan, terdapat shlter, ruang informasi, warung kali lima, dapat dicapai dengan angkutan kota trayek no. 7.
6. Hutan Lindung Sungai Wain merupakan hutan lindung dengan luas 10.025 Ha yang dilalui sungai Wain yang panjangnya 18.300 m dengan airnya yang jernih dengan hutan bakau dan habitat burung, ikan , kepiting dan orang hutan.
7. Panorama Dermaga Penyeberangan Somber, dapat dicapai dengan trayek angkutan kota n0. 4.
8. Penangkaran Buaya
9. Monumen Jepang
10. Monumen Perjuangan Rakyat
11. Perkebunan Salak
12. Tugu Peringatan Divisi 7 Australia
13. Kilang Minyak Balikpapan
14. Monumen Mathilda
15. Taman Bekapai
16. Pantai Melawai
17. Pantai Strans (Pantai Banua Patra)
18. Goa Jepang
19. Meriam Peninggalan Jepang
20. Kampung Atas Air (kampung Baru)
21. Museum Tanjungpura
22. Lapangan Merdeka
Sebelumnya, bibur sudah ngepost artikel Jalan Tambang.. yang belum baca klik aja di teks warna merah tadi gan..
kyaknya kurang lengkap yah, lo tanpa Aspek Keselamatan Jalan Angkut Tambang.. Demi mendukung slogan K3 "safety First".. hehehe..
langsung aja ya gan, nih ada sedikit materi yang berkaitan dengan yang ane ceritain tadi..
liat aja, baca juga boleh, sedot apa lagi.. sssrrrroootttt...
1. Jarak Pandang Aman
1.1 Jarak Pandang Henti
1.2 Jarak Pandang Lengkung Horizontal
1.3 Jarak pandang lengkung vertikal
uit, udah habis ternyata...
sekian gan, kirain tadi banyak.. hehehe
Pernah liat jalan tambang ga gan??? kalo belum, jalan2 gih ke "Sanggulan".. wekekekkee..
buat yang pernah ke sanggulan, pasti berkesan bgt tuh..
o, ya!! saia punya sedikit informasi tentang jalan tambang nih gan..
ni file ane dapet dari tmen kelas,.
moga dapat membantu..
cekidot aaja gan..
1. LEBAR JALAN PADA JALAN LURUS
Bila lebar kendaraan (Wt) 1 satuan panjang, maka Lmin spt pada tabel berikut:
-Lebar jejak ban
-Lebar juntai (overhang) bagian depan dan belakang saat kendaraan belok
-Jarak antar kendaraan saat bersimpangan
-Jarak dari kedua tepi jalan<
Wmin = 2 (U+Fa+Fb+Z) + C
Z = (U+Fa+Fb)/2
Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = clearance antar kendaraan, m
Lebar jejak ban pada saat bermuatan = 0,70 m
Jarak antar pusat ban = 3,30 m
Saat belok lebar jejak ban depan = 0,80 m; lebar jejak ban belakang = 1,65 m
Z = (3,30+0,80+1,65)/2 = 2,875 m
Wmin = 2(3,3+0,8+1,65+2,875) + 4,5
= 21,75 m ~ 20 m
3. Jari-jari Tikungan
Perhitungan matematis berdasarkan kenampakan gambar diatas diperoleh jari-jari tikungan sbb:
Apabila: R= jari-jari belokan jalan, m W= jarak poros roda depan-belakang, m B= sudut simpangan roda depan,
maka:
Rumus sebelumnya tidak mempertimbangan kecepatan (V), gesekan roda (f), dan superelevasi (e). Bila dipertimbangkan, maka rumusnya menjadi:
Jari-jari tikungan minimum untuk e.max= 10%
4. Jenis-jenis Busur Lengkung Pada Tikungan
4.1 Lingkaran (Full Circle)
4.2 Spiral-Lingkaran-Spiral (S-C-S):
5. SUPERELEVASI
*Badan jalan yang dimiringkan ke arah titik pusat pada belokan/tikungan
*Fungsinya untuk mengatasi gaya sentrifugal kendaraan pada saat membelok
6. Kemiringan Jalan
*Kemiringan maksimum vs kecepatan
*Jarak miring kritis (meter)
7. CROSSSLOPE
Sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan thd bidang horizontal
Cross slope sebaiknya 1/50 s.d 1/25 (20 mm/m s.d. 40 mm/m)
8. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan ada 3 jenis, yaitu:
-perkerasan lentur (flexible pavement)
-perkerasan kaku (rigid pavement)
-perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement)
Perkerasan jalan tersusun sbb:
-lapisan dasar (subgrade)
-lapisan fondasi bawah (subbase course)
-lapisan fondasi atas (base course)
-lapisan permukaan (surface course)
8.1 Lapisan Perkerasan
Susunan lapisan perkerasan lentur
Susunan lapisan perkerasan rigid
Karakteristik lapisan perkerasan lentur:
-elastis jika menerima beban, shg nyaman bagi pengguna jalan
-umumnya menggunakan bhn pengikat aspal
-seluruh lapisan ikut menanggung beban
-penyebaran tegangan diupayakan tdk merusak lapisan subgrade (dasar)
-bisa berusia 20 tahun dgn perawatan secara rutin.
Lapisan perkerasan rigid adalah lapisan per-mukaannya terbuat dari plat beton (concrete slab). Penentuan tebal lapisan ditentukan oleh:
-kekuatan lap. Subgrade atau harga CBR atau Modulus Reaksi Tanah Dasar
-kekuatan beton yg digunakan utk lapisan perkerasan
-prediksi volume dan komposisi lalulintas selama usia layanan
-ketebalan dan kondisi lap fondasi bawah (sub-base) sgb penopang konstruksi, -lalulintas kendaraan, penurunan akibat air, dan perub volume lap tanah dasar (sub-grade)
Merupakan lapisan asli bumi yang sangat menentukan kekuatan daya dukung terhadap kendaraan yang lewat
Dalam mengevaluasi subgrade (di lab mektan) perlu diuji dan diketahui:
-kadar air
-kepadatan (compaction)
-perubahan kadar air selama usia pelayanan
-variabilitas tanah dasar
-ketebalan lap perkerasan total yg dpt diterima oleh lap lunak yang ada dibawahnya.
8.2 Lapisan Pondasi Bawah
-Merupakan bagian perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar
-untuk mengurangi tebal lapisan di atasnya krn material utk lapisan ini lebih murah dibanding dgn lapisan atasnya
-sebagai lapisan peresapan air tanah
-merupakan lapisan pertama yg hrs diselesaikan agar kualitas lapisan tanah dasar tetap terjaga
-mencegah partikel-pertikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan fondasi
8.3 Lapisan Pondasi Atas
-Bagian perkerasan utk menahan gaya melintang dari roda dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya
-sebagai lapisan peresapan air dari bawah
-sebagai bantalan bagi lapisan permukaan
8.4 lapisan Permukaan
-Sebagai lapisan perkerasan penahan beban roda yg memp stabilitas tinggi selama umur layanan
-lapisan kedap air, shg air hujan dpt mengalir diatasnya dan tidak meresap kebawahnya serta tidak melemahkan lapisan tersebut
-sebagai lapis aus (wearing course), krn lapisan ini dapat mengikis ban shg gundul
-lapisan untuk menyebarkan beban ke lap bawah
alhamdulillah selesai juga merubah tampilan blog ane..
biar ga terlalu berat, n biar enak diliat juga..
bingung mau nambahin apa lagi, kalo ada masukan tolong coment ya all..
thanks..
nih gua nerusin pisting dari unic77.tk gan..
lebih jelasnya klik judul aja gan, biar langsung ke lokasi...1. Kalgoorlie Super Pit (Australia)
Kalgoorlie Super Pit, pertama kali ditemukan emas di sini pada tahun 1893, dan ini kawah raksasa di Australia Barat sekarang benua yang terbesar yang membentang tambang emas terbuka di sepanjang 3,5 km, lebar 1,5 km dan 360 m dalamnya. Diperkirakan 2017 berhenti produktifitasnya.2. The Big Hole (Afrika Selatan)
Lubang Besar di Kimberly, Afrika Selatan, dikatakan terbesar lubang digali dengan tangan - meskipun baru-baru ini mengklaim bahwa Jagersfontein dekat Tambang memegang beberapa judul meragukan mungkin berkata. Sementara itu ditutup pada tahun 1914, selama masa produktif selama 43 tahun.Diperkirakan ada 50.000 pekerja mereka hanya menggunakan picks dan sekop untuk menggali 22.500.000 ton tanah, menghasilkan hampir 3 ton berlian untuk sang bos/pemilik.3. Diavik Diamond Mine (Canada)
Diavik Diamond Mine terletak di Slave Kanada Wilayah Utara Ini merupakan tambang dibiarkan terbuka .Mengekploitasi sebuah pulau 220 km persegi dari Lingkaran Kutub Utara, Daerah ini sangat luas untuk menampung Boeing 747 saja memungkinkan. Dengan rentang umur produktifitas16-22 tahun, diperkirakan kawah tersebut telah menghasilkan 8.000.000 karat (1600 kg) berlian setahun waauuuuw.
4. Ekati Diamond Mine, (Canada)
Kawah raksasa lainnya dari Kanada, Ekati Diamond Mine adalah tambang intan komersial pertama di Amerika Utara - setelah dibuka pada tahun 1998 - dan mereka yang masih terpesona oleh demam berlian tidak diragukan lagi buru-buru berharap tidak akan menjadi yang terakhir. Ini sebenarnya hanya sebagian batu dari Tambang Diavic hanya 20 km lebih dekat ke Antartika.Tempat ini dipastikan lebih dingin dan cocok untuk hidup penguin.5. Grasberg Mine, Indonesia
Dibuka pada tahun 1973, di Indonesia Tambang Grasberg adalah emas terbesar di dunia tambang dan tambang tembaga ketiga terbesar. Industri ini merusak pemandangan di pegunungan Papua mempekerjakan 19.500 pekerja mengejutkan. Tetapi secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan AS (Freeport) .Indonesia tetep miskin gan 6. Chuquicamata, Chile
Chuquicamata di Chili adalah raksasa tambang yang menghasilkan total catatan dari 29 juta ton tembaga. Meskipun hampir 100 tahun eksploitasi intensif, tetap merupakan sumber daya terbesar tembaga di dunia, dan kawah terbuka ini adalah salah satu yang terbesar didunia ukuranya mencapai 4,3 km panjang, 3 km lebar dan lebih 850 m dalamnya.7. Escondida, Chile
He Minera Escondida Pertambangan. Konstruksi dimulai tahun 1990, dan ekploitasi ini baru-baru ini melampaui Chuquicamata sebagai penghasil tembaga terbesar tahunan di dunia, dengan 2.007 hasil tambang, dari 1.480.000 ton senilai US $ 10120000000. Huuuh..banyak sekalee…8. Udachnaya Diamond Mine, Russia
Seperti Pit Sarlacc pada Linux, Tambang Udachnaya di Rusia adalah kawah buatan terbuka merupakan tambang berlian raksasa dengan kedalaman 600 meter ke dalam kerak bumi. Terletak di Rusia yang luas namun berpenduduk jarang Republik Sakha, tepat di luar lingkaran Arktik, tampaknya penambangan untuk batu-batu berharga masih tetap berjalan.9. Mirny Diamond Mine, Russia
Siberia's Diamond. Tambang berlian terbesar terbuka di dunia, ini rakasa Rusia memiliki diameter permukaan 1,2 km dan 525 m dalam. Ukuran lubang adalah sedemikian rupa sehingga arus angin di dalam menyebabkan downdraft yang mengakibatkan helikopter dapat ditarik karena turbulensi. Saat ini menjadi zona terlarang untuk penerbangan.10 . Bingham Canyon Mine, USA
Bingham Canyon Mine di Utah, lubang buatan manusia terbesar di dunia. Tambang raksasa ini ukuran 4 km lebar dengan kedalaman Km 1,2 ke dalam tanah, hasil ekstraksi dimulai pada 1863. Menghasilkan lebih dari 17 juta ton tembaga dan 715 ton emas.
