

Assalamualaikum sahabat Blogger...
Semoga selalu sehat dan berlimpah kebahagiaanAlhamdulillah buku terbaru saya telah terbit (oleh MNC Publishing) dengan tajuk Fiksi Mini-Puisi-Ilustrasi, Pembelajaran Alih Wahana Karya
Sastra dan Seni. Hasil karya ini merupakan salah satu wujud kolaborasi antar-genre, yaitu
sastra dan seni. Buku sederhana ini terdiri atas 51 karya, berupa 17 fiksi mini yang dialihwahanakan
menjadi 17 Puisi dan 17 gambar Ilustrasi. (Gambar ilustrasi oleh Aisya Salsabilla). Alih wahana merupakan proses transformasi, yaitu perubahan suatu karya menjadi jenis karya yang lain. Alih wahana disebut juga dengan istilah ekranisasi.
Sahabat Blogger bisa membaca dan membelinya di GRAMEDIA
Sebagai pendidik, penulis
berharap buku ini dapat menjadi salah satu sumber literasi, sumber belajar, dan
media pembelajaran kolaboratif alih wahana karya sastra dan seni. Penulis bekerja sama dengan Ilustrator sebagai
salah satu bentuk apresiasi terhadap bakat dan minat peserta didik sekaligus
mewadahi karya yang dihasilkan.
Dalam
pembelajaran berbahasa dan bersastra, khususnya elemen menulis, tidak sedikit
siswa yang kehabisan ide. Jalan cerita menjadi macet. Siswa mengalami stagnan
di tengah menulis cerita. Keadaan yang demikian itu biasanya dialami ketika
menulis cerita panjang. Namun, hal itu tidak akan terjadi dalam proses menulis
fiksi mini. Dengan demikian, fiksi mini dapat menjadi “jalur alternatif’ bagi
siswa untuk berlatih menghasilkan karya dengan relatif lebih mudah. Selain itu, melakukan proses alih wahana karya juga menjadi solusi untuk menuangkan ide dan kreativitas.
Secara garis besar, daftar isi buku sebagai berikut:
1.
NAERA
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
2.
KUPU-KUPU MISTERI
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
3.
TENGKORAK BERSERAKAN
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
4.
SEPATU
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
5.
LORONG WAKTU
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
6.
PIALA UNTUK AYAH
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
7.
CINTA YANG PERGI
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
8.
PANGGUNG PAK UWAN
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
9.
MAKHLUK RAKSASA
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
10.
JANGAN BERSEDIH
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
11.
JENAZAH TERTUKAR
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
12.
ENTAH APA NAMANYA
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
13.
KACA RETAK
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
14.
BINTANG-BINTANG
BERJATUHAN
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
15.
KUSUMA BANGSA
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
16.
SABAR
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
17.
DIA BERLARI KE BENTENG
VICTORIA
·
Fiksi Mini
·
Puisi
·
Ilustrasi
SAMBAL CUMI-CUMI
9 Mar 2023 9:05 PM (2 years ago)

Assalamualaikum Sahabat Blogger…
Apakah kalian pecinta kuliner sambal? Jika ya, tentu
predikat tersebut kurang lengkap bila belum pernah merasakan sambal
cumi-cumi. Karena sambal cumi-cumi telah melengkapi jagat Persambalan Kuliner Nusantara. Selain itu, sambal cumi-cumi juga mampu menggugah selera makan.