sumber :http://berita-apa-aja.blogspot.com/2010/07/10-kawah-raksasa-yang-mencengangkan.html
Pantai adalah merupakan zona batas peralihan daratan dan laut, Indonesia yang terdiri dari ribuan Pulau kecil besar dan kecil, tentunya memiliki garis / zona pantai yang sangat panjang, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Pantai yang terlihat sekarang, pada umumnya sudah terbentuk sejak ribuan tahun silam, dan akan selalu memperlihatkan perubahan sepanjang waktu disebabkan aksi yang bekerja dipantai sangat dinamis. Perubahan yang dialami oleh pantai dapat berubah dengan sangat cepat dalam hitungan jam apabila pantai diterpa oleh badai dan dapat sangat lambat perubahannya.
Proses yang berlangsung di pantai adalah erosi dan pengendapan. Aksi erosi dan pengendapan adalah hasil kerja daripadagelombang, arus, pasang surut dan gelombangg pasang (‘tsunami’).
GELOMBANG
Gelombang yang berasal dari laut lepas merupakan agent yang sangat penting dalam perubahan pantai. Pada mulannya bangkitnya gelombang oleh tiupan angin diatas permukaan air jauh ditengah laut dimulai dengan gerakan angin turbulensi. Riak yang mulai timbul terlihat pada gambar berikut :
Jika tekanan air tinggi pada permukaan gelombang atau pada dibelakang gelombang, air bergerak mengalir ke bagian depan air yang rendah tekanannya, membangkitkan gelombang, perhatikan gambar berikut :
A R U S
Gelombang yang terus bergerak hingga mencapai pantai dan akan melakukan aksi hempasan pada bagian muka daratan, kemudian merambat, ter-refraksi sepanjang garis pantai, seperti pada gambar berikut :
Muka gelombang yang masuk membentuk sudut miring terhadap garis pantai yang airnya dangkal, akan menimbulkan arus menysur pantai searah muka gelombang disebut arus susur pantai atau ‘longshore current’, perhatikan arus susur pantaiyang timbul pada gambar berikut:
PASANG-SURUT
Pasang surut, adalah naik turunya muka air laut disebabkan gaya tarrik bulan dan matahari. Jika posisi bulan dan matahari terletak sejajar dengan bumi, akan terjadi pasang naik maksimal pada posisi yang berhadapan dengan bulan dan matahariyang disebut ‘Spring tides’, bila posisi matahari pada lokasi yang berbeda, pasang air laut terjadi pada sisi yang berhadapan dengan bullan yang disebut ‘Neap tides’, peerhatikan gambar berikut :
Telah dijelaskan terdahulu, bahwa air hujan yang turun ke permukaan tanah/bumi, sebagian akan meresap ke dalam tanah dan akan menjadi air tanah.
Keterdapatan air tanah dibawah permukaan bumi sekarang ini, disamping air yang berasal dari peresapan langsung dari permukaan (’air asal luar’), juga air tanah yang memang sudah tersimpan sejak lama di dalam bumi sendiri (’air asal dalam’). Air tanah yang berasal dari peresapan air dari permukaan disebut ’Air Meteorik’ yang merupakan air yang paling banyak terdapat dalam bumi. Sedangkan air yang sejak lama sudah tersimpan di dalam bumi dapat berasal dari yang tersisa atau terbentuk pada saat kristalisasi magma yangg disebut ’Air Juvenil’, juga air tanah dapat berasal dari jebakan air yang terendap dan tersimpan bersama-sama pembentukan batuan sedimen yang disebut ’Air Connate’.
Air meteorik sebagai pemberi terbanyak daripada air tanah, jumlahnya yang meresap kedalam tanah dikontrol oleh :
Ruang antar butir dalam tubuh dan atau lapisan-lapisan batuan yang ada di dalam bumi, lapisan paling atas biasanya pori atau ruang antar butir hanya diisi oleh udara disebut ’zona aerasi’. Hal ini disebabkan air yang meresap dari atas permukaan akan terus bergerak turun mengisi lapisan dibawahnya yang berpori yang disebur ’zona sutrasi’, sampai terhenti pada lapisan batuan yang tidak dapat meloloskan air (’lapisan kedap air’). Lapisan-lapisan batuan yang dapat menampung air tanah, disebut ’aquifer’. Zona lapisan paling atas yang hanya dilewati air kebawah, disebut juga ’zona air vadoose’, lapisan yang terletak dibawah zona air vadoose yang jenuh air disebut ’zona air saturasi’. Lapisan paling bawah yang tidak dapat meluluskan air disebut zona lapisan infermiabel.
Diantara kedua zona air vadoose dan zona air saturasi, teerdapat bidang antara yang disebut ’muka air tanah’ atau ’ground water table’. Muka air tanah biasanya tidak tetap, tergantung pada jumlah air tanah, makin besar air yang terkandung dalam pori batuan makin tinggi muka air tanah, bahkan pada waktu musim hujan saat intensitas hujan sangat lebat dan panjang, muka air tanah akan bergerak terus naik sampai kepermukaan zona aeration atau permukaan tanah bahkan dapat melampaui. Kondisi dimana air tanah tidak dapat lagi menampung air hujan yang meresap kedalam tanah, maka akan menyebabkan terjadinya banjir.
Air tanah yang menempati pori-pori lapisan batuan yang berada diantara 2 lapisan yang batuan kedap air disebut air tanah tertekan atau ’artesis’. Apabila air tanah tertekan ini muncul kepermukaan dengan pemboran disebut sumur artesis atau jika muncul sebagai mata air disebut ’mata air artesis’.
Air tanah yang menempati pori-pori antar butir batuan, selalu bergerak disebabkan tekanan air dalam pori batuan itu sendiri, pergerakannya bisa lateral., Di daerah pegunungan atau perbukitan pergerakan air tanah mengikuti arah kemiringan lereng permukaan. Apabila muka air tanah ini berpotongan dengan topografi maka akan muncul sebagai mata air. Beberapa sungai suplai airnya berasal dari mata air. Sungai yang mendapatkan air dari mata air yang tak pernah kering, maka dasar sungainya selalu dialiri alir sepanjang waktu, sungai tersebut tidak pernah kering, sungai yang demikian disebut ’sungai effluent’atau sungai permanen. Kadang-kadang ada sungai yang aliran airnya meresap kedalam tanah menjadi air tanah, sehingga pada musim kering aliran air sungai tidak ada, sungai yang demikian disebut ’sungai infflluent’atau ’sungai intermittent’ atau sungai tidak permanen.
Di kawasan yang memiliki batuan penyusun dari batugamping (’batu kapur’), air tanah mempunyai peranan yang sangat besar melarutkan dinding-dinding celah batuan, menyebabkan pelebaran celah batuan yang pada akhirnya akan terbentuk lobang gua yang seringkali terisi dengan air yang disebut ’sungai bawah tanah’.
Sebelum muncul Konsep/Teori Tektonik Lempeng dikenal Konsep Geosinklin, yang menyatakan bahwa; Pembentukan Pegunungan, Pedataran, Cekungan; diawali dengan pengendapan batuan sedimen pada suatu palung atau geosinklin. Pembebanan sedimen yang terus menerus membebani batuan yang dibawahnya mengakibatkan gaya pembebanan pada batuan sedimen yang telah ada dan terendapkan sebelumnya, sehingga batuan termampatkan dan terlipat-lipat. Batuan yang terletak paling bawah melebur menjadi magma.
Teori atau Konsep mengenai Dinamika pada kerak bumi sebagaimana telah dijelaskan terdahulu adalah Teori Tektonik Lempeng yang menyatahkan bahwa akibat dari pada zona tumbukan oleh sebab saling mendekatinya segmen-segmen lempeng, mengakibatkan terbentuknya zona subduksi atau jalur penunjaman, disertai terbentuk lipatan-lipatan, patahan-patahan, naiknya magma baik melalui proses erupsi gunungapi maupun dengan melalui celah retakan batuan membentuk batuan intrusive. Demikian pula pada zona pemekaran akibat pemisahan segmen-segmen lempeng kerak bumi yang berdekatan akan mengakibatkan terbentuknya punggung-punggung tengah samudra dan aktivitas gunungapi bawahlaut. Pada Tepi lempeng benua aktif yang saling bertumbukan atau konvergen yang membentuk penunjaman, menghasikan peleburan parsial daripada batuan menjadi magma, kedua lempeng kerak, selanjutnya menyebabkan terbentuknya jalur busur volkanis aktif. Magma yang terbentuk didalam perut bumi perlahan-lahan akan bergerak ke atas dan membentuk tubuh batuan intrusif (antara lain batholite) dekat permukaan.
Akibat lain daripada gerak / dinamika tektonik diatas, pada bagian lain terutama daerah yang berdekatan zona tepi interaksi antar masing-masing lempeng kerak berada dibawah gaya dan tekanan yang selanjutnya akan mengakibatkan perubahan sifat fisik batuan penyusun lempeng kerak bumi yang kemudian disebut sebagai deformasi batuan. Apabila tekanan melampaui batas dari daya tahan batuan makan batuan akan membentuk Patahan dan apabila batuan pada kondisi fisik tertentu mampu untuk mempertahankan daya elastisitasnya namun berubah karena tekanan maka batuan akan mengalami Perlipatan, sehingga gejala dinamika sebagaimana diterangkan menyebabkan, terbetuknya Gunung api, Pegunungan Blok (Pegunungan Patahan), Pegunungan Lipatan.