Apalagi sebentar lagi masuk bulan Ramadhan, sambal cumi-cumi siap menjadi
pelengkap menu santap sahur atau berbuka puasa. Sambal cumi-cumi
bisa dibeli di toko. Namun, bila kalian mempunyai waktu yang cukup, bisa
mencoba membuat sendiri dengan resep ala saya. Saya membuat sambal ini dengan menggunakan cumi-cumi asin karena kebetulan ada stok di rumah, pemberian Mbak Ninit Isna Triatmi. Simak langkah-langkahnya sebagi berikut:
 |
Sambal cumi-cumi siap dihidangkan |
Bahan:
250 gram cumi-cumi (saya menggunakan cumi-cumi asin)
2 lembar daun jeruk (buang tulang daunnya agar tidak
pahit)
2 lembar daun salam
2 batang serai (digeprek lalu dipotong jadi dua)
1 sdt asam jawa
1 sdt gula merah
garam secukupnya (bila telah terasa asin, skip garam)
minyak untuk menumis
Bumbu Halus:
20 buah cabai rawit
10 buah cabai merah
10 buah bawang merah
5 siung
bawang putih
Cara Memasak:
1. Cuci cumi-cumi asin, buang tulang lunaknya, potong-potong.
2. Rebus cumi-cumi sekitar lima menit. Matikan api dan biarkan cumi-cumi dalam rendaman air rebusan tersebut. Setelah 15-20 menit, tiriskan.
3. Goreng sebentar untuk menghilangkan kandungan air, angkat, lalu tiriskan.
 |
Cumi-cumi asin telah dicuci |
4. Tumis cabai rawit, cabai merah, bawang
merah, dan bawang putih, lalu haluskan.
 |
Cabai, bawang merah, dan bawang putih yang telah ditumis |
5. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan minyak agak banyak.
 |
Bumbu halus yang sedang ditumis |
6. Masukkan serai, daun jeruk, daun salam, dan asam ke dalam bumbu yang sedang ditumis
 |
Serai, daun salam, daun jeruk, dan asam |
7. Aduk bumbu sambal sampai beraroma harum. |
Serai, daun jeruk, daun salam, dan asam dimasukkan ke dalam bumbu sambal |
8. Masukkan cumi-cumi asin, tambahkan gula merah, lalu koreksi rasa. Bila asinnya dirasa cukup, tidak perlu diberi garam. Aduk terus sampai 10-15 menit hingga berwarna kemerahan. Setelah itu, keluarkan serai, daun jeruk, dan daun salam. Karena aroma dan citarasa yang dibutuhkan telah terpenuhi.
 |
Cumi-cumi ditumis bersama bumbu |
9. Sambal cumi-cumi siap dihidangkan.
***

Assalamualaikum
Semoga selalu sehat dan bahagia
Kali ini saya bercerita tentang labu, tentu saja ini pembicaraan orang awam di bidang pertanian, bukan expert. Jadi, harap dimaklumi apabila ada yang kurang tepat dalam penyebutan atau penyimpulan.
 |
Labu, sawah, dan gunung
|
Berawal dari suatu hari, ketika saya sedang berada di balkon dan melihat ke lahan kosong sebelah rumah, tampak tumbuhan yang berbeda dari rumput-rumput di sekitarnya. Lalu saya turun mendekatinya. Pohonnya tegak setinggi kurang lebih 25 cm. Daunnya baru empat helai, lebar, berwarna hijau, bagian tepi bergerigi, dan tebal seperti beludru. Di permukaan daun ada guratan warna putih membentuk garis tak beraturan, sebagian searah dengan tulang-tulang daunnya. Ada sulur-sulur berwarna hijau muda yang berjuntai, belum menemukan tambatan. Sungguh penasaran dan ingin memindahnya. Saya ambil cangkul. Sekali ayun, tumbuhan dan tanahnya dapat terangkat. Kemudian saya pindah tanam ke lahan depan rumah.
Berdasarkan informasi dari Pak Tani yang biasanya lewat, ini tumbuhan labu, sebagian orang menyebutnya waluh. Perawatan pohon labu ini hanya kami siram, itu pun tidak setiap hari, bahkan belum pernah dilakukan pemupukan karena labu tampak sehat. Saya mencoba mengamati pertumbuhannya. Walaupun hanya satu pohon, labu tumbuh subur dan rimbun. Oleh suami dipanggilkan orang untuk membuatkan penyangga sekaligus sebagai penopang dan rambatan.
 |
Tumbuh subur berdaun lebat
|
Suatu saat, pohon labu berbunga, relatif besar, setiap bunga memiliki lima mahkota berwarna kuning oranye cerah. Karakteristik batang bunga sama dengan batang daunnya, yakni berbulu keras dan tajam (bila tidak hati-hati ketika memegang, bisa terluka).