Gambar : Proses Pembentukan Pegunungan pada lempeng kerak bumi.
Definisi debu batubara. Debu batubara adalah material batubara yang terbentuk bubuk (powder),yang berasal dari hancuran batubara ketika terjadi pemrosesannya(breaking, blending, transporting, and weathering). Debu batubara yang dapat meledak adalah apabila debu itu terambangkan di udara sekitarnya.
Pembentukan Debu Batubara. Debu batubara dihasilkan dari kegiatan penambangan itu sendiri. Pemisahan (breaking) secara kering dengan cara peledakan penggaruan dapat menimbulkan debu yang banyak. Debu batubara juga dapat terbentuk pada proses penggilingan dan ketika pencampurannya serta pengangkutan. Disamping itu proses pelapukan alami batubara juga dapat menjadi sumber terbentuknya debu batubara tersebut.
Akumulasi Debu Batubara. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa debu batubara akan terbentuk dalam jumlah yang cukup banyak kalau operasi penambangan dilakukan dalam proses yang kering. Sebaliknya jika dilakukan penambangan dengan sistem penyiraman air yang cukup, debu yang terbentuk akan terendapkan pada lantai kerja.
Sifat-sifat Ledakan Debu Batubara. Peristiwa ledakan debu batubara pada tambang batubara bawah tanah dapat terjadi jika ada tiga syarat berikut terpenuhi, yakni:
Konsentrasi debu batubara yang dapat meledak tergantung:
Ukuran partikel (particle size)
Debu batubara ukuran partikelnya antara 20 – 40 mesh, tidak dapat meledak dengan sendirinya, debu batubara dengan partikel sampai 200 mesh akan sangat mudah meledak.
Tabel berikut memperlihat debu batubara yang dapat meledak berdasarkan besarnya partikelnya.
Karena perbedaan kondisi pembentukan batubara, beberapa negara menemukan karakteristik ledakan debu batubara:
- Inggris: zat terbang 12,5% debu batubara dapat meledak.
- Jerman: zat terbang fresh coal dengan kadar 14% dapat meledak
- Belgia: zat terbang melebihi 15% dapat meledak.
- Jepang: zat terbang melebih 11% dapat meledak.
Kadar abu (ash content)
Bahaya ledakan debu batubara akan semakin kecil jika pada nya terdapat kandungan abu yang cukup banyak, (abu melekat ditambah dengan abu dari debu batu) dalam jumlah lebih kurang 50% pencegah kebakaran/ledakan. Biasanya untuk mencegah terjadinya ledakan debu batubara dapat ditambahkan debu batuan sampai mencapai kadar abunya lebih dari 75%.
Kadar air (water content)
Debu batubara yang mengandung air yang banyak tidak akan dapat meledak atau terbakar. Air, disamping penyerap sulutan api (ignition), juga berfungsi sebagai penyerap panas. Kadar air sampai 30% dapat mencegah terjadinya ledakan debu batubara itu.
Kesegaran (freshness)
Debu batubara segar lebih berbahaya dibandingkan dengan debu batubara yang sudah lama ada dalam udara terbuka. Debu batubara segar akan lebih mudah meledak karena adanya gas methan yang masih terperangkap pada butiran debu batubara tersebut.
Ledakan dan Penyebaran
Ledakan debu batubara menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal.
Tekanan udara yang terjadi akan bervariasi tergantung pada karakteristik dan jumlah debu batubaranya. Tekanan itu biasanya ada antara 2 – 4 kg/cm2. Pada ledakan yang sangat kuat (high explosive), kecepatan ledakan dapat mencapai 1000 m/detik (jauh lebih tinggi dari kecepatan suara).
Kecepatan rambatan sulutan api akan semakin tinggi menuju ke lobang udara keluar, dimana pada titik ini kandungan gas methan dan debu batubara sangat rendah.
Ledakan debu batubara akan menyebabkan naiknya temperatur pada area ledakan, antara 1500 – 19000C. Tetapi temperatur pada kasus ledakan sedang dan rendah hanya akan berkisar antara 1200 – 13000C. Pada temperature ini terjadi pembakaran tidak sempurna dan hilangnya panas oleh serapan daerah sekitar ledakan.
Biasanya bila daerah yang dapat tersulut mencapai 6 – 7 kali luas daerah asalnya, selama daerah itu mengandung gas methan atau debu batubara.
Ledakan batubara akan menyebabkan udara di sekitarnya menjadi dingin dan kadar oksigennya berkurang drastis. Setelah itu udara akan kembali mengalir dan mengisi ruang rendah oksigen tadi (udara balik). Jika di sana masih tersisa awan debu batubara akan terjadi ledakan ulangan.
Bila akumulasi debu batubara yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga debu batubara itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan debu batubara dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.
Jika pada proses pertama itu terjadi ledakan disertai kebakaran, sisa debu batubara yang masih tertambat di atas lantai atau pada langit-langit dan dinding terowongan akan tertiup dan terangkat pula ke udara, lalu debu itu pun akan meledak. Demikianlah seterusnya, bahwa dalam tambang itu akan terjadi ledakan beruntun sampai habis semua debu batubara terakar. Ledakan itu akan menyambar ke mana-mana, sehingga dapat menjalari seluruh lokasi dalam tambang itu dan menimbulkan kerusakan yang sangat dahsyat.
Keadaan bumi ini, termasuk material penyusunnya dan proses‑proses yang terjadi pada bumi telah menjadi objek studi beberapa abad lalu. Beberapa topik yang sangat menarik seperti fosil, batumulia, gempabumi dan aktivitas gunungapi telah dipelajari di Yunani lebih dari 2300 tahun lalu. Aristoteles merupakan filosof yang terkenal sering mengeluarkan pendapatnya yang berhubungan dengan bumi, meskipun pandangan‑pandangannya tentang bumi tidak Selalu didasari pada suatu observasi dan eksperimen. Pendapatnya tentang bumi kadang‑kadang hanya sekedar disampaikan walaupun tidak masuk akal, sehingga terkesan asal‑asalan.
Aristoteles percaya bahwa batuan yang menyusun bumi terbentuk dibawah pengaruh bintang‑bintang di langit dan gempabumi muncul pada saat udara terkumpul di dalam tanah dan dipanasi oleh sumber panas yang berasal dari pusat bumi. Kemudian dikeluarkan dengan ledakan yang dahsyat. Ketika dikonfrontasikan dengan fosil ikan yang dijumpai terdapat dalam batuan, Aristoteles mengatakan bahwa sejumlah basar ikan hidup tak bergerak di dalam bumi dan akan dijumpai jika dilakukan penggalian.
Walaupun penjelasan dan pandangan Aristoteles telah cukup memadai pada masa itu, untuk menjawab pertanyaan‑pertanyaan yang muncul mengenai keberadaan bumi kita ini, mereka. terus menerus mencoba untuk menjelaskannya selama berabad-abad dengan melakukan observasi dan percobaan. Hal ini dilakukan untuk menolak pandangan‑pandangan dari Aristoteles yang pada waktu itu banyak diantaranya sudah diterima oleh masyarakat, tetapi tidak bisa diterima dengan akal manusia. Selanjutnya Frank D. Adams mengatakan dalam bukunya The Birth and Development of the Geological Sciences (New York; Dover, 1938) bahwa selama masa‑masa pertengahan, Aristoteles dihormati sebagai kepala dan pimpinan dari semua filosof di Yunani dan pendapatnya dalam bidang apapun, merupakan hasil akhir dan dijadikan sebagai hukum.
Selama abad 17 dan 18, doktrin katastrofisme sangat berpengaruh pada formulasi penjelasan tentang kedinamisan bumi. Katastrofisme merupakan suatu faham yang mempercayai bahwa bentuk permukaan bumi telah berkembang dengan pengaruh utama adalah katastrof yaitu pengrusakan yang hebat dan terjadi dengan tiba‑tiba. Kenampakan bentang alam seperti pegunungan dan lembah, yang saat ini diketahui proses pembentukannya membutuhkan waktu yang lama, dijelaskan dengan faham ini terbentuk sebagai akibat pengrusakan tiba‑tiba dan terus menerus.
Lahirnya Ilmu Geologi Modern
Akhir abad ke 18 merupakan awal dari lahirnya ihim geologi modem. James Hutton seorang dokter dan petani dari Skotlandia merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan ilmu geologi modem. la mempublikasikan teorinya tentang bumi dalam bukunya "Theory of the Earth". Dalam buku tersebut James Hutton memperkenalkan prinsip "Uniformitarianism" atau prinsip keragaman. Prinsip inilah yang kemudian merupakan konsep dasar dalam mempelajari ilmu geologi modem. Secara ringkas pada prinsip ini dikatakan bahwa hukum‑hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung sekarang ini juga terjadi pada waktu lampau. Jadi tenaga dan proses‑proses yang terjadi pada bumi pada masa sekarang ini telah terjadi sejak lama sekali, yaitu sejak terbentuknya bumi ini. Jadi untuk mempelajari batuan yang terbentuk di masa lampau, kita harus memahami tentang proses‑proses yang terjadi di masa sekarang termasuk juga hasil atau akibat dari proses tersebut. Berdasarkan prinsip uniformitarism ini kemudian muncul prinsip yang berbunyi masa kini merupakan kunci masa lalu (The present is the key to the past).
Sebelum muncul teori tentang bumi yang dikemukakan oleh James Hutton, belum ada yang dapat membuktikan bahwa geologi berhubungan dengan periode waktu yang sangat panjang. Sebaliknya Hutton dapat menjelaskan dengan bukti nyata bahwa proses‑proses yang terjadi bagaimanapun lemah dan lambatnya. Apabila terjadi pada waktu. yang lama dapat menghasilkan suatu perubahan yang sama seperti yang dihasilkan oleh suatu proses yang dahsyat dan tiba‑tiba.
Meskipun James Hutton dapat dikatakan sebagai orang pertama yang mengemukaan prinsip dasar dalam ihnu geologi modern, tetapi karena teori ditulis dalam bahasa yang sulit dimengerti dan tidak dipublikasikan dengan luas, maka idenya tidak banyak diketahui oleh masyarakat pada waktu itu. Adalah seorang geologiawan Inggris, Charles Lyel, yang berjasa memperkenalkan dan menyebarluaskan prinsip dasar dalam ihnu geologi modem tersebut. Antara tahun 1830 sampai 1872, Lyel menghasilkan sebelas edisi buku Principles of Geology. Dalam buku tersebut, Lyel mengilustrasikan dengan baik konsep‑konsep kesamaan dari alam dengan waktu. Lyel juga memperlihatkan secara lebih meyakinkan bahwa proses-proses geologi yang dapat diamati sekarang dapat berlaku dan terjadi juga di masa yang lalu. Walaupun doktrin uniformitarianism pertama kali tidak dikemukakan oleh Lyel tetapi beliaulah yang berhasil memasyarakatkannya dengan luas. Penerimaan dari konsep dasar ini berarti penerimaan tentang sejarah yang panjang dari bumi kita ini. Walaupun prose‑proses yang terjadi pada bumi mempunyai intensitas yang sangat bervariasi, tetapi memerlukan waktu yang lama untuk membentuk atau merusakkan kenampakan utama dari bentang alampermukaan bumi.
Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil atau sisa organisme yang hidup lebih dari 15 juta tahun lalu, dijumpai pada puncak pegunungan yang tingginya 3000 meter di atas permukaan laut sekarang ini. Ini berarti bahwa pegunungan itu telah terangkat sekitar 3000 meter dalam waktu ± 15 juta tahun. Jadi rata‑rata peningkatan permukaan bumi tersebut hanya sekitar 0.2 milimeter setiap tahun. Sedangkan rata‑rata proses, erosi yang terjadi juga sangat kecil. Jadi memerlukan puluhan sampai jutaan tahun oleh alam untuk membentuk pegunungan dan meratakannya kembali. Tetapi biarpun waktu yang terus berjalan ini relatif pendek dalam sekala waktu geologi (sejarah bumi), dari rekaman yang terdapat dalam batuan yang menyusun bumi dapat terlihat bahwa bumi telah mengalami banyak siklus pembentukan pegunungan dan erosi.
Sangat penting ‑untuk diingat bahwa walaupun banyak kenampakan bantang alam fisik yang kelihatan seperti tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu puluhan tahun, kita tetap mengamatinya, sebab bagaimanapun juga kesemuanya mengalami perubahan dalam sekala. waktu yang berbeda‑beda, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan tahun.
Cabang‑cabang Ilmu Geologi
Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu yang masing-masing dapat dipelajari sendiri‑sendiri. Cabang‑cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Cabang‑cabang utama dari ilmu geologi adalah:
Aplikasi Ilmu Geologi
Aplikasi ilmu geologi dapat merupakan hal yang sangat penting pada beberapa bidang lain. Pemanfaatan ini terus berkembang dan sangat dibutuhkan dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta kebutuhanmanusia yang semakin bertambah. Bidang‑bidang yang sangat membutuhkan aplikasi dan Ilmu geologi adalah pada bidang:
Kepentingan dan Ilmu Geologi
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalammempelajari ilmu geologi. Dibawah ini beberapa kepentingan tersebut:
Sejak Desember 1968, ketika manusia pertama kali menginjakkan kakinya di bulan, manusia dapat melihat planet bumi dari kejauhan di ruang angkasa. Dari tempat tersebut bumi terlihat sebagai benda angkasa yang kecil berbentuk elips yang muncul seperti benda yang mudah rapuh dalam kekelaman ruang angkasa yang sangat luas tanpa batas. Kenampakan yang tidak hanya spektakular, menarik dan sangat sederhana ini memperlihatkan kepada kita bahwa alangkah kecilnya planet bumi di alam semesta ini, apalagi kita yang hidup pada permukaan bumi.
Jika dilihat lebih dekat, yang terlihat pada bumi bukanlah daratannya, tetapi awan yang berputar yang tersuspensi di permukaannya dan lautan yang sangat luas. Dari hal tersebut dapatlah diketahui mengapa, secara tradisional lingkungan fisik bumi dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu lapisan udara yang disebut atmosfer, lapisan air yang disebut hidrosfer dan tentunya bumi itu sendiri yang padat. Bumi merupakan sebuah planet yang sangat dinamis yang tidak hanya disusun oleh batuan, air dan udara saja, melainkan dicirikan oleh interaksi yang terus menerus pada saat udara melakukan kontak dengan batuan, batuan dengan air dan air dengan udara.
Atmosfer yang merupakan selimut yang memberi kehidupan bagi bumi, sebagai udara yang mempunyai ketebalan sampai ratusan kilometer, adalah bagian integral dari planet. Lapisan ini tidak hanya menghasilkan udara yang kita butuhkan untuk bernafas, tetapi juga melindungi kita dari cahaya, panas dari matahari dan dari radiasinya yang sangat berbahaya. Perubahan energi yang muncul terus menerus antara atmosfer dengan permukaan bumi dan antara atmosfer dengan ruang angkasa menghasilkan efek yang disebut dengan cuaca dan iklim.
Hidrosfer atau sfera air dan sering juga disebut selubung air merupakan air yang menyelubungi bumi, baik air yang ada di permukaan bumi, di dalam bumi maupun yang berbentuk uap air yang berada dalam lapisan atmosfer. Massa air tersebut terus menerus bergerak dari permukaan bumi ke udara, ke dalam tanah dan kembali lagi ke permukaan bumi. Lautan global merupakan kenampakan penting yang nyata dari hidrosfer, menyelubungi atau menutupi sekitar 71 % permukaan bumi dan merupakan sekitar 97 % dari jumlah air yang ada di bumi. Hidrosfer juga termasuk air tawar yang terdapat di Sungai danau, gletser dan juga yang terdapat di dalam tanah dan batuan. Walaupun jumlah air yang terdapat pada tempat‑tempat yang disebutkan terakhir merupakan bagian air yang sangat kecil dari lapisan hidrosfer, tetapi memberikan kontribusi yang cukup berarti pada proses pembentukan bentang alam yang sangat bervariasi dari planet bumi.
Di bawah lapisan atmosfer dan hidrosfer, ada bagian bumi yang padat, yang nampak lebih daripada sebuah badan homogen. Bagian dalam dari bumi tersebut, terdiri dari lapisan‑lapisan yang disusun oleh material dengan sifat yang berbeda-bada. Pada dasarnya bagian dalam dari bumi terdiri dari empat bagian, yaitu :
Bagian yang sangat penting terdapat dalam mantel bumi dan memerlukan perhatian khusus adalah astenosfer. Lapisan ini merupakan mantel bumi bagian terluar. Zona ini terletak pada kedalaman antara 100 ‑ 700 km. Astenosfer merupakan zona yang lemah, panas dan dapat bergerak terus menerus. Bagian di atas astenosfer disebut disebut litosfer (lapisan padat yang terdiri dari batuan), yang disusun oleh kerak bumi dan mantel bumi, bagian terluar (gambar 1.2). Tidak seperti astenosfer, litosfer merupakan bagian yang padat dan dingin.
Perlipatan
Gaya-gaya tektonik akan menyebabkan batuan penyusun kerak bumi, berada dibawah kondisi tertekan (‘stressed’) yang pada akhirnya menyebabkan batuan akan berubah atau terdeformasi. Batuan yang bersifat plastis terutama batuan sedimen mula-mula akan terlipat membentuk lipatan
Perlipatan kulit batuan penyusun kulit bumi dapat berukuran regional sampai dengan ukuran minor, Lipatan berukuran besar yang mencakup daerah yang luas pada umumnya sekarang nampak sebagai permukaan lipatan yang telah mengalami erosi terutama pada bagian tertinggi pada puncak-puncak lipatan seperti pada kenampakan gambar berikut
Lipatan pada kerak bumi akan membentuk lipatan antiklin dan lipatan siklin dan jika pada permukaan lipatan memperlihatkan bidang kemiringan kesegala arah yang dimulai dari titik puncak maka disebut ‘dome’/kubah, bentuk yang demikian dapat dijumpai di daerah Sangiran Sragen Jawa Tengah, sebaliknya bila kemiringan permukaaan bidang lipatan mengarah kesatu titik pusat disebut lipatan cekungan.
Patahan
Hampir semua batuan penyusun kulit bumi tidak lepas dari pengaruh stress yang sangat kuat. Batuan yang ‘brittle’ (kaku’) sangat mudah patah dan putus jika dibawah pengaruh gaya kompressi maupun tarikan, sehingga batuan akan patah membentuk pegunungan Patahan.
Lapisan batuan penyusun kerak bumi yang mengalami patahan sebagaimana batuan yang mengalami perlipatan akan berubah menjadi Pegunungan Patahan, jika lapisan batuan mengalami patahan turun berjenjang maka akan membentuk Pegunungan Blok, atau jika patahan tersebut bersekala kecil maka kenampakan patahan berjenjang tersebut dapat diamati secara langsung di singkapan batuan, terutama pada singkapan tebing-tebing jalan yang digali untuk perluasan jalan atau pada tebing sungai tersingkap karena oleh kikisan arus air pada tebing/dinding batuan sungai, seperti pada gambar berikut :
Oleh karena permukaan batuan berhubungan langsung dengan faktor luar yang cenderung mempengaruhi sifat fisik maupun kimiawi batuan sehingga permukaan lapisan batuan yang terpatahkan, mengalami pelapukan dan terkikis sehingga kenampakan bentuk patahan sebenarnya berjenjang membentuk undak-undak patahan akan menjadi rata dan permukaan batuannya dilapisi dengan soil atau tanah penutup.
Pada daerah-daerah yang mempunyai susunan batuan yang berumur tua seperti kondisi singkapan batuan yang ada di Sulawesi Selatan,tidak akan kita jumpai lagi kenampakan ideal dari pada Pegunungan vokano/Gunungapi, Pegunungan lipatan ataupun Pegunungan Blok yang pada awalnya dibentuk oleh gunungapi, oleh karena pelapukan sudah berlangsung jutaan tahun. Yang dapat kita jumpai hanyalah Jalur-jalur Pegunungan yang telah mengalami proses denudasi atau menuju ke proses perataan menjadi Peneplain, bahkan bagian bawah kaki lereng sudah ceenderung membentuk pedatan/plain berupa dataran pantai, dataran banjir, bahkan dataran danau. Pada singkapan batuannyasangat sulit dijumpai singkapan yang baik dan ideal.
Aktivitas Gunung Api
Volcano adalah :
Volcano/gunung api adalah merupakan suatu pegunungan atau gunung yang dibentuk oleh akumulasi material-material bahan erupsi dan atau lelehan yang keluar dari dalam bumi melalui suatu pipa (‘vent’).
Bilamana lava pijar kental (‘molten lavas’) yang berasal dari bagian dalam bumi tertekan keluar ke permukaan, akan membentuk Pegunungan Volkanik (‘volcanic mountains’). Beberapa gunung api muncul membentuk suatu lajur gunung api, seperti kepulauan volkanik Hawaii sebagai salah satu contoh.
Keluarnya magma (erupsi) ke atas permukaan bumi, ada 2 cara :
Kedua aktifitas utama dari gunungapi tersebut disebut ‘Volkanisma’, yang akan menata dan membentuk permukaaan bumi dari akumulasi bahan/batuan yang keluar dengan cara erupsi tersebut diatas.