Bunga labu ini ada dua jenis. Pertama, bunga yang memiliki putik tunggal. Dalam pengamatan saya, bunga yang seperti ini, setelah layu akan luruh begitu saja. Jadi, kalau saya simpulkan ini adalah bunga jantan yang tidak bisa menjadi buah.
 |
Bunga labu berputik tunggal dan penampakan dari samping |
Kedua, bunga yang memiliki beberapa putik. Seperti tampak pada gambar di bawah ini: ada 3 pasang putik atau 6 putik di tengah mahkota bunga. Bunga yang memiliki putik banyak (ganda, majemuk) seperti ini, sebelum luruh sudah tumbuh bakal buah di bawah pangkal bunga. Saya simpulkan, jenis ini adalah bunga betina yang bisa menjadi buah.
 |
Bunga labu berputik banyak dan penampakan bakal buahnya |
Bakal buah bisa tumbuh dan berkembang menjadi buah muda. Namun, tidak semua buah muda bisa sampai dewasa, ada kalanya tanggal juga. (Seperti kata peribahasa: bunga gugur putik pun gugur. Artinya, setiap yang hidup akan mati tanpa memandang umur.) Buah muda yang sehat berbentuk bulat, berwarna hijau terang seperti gambar berikut.
 |
Buah muda tumbuh menghadap ke atas, makin besar berbalik arah ke bawah |
Buah muda ini akan terus berkembang dan menjadi buah dewasa yang berwarna hijau gelap. Bila buah sudah tua dan siap dipanen akan berwarna coklat muda keemasan.
 |
Buah labu dewasa dan buah labu tua siap panen |
Bila saat panen tiba, disarankan menggunakan alat potong untuk "memetik" buahnya, misalnya menggunakan gunting dahan. Selain tangkai buahnya cukup kuat, menggunakan alat potong bisa menghindarkan buah dari kerusakan. Karena memanen buah labu dengan cara dipuntir akan merusak bagian pangkal buah bila tangkainya lepas dengan paksa. Nah, kerusakan jaringan buah dapat menyebabkan labu tidak bisa bertahan lama. Sedangkan buah labu yang telah dipanen "tanpa luka", bisa bertahan berbulan-bulan hanya dengan diletakkan begitu saja, misalnya di lantai.
Bagian dalam buah labu berwarna kuning oranye cerah, secerah bunganya. Ada biji-biji seukuran kuku manusia, bergerombol dan berbalut serabut. Labu kuning bisa diolah menjadi berbagai variasi makanan. Dikukus saja sudah enak (walapun enak itu relatif). Rasanya legit (manis dan kenyal), juga empuk. Selain dikukus, labu juga bisa dibuat kolak, dijadikan jenang, bahkan disayur lodeh. Oleh sebab keterbatasan wawasan akan keanekaragaman olahan labu, saya hanya bisa menyebutkan beberapa saja. Tentu masih banyak lagi kreativitas masakan dari bahan dasar labu kuning sesuai dengan selera dan kebiasaan di masing-masing daerah yang kaya akan jenis kuliner.
 |
Kesit, si kucing oren, sedang mendeteksi aman atau tidaknya buah labu untuk dikonsumsi. |
Ohya, tentu banyak jenis labu dan salah satunya adalah labu ini (entah jenis apa). Satu buah labu yang telah dipanen, beratnya sekitar 5 kg, berdiameter sekitar 25 cm. Sampai dengan saat ini, pohon labu tersebut telah menghasilkan 7 buah dan masih banyak lagi bunganya. Alhamdulillah. Barakallah...

Assalamualaikum Semoga selalu sehat dan bahagia Kami sangat bersyukur kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena saya
bersama Pak Hari Efendi (Guru Sejarah yang sekaligus Guru Penggerak Angkatan I Tahun 2020-2021), alhamdulillah bisa memadukan kembali buah
pikiran dalam satu kesatuan menjadi buku fiksi-nonfiksi. Terima kasih kepada kalian yang telah menjadi bagian dari sumber inspirasi penulisan buku ini: keluarga, para sahabat, teman sejawat, dan murid-murid tercinta.
Buku yang berjudul Lentera dalam Kata ini bisa didapatkan di GRAMEDIA, berisi 6 artikel
dan esai,
serta 30 puisi, dengan daftar judul sebagai berikut: I. Artikel dan Esai
1. Metafora Kehidupan Sosial Politik dalam Naskah Drama Atas Nama Cinta
2. Monolog Dramatik dalam Puisi
Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya
3. Pendidikan Tidak
Sekerdil itu
4. Hidupkan Sejarah di Kelas dengan Role Playing
5. Sejarah Adalah Pertahanan Terakhir
untuk Menjaga Keutuhan Sebuah
Bangsa
6. Tentang Identitas Sebuah Bangsa
II. Puisi
1. Pendidikan Tidak Sekerdil
itu
2. Kisah Cinta Surapati
3. Ogal-Agil
4. Lalu, Kini, dan Nanti
5. Ceruk
6. Menua Bersama
7. Paradoks
8. Kedasih
9. Pohon Tumbang Tanpa Akar
10. Kepompong
11. Di Sini Ada Doa Untukmu
12. Solider
13. Ikhtiar
14. Oleng
15. Batas Waktu
16. Hidup Tak Sendiri
17. Hiburan
18. Kupungut Doamu
19. Misteri Wanita Tua Berkerudung Jingga
20. Coba Renungkan
21. Ketika Memberi Harus Memohon
22. Setengah Abad
23. Sudahlah
24. Sayan
25. Air Kalam
26. Damai
27. Cinta dan Tragedi
28. Lentera dalam
Kata
29. Sepi itu
30. Keadilan Untukmu
 |
1 |
Syi’ir
dalam bahasa Indonesia adalah syair, yaitu karya sastra lama yang berisi cerita, memiliki kriteria tertentu, dan biasanya dinyanyikan. Dalam khazanah kesusastraan Indonesia, perkembangan syair mendapat pengaruh dari
Timur Tengah seiring dengan masuknya Islam ke Indonesia.
Berpuluh
tahun yang lalu, ketika saya akan meninggalkan kampung halaman untuk menuntut
ilmu, Budhe saya memberikan “salinan” naskah Syi’ir Paras Nabi untuk
saya bawa. Karena syi'ir tersebut penuh kenangan. Kami sering melantunkannya berdua, sejak saya masih remaja. Bahkan, saat kecil pun saya telah mendengarnya dari Budhe di sela-sela aktivitas.
Naskah Syi’ir Paras Nabi terdiri atas 12 halaman. Secara khusus kisah dalam naskah syi'ir
terdapat di halaman 2-10, di antaranya berkisah tentang kelahiran Nabi, Nabi menerima wahyu dari Malaikat Jibril, dan kisah Nabi bercukur. Halaman pertama adalah halaman sampul/judul,
halaman 11 berisi Asmaul Husna namun tidak lengkap 99 nama Allah, sedangkan
halaman 12 berisi kalimat taukhid dan doa. Ada keterangan lokasi dalam naskah
ini, yaitu Surabaya, Indonesia. Semua tulisan berupa huruf Arab pegon
berkharakat. Disebut juga huruf Arab Melayu karena bertulisan huruf
Arab tetapi berbunyi Jawa atau Melayu.