Jalur saluran celah dimana magma keluar dari dalam perut bumi, ada 2 macam:
Bahan magma yang keluar dari saluran berupa pipa,selanjutnya membentuk 3 macam tatanan permukaan bumi, yaitu:
Lubang pipa yang besar dari gunung api disebut kepundan, pada bagian atas yang umumnya terdapat pada puncak kerucut gunung api membentuk cekungan kawah. Kadangkala dalam satu tubuh gunung api akan nampak beberapa lubang kepundan membentuk gunung api parasit.
Jika lubang cerobong gunung api sangat besar yang ditandai dengan bentuk cekungan yang meliputi daerah yang luas, yang dibentuk oleh suatu letusan gunung api sangat besar meruntuhkan bagian atas dari gunung api parasit disebut Kaldera dan apabila lobang cekungaan ini berisi dengan air disebut Kalkera, sebagai contoh; Kalkera Tengger Gunung Bromo di JaTim.
Jenis Bahan-bahan yang keluar dari lubang celah/pipa gunungapi berupa :
Bahan yang dikeluarkan masing-masing erupsi tidak selamanya sama, tergantung dari komposisinya.
Cara erupsi gunung api terdiri dari tipe :
Lava keluar mengandung banyak gas, berkomposisi basal, bersifal lebih encersehingga tersebar luas jika mengendap sekitar kepundan dan membentuk gunungapidengan kemiringan lereng landai seperti pada gambar diatas.
Mempunyai erupsi dengan interval waktu sangat pendek, mengeluarkan bahan-bahanberupa lapilli dan bom-bom setengah padat dengan tekanan gas yang rendah.
Sifat interval erupsinya tidak tidak tetap, bahan yang keluar berupa lava bersama dengan gas-gas dan debu volkanik dan bongkah-bongkah.
Oleh karena tekanan gas yang sangat besar sehingga mengeluarkan awan panas dan mengeluarkan pula lava kental.
Lava yang keluar bersifat kental dan tidak tinggi, membawa serta bongkah-bongkah hasil rombakan penyumbat pipa kepundan.
Sama halnya evaluasi batubara dapat dicapai dengan penentuan dari beberapa propertis yang penting, disinipun berbagai propertis batubara telah disediakan banyak informasi yang bernilai tentang potensi penggunaan batubara (Van Krevelen, 1957). Tentu saja, itu juga merupakan propertis dari material-material organik yang merupakan informasi bernilai yang menawarkan tentang perilaku lingkungan (Lyman et al., 1990). Karenanya, adalah alasan yang baik untuk mempelajari ciri khas daripada batubara tersebut.
Dalam pengertian yang lebih luas, merupakan suatu hal yang telah diterima bahwa pada butiran alamiah dari batubara berperingkat tinggi adalah penting untuk dapat dipahami sifat fisik alamiahnya jika ingin dimodelkan dengan medium butiran yang mana terdiri dari graphite-like material embedded dalam batasan matriks organik.
Propertis Fisik
Sebagai pertimbangan awal, perlunya mengenal sifat fisik secara tidak langsung juga menerangkan tentang hubungannya dengan sifat kimia. Sebagai contoh, ukuran pori batubara, yang mana merupakan sifat fisik batubara, merupakan faktor utama dalam penentuan reaktivitas kimiawi batubara (Walker, 1981). Dan efek kimiawi dari swelling indeks dan pengkokasan batubara memiliki efek substansial pada penanganan batubara atau selama operasi konversi batubara.
A. Densitas (spesifik grafiti)
Padatan yang porous seperti batubara, memiliki tiga perbedaan dalam pengukuran densitasnya; true density, particle density, dan apparent density.
Apparent density batubara dapat dilakukan dengan cara membenamkan sampel batubara di dalam cairan dan kemudian mengukur cairan yang terpindahkan. Untuk prosedur ini, cairan harus: (1) membasahi permukaan batubara, (2) tidak ada absorbsi yang kuat pada permukaan, (3) tidak menyebabkan pengembangan, dan (4) menetrasi pori batubara.
True density batubara ditentukan dengan menggunakan prisip pemindahan helium. Helium baik digunakan sebab dapat menetrasi pori-pori sampel batubara tanpa menyebabkan interaksi secara kimiawi.
Particle density adalah berat suatu unit volume padatan termasuk pori dan rekahan (Mahajan dan Walker, 1978). Densitas partikel dapat ditentukan dengan cara satu dari tiga metode; (1) mercury displacement (Gan et al, 1982), (2) aliran gas (Ergun, 1951), atau (3) Silanization (Ettinger dan Zhupakhina, 1960).
Densitas batubara dapat bervariasi yang menunjukkan hubungan antara rank dan kandungan karbon. Batubara dengan kandungan karbon 85% biasanya menunjukkan suatu derajat ciri hidropobik yang lebih besar dari batubara berank paling rendah.
Bagaimanapun, hasil temuan terbaru pada prediksi sifat hidropobik batubara mengindikasikan bahwa korelasi kharakteristik kandungan air lebih baik dari pada kandungan karbon dan begitupun rasio kandungan air/karbon lebih baik daripada rasio atomik oksigen/karbon. Begitupun, terdapat suatu hubungan antara sifat hidropobik batubara dan kandungan air ((Labuschagne, 1987; Labuschagne, 1988).
Kecenderungan bahwa density batubara bernilai minimum pada kandungan karbon 85%. Sebagai contoh, karbon batubara 50-55% akan memiliki densiti sekitar 1,5 g/cm 3, dan cenderung berkurang hingga 1,3 g/cm 3 untuk batubara mengandung 85% karbon diikuti dengan peningkatan 1,8 g/cm 3 untuk batubara dengan kandungan karbon 87%. Sebagai pembanding, densitas graphite (2,25 g/cm 3) juga mengikuti kecenderungan ini.
Walaupun variasi densitas tidak begitu besar, umumnya densitas untuk maseral (memilki kandungan karbon yang sama) adalah exinite
B. In-Place Density
Densiti insitu batubara memberikan pengertian bahwa lapisan batubara lapisan dapat ditunjukkan sebagai ton per volume.
Dalam standar ASTM D291 dinyatakan dalam berat batubara tercrusher per kubik feet, yang mana bervariasi dengan ukuran partikel batubara dan dengan cara pengisian dalam sebuah container.
C. Porositas dan Luas Permukaan
Batubara merupakan suatu material yang bersifat porous. Dengan demikian porositasnya dan luas permukaannya (Manhajan dan Walker, 1978) memiliki pengaruh yang dapat dipertimbangkan terhadap perilaku selama penambangan, preparasi, dan penanganannya.
Walaupun porositas mempengaruhi laju difusi metan keluar dari batubara (dalam lapisan batubara), dan terdapat juga beberapa pengaruh selama preparasi batubara dalam arti pemindahan mineral matter, tetapi efek yang banyak berpengaruh dari porositas batubara adalah pada penanganan batubara. Sebagai contoh, selama proses konversi batubara, reaksi-reaksi kimiawi yang terjadi antara produk-produk gas (dan atau cairan) dan permukaan yang menonjol, banyak secara inheren di dalam sistim pori.
Sistim pori batubara yang dipertimbangkan pada umumnya bersifat mikroskopis dengan ukuran sekitar 100 Angstrom dan bersifat makroskopis dengan ukuran lebih besar dari 300 Angstrom (Gan et al. 1972; Mahajan dan Walker, 1978). Peneliti lain (Kalliat et al, 1981), yang menyertakan investigasi sinar-X terhadap porositas dalam batubara, telah mengajukan beberapa keraguan terhadap hipotesis ini dengan mengemukakan suatu usul yang mana data adalah tidak konsisten dengan saran bahwa pori-pori mempunyai diameter dalam beberapa ratus Angstrom tetapi mempunyai batasan akses dalam kaitan dengan bukaan-bukaan kecil yang mana mengeluarkan zat lemas atau nitrogen (dan unsur lainnya) pada temperatur rendah. Melainkan, suatu interpretasi yang mana merupakan penekanan terhadap luas permukaan yang besar yang diperoleh oleh hasil adsorbsi sebagai hasil dalam jumlah besar dari pori-pori dengan minimum dimensi pori tidak lebih besar dari ca. 30 Angstrom.
Ada juga suatu indikasi bahwa penyerapan molekul-molekul kecil, seperti methanol, padabatubara terjadi oleh mekanisme site-specific (Ramesh et al., 1992). Dalam kasus demikian, muncul penyerapan yang terjadi pertama kali pada high-energy sites tetapi dengan meningkatnya kontinuitas penyerapan adsorbat (e.g., methanol) untuk mengikat permukaan dibanding molekul-molekul polar lainnya dari spesis yang sama, dan ini adalah suatu bukti penyerapan terjadi baik secara kimia maupun penyerapan secara fisika. Ditambahkan, pada selubung penutup permukaan kurang dari suatu bentuk monolayer, muncul sebagai lapisan aktivasi terhadap proses penyerapan. Apakah ditemukan mempunyai konsekuensi atau tidak untuk studi luas permukaan dan distribusi pori tetap dapat dilihat. Tetapi fenomena dari aktivasi penutup permukaan adalah sangat menarik, yang mana juga memilki konsekuensi untuk interpretasi efek permukaan selama proses pembakaran. Sebagai salah satu sisi efek ini, studi penyerapan dari molekul-molekul kecil pada permukaan batubara adalah di klaim terhadap struktur copolymeric batubara (Milewska-Duda, 1991).
Porositas batubara berkurang dengan meningkatnya kandungan karbon (King dan Wilkins, 1944) dan mempunyai nilai minimum sekitar 89% karbon lalu diikuti dengan meningkatnya porositas. Ukuran pori-pori juga bervariasi dengan meningkatnya kandungan karbon (rank); sebagai contoh, macrospore selalu utama dalam batubara dengan kandungan karbon yang paling rendah (rank) sedangkan batubara dengan kandungan karbon yang paling tinggi utamanya merupakan microspore. Begitupun, volume pori, yang mana dapat dihitung dari hubungan
Dimana adalah density merkuri dan
adalah densiti helium, berkurang dengan kenaikan kadar karbon. Sebagai tambahan, luas permukaan batubara bervariasi antara 10 – 200 m2 / g dan begitupun kecenderungan berkurang dengan bertambahnya kandungan karbon.
Porositas dan luas permukaan adalah dua propertis batubara yang sangat penting pada proses gassifikasi batubara, ketika reaktivitas batubara meningkat sama sepertiketika porositas dan luas permukaan batubara meningkat. Begitupun, laju gassifikasi adalah lebih besar untuk batubara peringkat rendah daripada batubara peringkat tinggii.Porositas batubara dihitung dengan persamaan dari hubungan.
Dengan menentukan apparent density batubara dalam fluidsa yang berbeda, tetapi diketahui, dimensi, adalah mungkin untuk menghitung ukuran dari distribusi pori Bukaan volume pori (V), misalnya, volume pori dapat diakses untuk partikular fluida, dapat dihitung dari hubungan:
Dimana adalah apparent density dalam fluida.