Transkrip naskah dalam huruf latin tiap-tiap halamannya sebagai
berikut:
[1]
Halaman Judul:
Syi’ir
Paras Nabi
[2]
/Bismillahirohmanirrohim/
 |
2 |
/Abtadiu
miwiti ingsun/ /Muji ing Allah kalawan nuwun/
/Ikilah
syi’ir ing kanjeng gusti/ /Mula den syi’ir parase Nabi/
/Mula
den pikir sarta den titi/ /Bisaha terang kaya kang ngerti/
/Nabi
Muhammad ingkang sinelir/ /Arep den tutur ana ing syi’ir/
/Putra
jalere kiyahi Abdullah/ /Pinutra’aken ana ing Mekah/
/Durunge
dhohir Jeng Rosulullah/ /Den tilar seda Raden Abdullah/
/Nalika
seda Raden Abdullah / /Iku benere ana Abwa’/
/Den
sare’aken ana Madinah/ /Kari rerandhan Dewi Aminah/
/Sarta
angandhut Jeng Rosulullah/ /Tur masi’ tetep ana ing Makah/
/Sawuse
dhohir menyang Ngunainah/ /Den aturaken Dewi Aminah/
/Den
ajak lunga maring Madinah/ /Ibune seda ana Abwa’/
/Sanding
kang raka Raden Abdullah / /Den sare’aken ana Madinah/
/Nabi
Muhammad balik nyang Mekah/ /Malasan garwa Dewi Khadijah/
/Sawuse
dadi Nabi utusan/ /Lan kaparingan Kitab Qur’an/
[3]
 |
3 |
/Sarta
baline seket syariat/ /Para sakhabat padha mufakat/
Abubakar
Umar Usman lan Ali/ /Padha percaya syariat Nabi/
/Tatkala
paras Nabi sinelir/ /Iku den tutur ana ing syi’ir/
/Wong
mukmin sawiji mura sahabat/ /Ing Abubakar kebat anjawab/
/Ya
Abubakar ratu mukmin/ /Ing dhawuh Tuwan kula kepingin/
/Kalane
paras Jeng Rosulullah/ /Dinane sasi niku punapa/
/Du’a
mewa kulu’ kang pundi/ /Den paringaken Jeng Gusti/
/Ya
Abubakar ratu ngandika/ /Ing wong mukmin kang padha teka/
/Tatkala
paras Nabi Muhammad/ /Bakdane kundur king Perang Uhud/
/Ing
dina Isnen wus ana Mekah/ /Iku kundure saking Madinah/
/Jeng
gusti darus qur’an sak saat/ /Mangka ketekan ing malaikat/
/Jibrail
bekta kalimat ayat/ /Den paringaken Nabi Muhammad/
/Puniki
warni ayat Qur’an/ /Den paringaken kekasih Tuwan/
/Mukhaliqin
ru’usakum/ /Wamuqosirina latakhofun/
/Meneng
Jeng Nabi amung sak saat/ /Dhedhawuhna ing malaikat/
/Kala
Jeng Pangeran paring rahmad/ /Kalangkung syukur rawuhe nikmat/
/Ya
Jibrail kebat amatur/ /Mengke Jeng Nabi kinon acukur/
[4]
 |
4 |
/Nabi
Muhammad Tuwan acukur/ /Dhawuh Jeng Nabi kula acukur/
/Yen
kula cukur kersane Allah/ /Ya Jibrail matur ing Allah/
/Nabi
Muhammad kasihe Allah/ /Jibrail maras Jeng Rosulallah/
/Nabi
ngandika ing malaikat/ /Sampeyan nuwun ingkang lumampah/
/Kulu’
kula niku kang pundi/ /Rihane Tuwan kinuwun marasi/
/Ya Jibrail
matur ing Allah/ /Nuwun kuluk Jeng Rosulullah/
/Ya
ilahi anta Pangeran / /Pundi kulu’ kasihe Tuwan/
/Nabi
Muhammad ingkang sinelir/ /Dhawuh pangeran ing Jibrail/
/Kebat
lungaha nyang suwarga/ /Sira methika godhong kastuba/
/Ingkang