Distribusi ukuran dari pori di dalam batubara dapat ditentukan dengan cara membenamkan batubara di dalam larutan merkuri dan tekanan meningkat secara progressif. Efek tegangan permukaan mencegah merkuri dari memasuki pori-pori yang memiliki diameter adalah lebih kecil dari nilai d yang diberikan untuk tiap tekanan partikular p seperti itu bahwa
Dimana adalah tegangan permukaan fluida.
Berdasarkan jumlah merkuri yang masuk batubara untuk incremental dari tekanan, adalah mungkin untuk membentuk suatu gambaran distribusi ukuran (Van krevelen, 1957). Bagimanapun, total volume pori yang dihitung dengan metode ini adalah secara substansial kurang dari yang diturunkan dari densiti helium, dengan demikian memberikan suatu konsepbahwa batubara mengandung dua sistem pori: (1) sistim pori makro yang dapat diakses terhadap merkuri pada tekanan rendah dan (2) sistem pori mikro yang mana tidak dapat di akses oleh merkuri tetapi oleh helium. Dengan menggunakan cairan yang berbeda variasi ukuran molekulnya adalah mungkin untuk menentukan distribusi ukuran pori mikro. Bagaimanapun, aturan yang berperan tepat atau fungsi pori mikro sebagai bagian dari model struktur batubara adalah tidak dapat dipahami secara penuh, walaupun telah ditunjang bahwa batubara bertindak seperti suatu saringan molekular.
D. Reflektan
Adalah mengherankan untuk kebanyakan peneliti batubara, sering batubara digolongkan sebagai padatan hitam yang tak dapat ditembus oleh cahaya, sehingga harus ditetapkan sebagai salah satu propertis secara optik. Tentu saja, adalah benar bahwa beberapa preparasi atau pengkondisian dari batubara adalah penting untuk dikenali melalui berbagai propertis.
Batubara dapat diuji dalam bentuk seperti tembus cahaya dengan cara transmisi atau reflektan (Tschamler dan de Ruiter, 1963). Transmisi adalah suatu pengukuran absorbansi cahaya pada berbagai gelombang dan dapat ditentukan untuk sayatan tipis batubara.
Reflektansi batubara (ASTM D2798) adalah sangat bermanfaat sebab memberi beberapa indikasi penting tentang propertis batubara (Davis, 1978). Kandungan beberapa maseral (ASTM D2799) dan temperatur karbonisasi. Reflektansi batubara ditentukan melalui derajat relatif terhadap yang mana berkas sinar yang terpolarisasi adalah direfleksikan dari permukaan batubara yang telah dipoles. Batubara tersebut dihancurkan hingga berukuran 850 dengan sedikit kandungan halus, dan kemudian partikel-partikel dibentuk semacam briket. Salah satu permukaannya dipoles hingga halus, bebas dari kerusakan dan bebas dari char. Secara metallurgi, atau opaque-ore, mikroskop digunakan untuk menentukan reflektansi sampel, yang mana adalah diterangiu secara vertikal dengan sinar terpolarisasi.
Sebelum mengukur reflektansi, permukaan sampel diselubungi dengan minyak Sedar atau minyak immersi komersial, dan kemudian membaca berulang-ulang reflektansi maksimum komponen batubara (vitrinit, dll). Nilai yang diperoleh kemudian diperbandingkan dengan estándar high-index glass (yang telah diketahui reflektansinya), yang mana telah disediakan dengan dengan nilai reflektansi secara tipikal antara 0,302% – 1,815%.
Begitu juga, walaupun batubara selalu muncul sebagai massa hitam, lapisan tipis dan permukaan yang dipoles memancarkan berbagai macam warna. Sebagai contoh, dengan sinar sekilas, fusinite dan macrinite berwarna putih, sedangkan exinite berwarna kuning tembus cahaya; dalam cahaya tertransmisi, exinite berwarna jingga. Adalah sangat jelas, perbedaan warna tersebut dapat diterapkan untuik membedakan tipe-tipe maseral. Sebagai tambahan, reflekstansi batubara bervariasi terhadap peringkat batubara tersebut, dan data reflektansi untuk udara adalah ditetapkan lebih tinggi dari medium minyak.
Reflektansi batubara adalah penting dalam menopang penentuan dari komposisi maseral batubara, yang mana pada gilirannya adalah sangat membantu dalam memprediksi perilaku selama mengproses batubara (Davis et. Al., 1991).
E. Indeks Refraksi
Indeks refraksi batubara dapat ditentukan dengan membandingkan reflektansi udara terhadap minyak sedar. Untuk vitrinite, indeks refraksi selalu antara 1,68 – 2,02 (kandungan karbon 58 – 96%).
Walaupun kerak bumi merupakan bagian dari bumi yang paling tipis, tetapi merupakan bagian yang sangat penting. Kerak bumi merupakan bagian yang padat yang disusun oleh mineral dan batuan. Batuan merupakan agregasi dari mineral. Batuan yang menyusun kerak bumi dapat dikelompokan menjadi 3jenis batuan berdasarkan proses pembentukannya, yaitu batuan beku, batuan sedimen (batuan endapan) dan batuan metamorf (batuan ubahan). Ketiga macarn batuan tersebut membentuk suatu siklus atau perputaran pada proses pembentukannya yang disebut siklus batuan (rock cycles).
Konsep dari siklus; batuan yang dianggap sebagai kerangka dasar dalam geologi fisik, secara langsung diungkapkan oleh James Hutton. Siklus batuan seperti terlihat pada gambar 1.3 memperlihatkan proses‑proses dan material yang membentuk batuan‑batuan penyusun kerak bumi. Dengan mempelajari siklus batuan berarti kita mengamati banyak hubungan antara proses‑proses geologi yang sangat bervariasi, yang mengubah satu jenis batuan menjadi jenis batuan lainnya.
Jenis batuan yang pertama yaitu batuan beku, terbentuk dari proses pendinginan hingga mengalami pembekuan dari magma. Magma merupakan material cair yang panas yang terdapat di dalam bumi. Proses pembekuan magma disebut juga kristalisasi, karena pada proses inilah terbentuknya kristal‑kristaldari mineral penyusun batuan. Proses ini dapat terbentuk baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi bersamaan dengan aktivitas gunung api.
Jika batuan beku tersebut dan batuan‑batuan lain penyusun kerak bumi tersingkap atau muncul ke permukaan bumi, batuan‑batuan tersebut akan mengalami proses pelapukan (Weathering). Proses ini disebabkan oleh pengaruh yang terus menerus dari atmosfer dan hidrosfer yang secara perlahan‑lahan merubah batuan tersebut menjadi bagian‑bagian yang kecil, dan atau komposisi kimianya. Material-material yang dihasilkan oleh proses tersebut akan mengalami pengikisan (erosi), kemudian mengalami proses pengangkutan (transportasi), dan selanjutnya mengalami proses pengendapan pada cekungan‑cekungan atau ternpat‑tempat yang rendah pada permukaan bumi. Proses‑proses tersebut yang telah disebutkan dilakukan oleh agen (media) geologi, yaitu; gravitasi, air, angin, dan es (salju). Sedangkan material hasil dari proses‑proses tersebut disebut sedimen. Tempat‑tempat diendapkannya sedimen antara lain berupa, sungai, lembah, danau dan laut. Bentuk tubuh endapannya, pada umumnya mengikuti bentuk cekungan pengendapannya dan biasanya mendatar (horisontal). Setelah mengalami pengendapan, material sedimen tersebut akan mengalami proses pemadatan yaitu perubahan dari material sedimen lepas menjadi batuan dan disebut batuan sedimen. Proses perubahan tersebut; disebut juga proses litifikasi. Proses litifikasi dapat terjadi karena pembebanan oleh material yang ada di atasnya atau oleh pengisian rongga antar butiran yang disebut proses penyemenan (sementasi).
Selanjutnya apabila batuan yang sudah ada (batuan beku dan batuan sedimen) tertutup di bawah permukaan bumi, batuan tersebut dapat mengalami gaya‑gaya yang terdapat di dalam bumi yang membentuk pegunungan. Gaya‑gaya tersebut biasanya diikuti oleh perubahan temperatur dan tekanan yang besar. Akibat perubahan kondisi lingkungan tersebut maka batuan akan mengalami perubahan yang membentuk batuan ubahan atau batuan metamorf. Sedangkan proses perubahan temperatur dan tekanan yang besar sehingga membentuk batuan metamorf disebut dengan proses metamorfisme, Jika perubahan temperatur dan tekanan ini melampaui titik lebur batuan, maka batuan‑batuan tersebut akan mengalami peleburan (pencairan) sehingga membentuk magma kembali. Selanjutnya siklus batuan akan terulang kembali.
Siklus yang lengkap seperti di atas tidak selalu terjadi demikian. Jalan pintas dalam siklus, tersebut juga sering terjadi. Sebagai contoh batuan beku selain tersingkap di permukaan bumi dan mengalami proses pelapukan dan erosi, dapat juga mengalarni proses metamorfisme jauh di bawah permukaan bumi dan membentuk batuan metamorf. Selain itu batuan metamorf dan sedimen yang sudah terbentuk juga dapat mengalami proses‑proses di permukaan bumi dan menjadi material rombakan sebagai sumber batuan sedimen.
Bumi merupakan planet yang sangat dinamis. Jika kita dapat kembali ke waktu satu milyar tahun yang lalu atau lebih, kita akan mendapatkan sebuah planet yang permukaannya sangat jauh berbeda dengan keadaannya sekarang. Selain itu kita juga akan mendapatkan bentuk dari benua (kontinen) yang berbeda dan berada pada posisi yang berbeda dengan sekarang ini. Perubahan tersebut disebabkan oleh proses-proses yang bekerja pada bumi ini.
Proses‑proses yang merubah bentuk permukaan bumi itu dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu proses yang merusak dan membangun permukaan bumi. Proses yang pertama merupakan proses yang terjadi pada permukaan bumi yaitu proses pelapukan dan erosi. Proses tersebut walaupun berjalan sangat lambat tetapi berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan permukaaan bumi secara perlahan menjadi rata. Sedangkan proses‑proses yang membangun permukaan bumi umumnya disebabkan oleh gaya‑gaya yang berasal dari dalam bumi seperti aktivitas gunungapi dan pernbentukan pegunungan. Proses tersebut menyebabkan permukaan bumi menjadi bertarnbah tinggi.