sak lembar gawe kuluki//Kasih ingsun maring parase/
/Nuli
Jibrail menyang suwarga/ /Methik godhonge kayu kastuba/
/Amung
sak lembar lir sutera hijo/ /Den kulu’na iku anganggo/
/Den aturaken
Nabi wekasan/ /Kasihe Allah kinon kulu’an/
/Ya Jibrail
maras Jeng Nabi/ /Sangalas Romadhan tanggale sasi/
/Sakhabat
papat marek ningali/ /Tatkala maras rima Jeng Nabi/
/Rima
sak lembar dhak runtuh bumi/ /Sujine rima ana ing bumi/
/Nuli
ngandika Nabi Muhammad/ /Takon hikmahe ing malaikat/
[5]
/Merga
dhak runtuh ana ing bumi/ /Jibrail matur ing Kanjeng Gusti/
/Kathahe
rambut tuwan meninga/ /Niku sak kethi lan telung laksa/
/Lan
telung ewu lan telung atus/ /Lan telung puluh telu den urus/
/Pertama
Pangeran ing widadari/ /Ing suwarga aja ana kari/
/He widadari
padha mudhuna/ /Menyang ing Mekah padha nontona/
/Olehe
paras Nabi Muhammad/ /Ingkang marasi ya malaikat/
/Sira
merika jaluk rambute/ /Sak lembar iwuh ya akeh tsawabe/
/Sira
talekna ing lengen ira/ /Sakeh dosamu ingsun sepura/
/Sing
sapa simpen ing caritane/ /Ingsun sepura sakeh dosane/
/Ikilah
paras Kanjeng Gusti/ /Ngerawatana bakal yen mati/
/Tetkala
ngalap ing malaikat/ /Ngambil nyawane besok sekarat/
/Lan
luput siksa ana ing kubur/ /Sabab dosane iku wis lebur/
/Mungkar
wa nakir endhak nakoni/ /Sabab wus oleh syafa’at Nabi/
/Lan
sun paring kamulyan dunya/ /Terus akhirat iku suwarga/
/Sebarang
gawe nyang gelis dadi/ /Lawase urip dhak kurang rezki/
/Yen
dhak gelem simpen ing ceritane/ /Olehe paras hadits Nabi/
/Sasat
asengit ing awak ingsun/ /Dhak dhemen ing kasih ingsun/
[6]
/Sing
sapa mahido kafir matine/ /Sabab uripe mamang atine/
/Audzubillah
ngelindhung ing Allah/ /Ja kasi kufur sira
ing Allah/
/Lan
muga-muga Allah nulungi/ /Ing wong kang nulis cerita iki/
/Lanang
lan wadon kang gelem maca/ /Syafa’at Nabi den paringana/
/Khatame
syi’ir ing dina Sabtu/ /Nyerambahna ing anak putu/
/Tanggal
ping wolu ing wulan Syafar/ /Syafa’at Nabi sayyidilbashar/
/Pukul
pitu pasaran wage/ /Bisaha metu nyang age age/
/Hijrah
sewu telung atuse/ /Lan sangalas iku punjule/
/Saking
sejane iki den tata/ /Dadi wong maca supaya katata/
/Sabab
dhak kathi’ lafad makna/ /Dadi wong maca iku dhak tuna/
/Mulane
iki tak syi’iraken/ /Amrih yen maca iku dhak kaken/
/Supaya
rahab bocah ginahun/ /Sabab macane kathi’ ing lagon/
/Dadi
pas karep olehe maca/ /Samangsa karep nyang gelis bisa/
/Salah
benere wallahu a’lam/ /Paras den syi’ir nular ing jawan/
/Saking
bodhone dhak bisa ngaji/ /Wani anyi’ir parase Nabi/
/Pira
salahe nuwun sepura/ /Maring pangeran kang maha mulya/
/Saking
sejane iku den tata/ /Tibane jawan ingkang den waca/
[7]
/Sak bisa-bisa
aja den wada/ /Luwih kurange den wuwuhana/
/Sawuse
tutug syi’ir den paras/ /Ingsun nambahi si’iir syafa’at/
/Liyane
syi’ir du’a Jeng Nabi/ /Den amalaken rina lan wengi/
/Kalane
lungguh Jeng Rasulullah/ /Ana jerone masjid Madinah/
/Dhawuhna
do’a ana ing syarah/ /Andhawuhaken ingkang
fadhiilah/
/Ya Jibrail
ngaturi salam/ /Nabi Muhammad mangsuli salam/
/Nabi
mahammad muga katura/ /Kathah tsawabe punika do’a/
/Lanang
lan wadon padha macaha/ /Ing do’a iki ing saben dina/
/Utawa
sawulan maca sapisan/ /Utawa rong wulan maca sapisan/
/Utawa
satahun maca sapisan/ /Lan sak umure maca sapisan/
/Aja
tan ora sira macaha/ /Senajan sepisan angger bisa/
/Yen
dhak bisa maca do’a tulisan/ /Mangka simpena iki tulisan/
/Maka
ngereksa Allah ta’aala/ /Malah ngebeki lawang a’la/
/Widadari
dadi cadhangan/ /Sartane padha anampa talam/
/Ingkang
den tampa talam kencana/ /Isi panganan saking suwarga/
/Den cadhagaken
ing wong kang maca/ /Do’a Jeng Nabi kang katerima/
/Allah
ta’alaa nekani karep/ /Yen maca iku ingkang seregep/
[8]
/Lan
akeh-akeh iku tsawabe/ /Lamun den waca iku do’ane/
/Dhak
kurang rezki kang selawase/ /Lan ora miskin kang selawase/
/Den padhangaken
iku atine/ /Sartane padhang ing kuburane/
/Den panjingaken
ing suwarga/ /Kala sekarat iku dhak lara/
/Lan
selamet ing pancabaya/ /Jin lan setan dhak niya-niya/
/Mungkar
wa nakir dhak nanakoni/ /Dina kiyamat dhak mlebu geni/
/Allah
ta’ala anyugihaken/ /Ikilah do’a den amalaken/
/Sertane
luput sakehe belahi/ /Besuk kiyamat luput belahi /
/Allah
ta’alaa ambagusna/ /Wong kang seregep angapadna/
/Sing
sapa mamang pesthine kufur/ /Dhawuhe Nabi dhak kena nyingkur/
/Kabehe
tsawab dhak nulisi/ /Banyu segara den gawe mangsi/
/Sakehe
kayon den gawe kalam/ /Sakehe godhong den gawe papan/
/Yekti
dhak cukup iku den tulis/ /Sakehe ganjaran dhak bisa milis/
/Lamun
wus hafad ing do’a iki/ /Sakehe setan iku dhak wani/
/Lan
lamun ana saterune metu/ /Maka wacanen malih ping pitu/
/Dadi
saterumu iku dhak wani/ /Allah ta’alaa kang ngudaneni/
/Gusti
Hasan ngandika’aken/ /Lan Sayyid Ali wus ngafadaken/
[9]
/Allah
ngandika aja kon lali/ /Simpen parase ing kanjeng Nabi/
/Kelawan
darus kang wali-wali/ /Weruhna dosa maring awwali/
/Supaya
weruh maring kang Ghoniy/ /Maring si dosa dadi dhak wani/
/Sakehe
wong mukmin padha mufakat/ /Nyuwun syafa’at Nabi Muhammad/
/ Allah
ngendika ingsun ngasihi/ /Wong kang ngupaya carita iki/
/Yen
wong munafik aja tuturi/ /Sabab agamane adhak ngerti/
/Sing
sapa simpen ing caritane/ /Mangka selamet ing sak balane/
/Mangka
sun paring rahmat sak laksa/ /Saben wengi lawan den reksa/
/Sing
dhak gelem simpen ing caritane/ /Ingsun kurangi ing sak isine/