Hubungan antara proses‑proses tersebut dan sifat kedinamisan dari bumi ini, walaupun sudah diketahui sejak lama, tetapi belum ditemukan suatu hipotesa yang masuk akal untuk menceritakan tentang perubahan‑perubahan yang terjadi pada bumi. Sampai pada awal abad ke 20 muncullah suatu pendapat yang mengatakan tentang pemisahan atau pemekaran dari daratan (kontinen) di permukaan bumi. Setelah lebih dari 50 tahun dengan terkumpulnya data‑data yang mendukung hipotesa tersebut untuk beralih menjadi suatu teori. Teori tersebut disebut teori tektonik lempeng (plate tectonic). Teori yang akhirnya meluas tersebut merupakan sebuah model yang konprehensif tentang kegiatan yang terjadi di dalam bumi.
Model tektonik lempeng ini menyebutkan bahwa kerak bumi ini disusun oleh lempeng‑lempeng yang besar dan kaku. Lempeng‑lempeng yang menyusun kerak bumi tersebut dapat dibedakan menjadi lempeng kerak benua (continental crust), yaitu lempeng yang menyusun daratan atau benua (kontinen), dan kerak samudera (oceanic crust), yaitu lempeng yang menyusun lantai dasar samudera. Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak walaupun sangat lambat. Pergerakan ini disebabkan karena, adanya perbedaan distribusi panas di bawah kerak bumi (mantel bumi). Panas yang sangat tinggi yang terdapat pada tempat yang lebih dalam akan bergerak naik ke tempat yang temperatumya lebih rendah dan akan menyebar secara lateral. Penyebaran panas secara lateral inilah yang mengakibatkan bergeraknya lempeng-lempeng penyusun kerak bumi. Pergerakan dari lempeng‑lempeng kerak bumi ini menyebabkan terjadinya gempabumi, aktivitas gunungapi, dan deformasi batuan penyusun kerak bumi yang membentuk pegunungan.
Karena setiap lempeng bergerak sebagai unit yang berbeda, maka interaksi yang sangat besar terjadi pada pertemuan antara lempeng‑lempeng tersebut. Batas-batas antara lempeng‑lempeng penyusun kerak bumi merupakan jalur aktivitas gunungapi (vulkanik) dan gempa bumi. Ada tiga macam batas pertemuan lernpeng-lempeng tersebut yang dipisahkan berdasarkan jenis pergerakannya dan setiap lempeng akan dibatasi oleh kombinasi ketiga macam batas tersebut. Ke tiga macam batas pertemuan lempeng‑lempeng penyusun kerak bumi tersebut adalah (gbr 1.4):
Pemisahan lempeng (divergen) terutama. terjadi pada lempeng samudera (oseanik), karena lempeng ini relatif lebih tipis daripada lempeng benua (kontinen). Pada saat lempeng tersebut mengalami pemisahan, celah yang terbentuk di antara keduanya akan diisi oleh material cair yang panas yang berasal dari astenosfer. Material tersebut perlahan‑lahan akan mendingin dan membentuk potongan baru dari lantai dasar samudera.
Proses tersebut di atas, berlangsung terus menerus sehingga terjadi penambahan kerak samudera di antara lempeng‑lempeng yang bergerak saling menjauh tersebut. Mekanisme pergerakan ini disebut pemekaran lantai dasar samudera (sea floor spreading). Lantai dasar Samudera atlantik terbentuk sejak 200 juta tahun yang lalu dengan pergerakan rata‑rata sekitar 5 sentimeter setiap tahun, walaupun pergerakannya antara satu tempat dengan tempat lainnya sangat bervariasi. Pergerakan tersebut sepertinya sangat perlahan, tetapi bila dibandingkan dengan umur bumi, maka pergerakan yang hanya sekitar 5 % dari sekala waktu geologi, pembentukan Samudera atlantik tersebut relatif cepat.
Walaupun terjadi penambahan dari kerak samudera, tetapi luas dari kerak bumi relatif tetap (konstan), karena disisi lain terjadi proses penghancuran dari kerak tersebut. Proses penghancuran kerak bumi terjadi pada batas lempeng yang konvergen. Pada saat terjadi pergerakan bersama‑sarna pada batas yang konvergen ini, ujung atau tepi yang satu dari lempeng tersebut akan menunjam di bawah lempeng lainnya. Peristiwa ini terjadi apabila kerak benua bertemu dengan kerak samudera. Kerak samudera yang disusun oleh batuan yang berat jenisnya lebih besar daripada berat jenis kerak benua akan menunjam di bawah kerak benua. Zona penunjaman ini disebut zona subduksi (subduction zone). Selain itu pada pertemuan kedua lempeng tersebut akan membentuk bagian laut yang sangat dalam yang disebut palung laut.
Konsep dari siklus batuan yang dianggap sebagai kerangka dasar dalam geologi fisik, secara langsung diungkapkan oleh James Hutton. Siklus batuan memperlihatkan proses‑proses dan material yang membentuk batuan‑batuan penyusun kerak bumi. Dengan mempelajari siklus batuan berarti kita mengamati banyak hubungan antara proses‑proses geologi yang sangat bervariasi, yang mengubah satu jenis batuan menjadi jenis batuan lainnya.
Jenis batuan yang pertama yaitu batuan beku, terbentuk dari proses pendinginan hingga mengalami pembekuan dari magma. Magma merupakan material cair yang panas yang terdapat di dalam bumi. Proses pembekuan magma disebut juga kristalisasi, karena pada proses inilah terbentuknya kristal‑kristal dari mineral penyusun batuan. Proses ini dapat terbentuk baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi bersamaan dengan aktivitas gunung api.
Jika batuan beku tersebut dan batuan‑batuan lain penyusun kerak bumi tersingkap atau muncul ke permukaan bumi, batuan‑batuan tersebut akan mengalami proses pelapukan (weathering). Proses ini disebabkan oleh pengaruh yang terus menerus dari atmosfer dan hidrosfer yang secara perlahan‑lahan merubah batuan tersebut menjadi bagian‑bagian yang kecil, dan atau komposisi kirnianya. Materialmaterial yang dihasilkan oleh proses tersebut akan mengalami pengikisan (erosi), kemudian mengalami proses pengangkutan (transportasi), dan selanjutnya mengalami proses pengendapan pada cekungan‑cekungan atau tempat‑tempat yang rendah pada permukaan bumi. Proses‑proses tersebut yang telah disebutkan dilakukan oleh agen (media) geologi yaitu gravitasi, air, angin, dan es (salju). Sedangkan material hasil dari proses‑proses tersebut disebut sedimen. Tempat‑tempat diendapkannya sedimen antara lain berupa sungai, lembah, danau dan laut. Bentuk tubuh endapannya pada umumnya mengikuti bentuk cekungan pengendapannya dan biasanya mendatar (horisontal). Setelah mengalami pengendapan, material sedimen tersebut akan mengalami proses pemadatan yaitu perubahan dari material sedimen lepas menjadi batuan dan disebut batuan sedimen. Proses perubahan tersebut disebut juga proses litifiliasi. Proses litifikasi dapat teijadi karena pembebanan oleh material yang ada di atasnya atau oleh pengisian rongga antar butiran yang disebut proses penyemenan (sementasi).
Selanjutnya apabila batuan yang sudah ada (batuan beku dan batuan sedimen) tertutup di bawah permukaan bumi, batuan tersebut dapat mengalami gaya‑gaya yang terdapat di dalam bumi yang membentuk pegunungan. Gaya‑gaya tersebut biasanya diikuti oleh perubahan temperatur dan tekanan yang besar. Akibat perubahan kondisi lingkungan tersebut maka batuan akan mengalami perubahan yang membentuk batuan ubahan atau batuan metamorf. Sedangkan proses perubahan temperatur dan tekanan yang besar sehingga membentuk batuan metamorf disebut dengan proses metamorfisme. Jika perubahan temperatur dan tekanan ini melampaui titik lebur.
Usaha pertambangan adalah kegiatan yang mempunyai resiko yang sangat besar. Oleh sebab itu, maka kegiatan ini harus selalu dilakukan dengan penuh perhitungan, sehingga potensi-potensi resiko tadi tidak menjadi resiko ril (menjadi kenyataan). Pada tambang batubara bawah tanah, potensi kecelakaan kerja lebih besar bila dibandingkan dengan pada tambang batubara terbuka. Besarnya potensi kecelakaan kerja itu juga sejalan dengan besarnya kerusakan atau kerugian yang dapat ditimbulkan oleh kecelakaan kerja itu. Salah satu potensi kecelakaan kerja pada tambang batubara bawah tanah adalah ledakan gas dan debu batubara.
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan berbagai jenis gas tambang dan debu batubara dan bagaimana semuanya itu dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan bagaimana teknik pencegahan dan penanganannya.
Batubara adalah sejenis bahan bakar yang berasal dari fossil tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami peristiwa motamorfosis semenjak jutaan tahun yang lalu. Tumbuh-tumbuhan itu telah mengalami fase penggambutan dan fase pembatubaraan.
Selama proses penggambutan sampai dengan pembatubaraan itu, tentu saja secara alamiah akan terjadi serapan udara dan berbagai jenis gas lainnya, hal ini disebabkan oleh adanya sifat porositas dan kapilaritas dari tumbuh-tumbuhan itu.
Ketika batubara itu mengalami proses pembukaan dari keadaan awalnya, maka gas-gas yang berada dalam batubara itu akan keluar bila ada sesuatu yang mendorongnya, baik itu oleh rekahan, patahan, remukan, atau tekanan dari udara luar dan sebagainya. Setelah gas-gas itu keluar dari posisinya semula, maka dia akan teremisi ke udara di sekitarnya.
Secara umum pada udara luar, komposisi udara normal terdiri dari 21% Oksigen, 78,09% Nitrogen, 0,03% Carbon dioksida, dan 0,93% Argon. Komposisi udara itu untuk di dalam terowongan tambang bawah tanah akan sangat berbeda, karena jelas dalam tambang bawah tanah itu akan terjadi emisi dari berbagai jenis gas yang keluar dari batuan yang ada. Gas-gas yang mungkin ada dalam batubara antara lain: O2, N2, CO2, CH4, NO, NO2, H2S, dan SO2.
Berikut ini dijelaskan secara ringkas berbagai ketentuan yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dalam kaitan dengan komposisi gas-gas yang ada dalam tambang.
Oksigen (O2)
Prosentase normal untuk oksigen dalam udara adalah 21%. Bila kadar oksigen yang ada dalam udara di lingkungan kerja itu kurang dari 19,5%, maka para pekerja akan mengalami stress dan bila tetap dipaksakan bekerja di sana akan terjadi kelelahan yang cepat, karena tenaganya akan terkuras untuk menghirup udara (oksigen) dan pada akhirnya para pekerja akan menjadi lemas.
Penyebab berkurangnya kadar oksigen dalam udara pada tambang bawah tanah biasanya adalah: pembakaran (combustion), peledakan (blasting), reaksi oksidasi (oxidation) bahan organic, diantaranya kayu dan batubara dan juga karena adanya proses pernafasan manusia yang mengeluarkan karbon dioksida.
Komposisi udara normal mengandung sebahagian besar nitrogen (N), yakni lebih kurang 78,09%. Sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa dan lebih ringan dari oksigen serta tidak beracun, tetapi bila kadarnya lebih besar dari 80% dia dapat menyebabkan sesak nafas bagi manusia, karena secara otomatis kadar oksigen akan berkurang.
Karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang berasal dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar fossil atau zat organik lainnya. Gas karbon monoksida tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi sangat beracun. Menurut data dari Savety Executive (Tempo, 29-12-2002), gas terbesar potensinya untuk membuat orang keracunan akut adalah karbon monoksida.
Manusia dan binatang bernafas dengan menghirup udara yang mengandung oksigen dan ketika pernafasan keluar dihasilkan gas karbon dioksida (CO2). Gas ini tidak berwarna dan lebih berat dari udara dan rasanya agak asam. Bila gas ini terhirup dalam jumlah yang besar akan menimbulkan sesak pernafasan.
Pembentukan gas methan (CH4) sejalan dengan proses pembatubaraan. Selama proses pembatubaraan itu gas-gas methan terperangkap dan terkumpul dalam lapisan batubara (coal seam) dan juga dapat terjebak pada batuan sampingnya. Pada waktu itu terjadi perobahan daya serapnya terhadap oksigen dan sebaliknya terjadi peningkatan kandungan karbon (lihat table)
Tabel 1.Serapan Oksigen dan Kadar Karbon Batubara
Tipe Batubara | Peat | Lignit | Bituminous | Antrasit |
Oksigen (%) | 35,3 | 26,5 | 10,6 | 03,0 |
Karbon(%) | 57,0 | 67,0 | 83,0 | 93,0 |
Pada tambang batubara bawah tanah, kecelakaan kerja yang paling ditakuti adalah kebakaran atau ledakan gas methan, karena gas methan adalah gas yang paling mudah terbakar (the most common flammable gas). Gas methan tidak berwarna, tidak berbau, lebih ringan dari udara, dan tidak beracun. Pada konsentrasi 5% dari volume udara saja gas ini sudah dapat terbakar (lower explosive limit), yang setara dengan 100% LEL, sedangkan batas ledakan teratas (upper explosive limit) pada 300% LEL atau sekitar 15% volume udara.
Nitrogen dioksida dapat berasal dari gas buang knalpot mesin-mesin tambang, baik yang berbahan bakar solar ataupun bensin, peledakan gas atau dari bunga api listrik. Gas nitrogen dioksida bersifat beracun dan cukup berbahaya, berwarna coklat kemerahan, lebih berat dari udara.
Hidrogen sulfida (H2S) dapat terbentuk dari peledakan bijih-bijih sulfida atau bahan-bahan lapukan. Gas H2S bersifat racun, tidak berwarna, dan mudah terbakar.
Gas sulfur dioksida (SO2) atau disebut juga gas belerang terbentuk dari proses peledakanatau pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur (sulfida). Gas SO2 sangat beracun, tidak berwarna, berbau belerang. Jika terhirup dalam jumlah yang cukup banyak, dapat menimbulkan sesak nafas dan pusing-pusing atau mual. Copyright BDTBT 2004 Pusdiklat Teknologi Mineral & Batubara
Debu-debu tambang itu dapat menimbulkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan para pekerja tambang, antara lain penyakit pernafasan, paru-paru berdebu, keracunan, dan peradangan pada mata. Dari segi pengaruh terhadap peralatan, debu tambang dapat menimbulkan kerusakan alat atau mesin-mesin tambang. Lebih jauh daripada itu debu-debu tambang dapat menjadi pemicu kebakaran dan ledakan yang cukup besar dan berbahaya.
Butiran debu batubara yang sangat halus dapat menjadi sumber kebakaran dan ledakan yang sangat dahsyat dalam tambang batubara bawah tanah. Campuran antara debu batubara dengan gas atau uap yang mudah terbakar (dalam bentuk awan debu batubara), dapat meledak bila di sekitarnya ada api atau pijaran bunga api.
Berikut ini dijelaskan secara sepintas masing-masing debu yang ada pada tambang batubara bawah tanah.
Debu pulmonary adalah debu-debu tambang yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit gangguan pernafasan dan penyakit paru-paru berdebu. Debu pulmonary yang berukuran 0,25 – 5 mikron adalah yang paling berbahaya, karena debu-debu dengan butiran sedemikian kecil itu mengambang di udara dan mudah terhisap ketika bernafas, dan selanjutnya debu-debu itu akan mengendap di paru-paru.
Debu pulmonary itu ada beberapa jenis, antara lain:
Debu asbes, penyebab penyakit asbestosis Debu timah, penyebab penyakit stanosis Debu batubara, penyebab penyakit anthracosis Debu silica, penyebab penyakit silicosis.
Debu beracun dapat menyebabkan keracunan akut dan kerusakan kulit. Jenis debu ini antara lain:
Debu arsenic, penyebab keracunan arsen Debu mangan, penyebab keracunan mangan Debu timah hitam, penyebab keracunan timah hitam (timbale) Debu uranium, penyebab keracunan atau radiasi uranium.
Debu tambang ini dapat menimbulkan ledakan pada tambang bawah tanah. Jenis debu ini adalah:
Debu bijih sulfide Debu pyrite (FeS) Debu batubara.
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah@ Copyright BDTBT 2004 Pusdiklat Teknologi Mineral & BatubaraDebu radioaktif ini dapat menyebabkan radiasi, yang menimbulkan kanker kulit, dan keracunan akut. Jenis debu ini antara lain:
Debu uranium Debu thorium Debu titanium Debu bahan radioaktif lainnya.
Secara umum kebakaran dapat terjadi bila dipenuhi tiga unsur pemicu kebakaran itu, yakni adanya api, oksigen dan bahan bakar (triangle fire). Sedangkan ledakan dapat terjadi jika ada 5 syarat yang terpenuhi, yakni ada panas (heat), bahan bakar (fuel), udara (oxygen), ruang terisolasi (confinement), dan ada tahanan (suspension). Untuk jelasnya perhatikan gambar berikut.
![]() |
Gas yang Dapat Meledak (Explosive Gas)
Kecelakaan kerja pada tambang batubara bawah tanah berupa kebakaran dan ledakan disebabkan adanya gas methan (CH4).
Gas methan yang terdapat dari batubara kadarnya bervariasi, yakni:
Pada umumnya pelepasan gas methan dari lapisan batubara itu dapat berupa pelepasan bebas, pemancaran (emission), dan keluar dari celah bebatuan (outburst)
Keberadaan Gas Methan (Presence Of Methane)
Gas methan yang keluar dari batubara teremisi ke udara di sekitarnya. Karena gas ini lebih ringan dari udara, maka dia berada pada bahagian atas (langit-langit terowongan). Gas ini cenderung berada pada bahagian akhir lobang bukaan tambang bawah tanah (tail gate of the longwall face), lobang naik (raise end), dan bahagian atap (caved roofs).
Potensi Ledakan Gas Methan dan Debu Batubara
Berikut ini dijelaskan bagaimana komposisi masing-masing bahan tersebut, sehingga terjadi ledakan tambang.
Gas methan dapat meledak pada konsentrasi antara 5 – 15% di udara sekitarnya pada tekanan normal. Sedangkan ledakan terbesar dan berbahaya akan terjadi pada konsentrasi 9,5%.
Bila debu batubara, yang butirannya sangat halus, dengan konsentrasi 10,3 gram/m3 volume udara, beterbangan ke udara sekitarnya, membentuk awan debu batubara, dan jika pada saat bersamaan ada pijaran bunga api, maka akan terjadi ledakan debu batubara itu.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa konsentrasi campuran antara debu batubara dengan gas methan yang dapat meledak adalah sebagai tertera pada tabel.
Tabel. Konsentrasi Minimum campuran Gas Methan dan Debu Batubara yang Dapat Meledak
Jumlah Debu Batubara(gr/m3) | 0,00 | 10,3 | 17,4 | 27,9 | 37,7 | 47,8 |
Konsentrasi Gas Methan (%) | 4,85 | 3,70 | 3,00 | 1,70 | 0,60 | 0,00 |
Apabila terjadi campuran antara udara dan gas methan dan di sana terjadi pijaran api, maka pertama akan terjadi kebakaran. Proses kebakaran ini menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan uap air dengan reaksi kimia : CH4 + 2O2 = CO2 + 2H2O.
Ledakan akan timbul bila pada lokasi tersebut sedang ada awan debu batubara (debu batubara yang sedang beterbangan. Ledakan pada suatu lokasi akan memberikan getaran ke daerah tetangganya sehingga debu batubara yang tadinya terendapkan akan berhamburan pula, dan untuk selanjutnya akan terjadi lagi ledakan beruntun sampai semua bahan potensial ledakan habis terbakar dan meledak.
Bila jumlah oksigen berkurang, gas akan terbakar secara tidak sempurna menghasilkan karbon monoksida (CO) yang sangat beracun, hydrogen (H), dan air (H2O). Reaksi kimianya: CH4 + O2 = CO + H2 + H2O
Tabel 4 dan 5 memperlihatkan rekapitulasi kejadian kecelakaan ledakan tambang di Jepang antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1984.
Tabel 4. Statistik Kecelakaan Ledakan Tambang Berdasarkan Penyebabnya
Penyebab
Jumlah Kejadian
Persentase
Peledakan (blasting)
Swabakar (spontaneous combustion)
Peralatan listrik (Electricity)
Nyala api (naked flame)
Gesekan (friction)
Tidak diketahui (unknown)
80
22
103
100
15
24
23,2
6,4
29,9
29,1
4,4
7,0
Total
344
100,0
Tabel 5. Statistik Kecelakaan Ledakan Tambang Berdasarkan Lokasi Kejadian di Jepang
Lokasi
Jumlah Kejadian
Persentase
Lubang naik (raise)
Daerah kerja (working face)
Lapisan batubara (coal seam)
Terowongan silang (main crosscut)
Kemiringan (slop)
Jalur keluar tambang (mined out area)
Ruang fasilitas mekanik
Lubang masuk (main entry)
Lubang miring (inclined shaft)
Terowongan silang (crosscut)
Lubang vertikal (vertical shaft)
Lainnya
114
70
64
21
16
13
12
8
6
6
6
6
33,2
20,4
18,6
6,1
4,7
3,8
3,5
2,3
1,7
1,7
1,7
1,7
Total
344
100,0
Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang batubara bawah tanah, terutama dalam bentuk ledakan gas dan debu batubara, perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut.
Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan batubara ini adalah:
Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas atau debu batubara tidak akan terjadi jika sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah itu cukup baik.
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah@ Copyright BDTBT 2004 Pusdiklat Teknologi Mineral & Batubara