/Lan
sun kurangi sandhang pangane/ /Sakeh perabot jero omahe/
/Yen
wong kang dhemen cerita Rasul/ /Olehe paras ing kanjeng Rasul/
/Jin lan
syetan iku dhak wani/ /Tur dadi syahid besok matine/
/Lan
yen lara gelis nyang waras/ /Oleh berkate Nabi peparas/
/Den
gawe jimat tatkala lunga/ / Pasti selamet ing kala lunga/
/Lawan
selamet maring kesasar/ /Miwah selamet sakehe begal/
/Sato
galak dharat dhak wani buru/ /Lan sato galak jerone banyu/
/Malaikat
sewu ingkang ngereksa/ /Wong kang ngupaya iku carita/
[10]
/Kekasih
ingsun Nabi Muhammad/ /Olehe paras dadi syafa’at/
/Lan
teguh timbul kalane perang/ / Lamun ing .. ikilah layang
/Lamun
ta ana wong kena wesi/ /Kelakuhan tulisan iki/
/Lan
banyu adhem tur ingkang tawa/ /Den inumaken maring kang lara/
/Insya
Allah nyang gelis waras/ /Oleh berkate Nabi peparas/
/Lan
lamun sira saba nyang guru/ /Aja lali paras jeng ratu/
/Dadi
selamet dhak kena bendu/ /Sarta welas maring ragamu/
/Poma
dipoma nyang ngupayaha/ /Paras jeng Nabi kang denngupaya/
/Yen
dhak duwe nyiliha sira/ /Angupayaha ing kanca sira/
/Lamun
wong mukmin ngupaya cerita/ /Amerih nyimpeni iki carita/
/Maka
sun paring ing wong kang bisa/ /Ana akhirat idhak densiksa/
/Sing
gelem maca ing donga iki/ /Den-gawe sangu besuk yen mati/
/Iki
wus khatam donga densyarah/ /Atas dhawuhe jeng Rasulullah/
/Akehe
doa’ mung wolu likur/ /Ing buri iki do’a dentutur/
[11]
/Bismillahirrahmanirrahiim
/
/Allahu
Allahul azizul hakiimu/ /Allahu Allahul malikul qudduusu/
/Allahu
Allahul ghafuurul waduudu/ /Allahu Allahussyakuurul khaliimu/
/Allahu
Allahu Allahushomadu/ /Allahu Allahul khamiidul khabiiru/
/Allahu
Allahussayyiduljabbaaru/ /Allahu Allahul malikul khabiiru/
/Allahu
Allahul waahidualqohhaaru/ /Allahu Allahul azdhiimul qudduusu/
/Allahu
Allahul kabiirul akbaru/ /Allahu Allahul qaadirul wahhaabu/
/Allahu
Allahul khaaliqulmubiinu/ /Allahu Allahul aliyyul muta’alu/
/Allahu
Allahuddhaahirulbaathinu/ /Allahu Allahul awwalul’aakhiru/
/Allahu Allahulbaari’ulmushowwiru/ /Allahu Allahulmalikulqudduusurraufu/
/Allahu
Allahulmukminulmuhaiminu/ /Allahu Allahurraufurrahiimu/
/Allahu
Allahulbaa’itsulwaaritsu/ /Allahu Allahuddayyaanu/
/Allahu
Allahu Allahulkhallaaqu/ /Allahu Allahu Allahulhakiimu/
/Allahu
Allahu Allahussyahiidu/ /Allahu Allahulqaabidhulkariimu/
/Allahu
Allahulqawiyyulmuniiru/ /Allahu Allahu Muhammadun Rasulullah/
[12]
/Laa
ilaaha illallahu Muhammadun Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wasallama/
/Wa ‘ala
aalihi wa ashhaahbihi azma’iin/
/Subhana
robbika robbil izzati ammaa yasifuun/
/wasalamun
alalmursalin/
/
Walhamdulillahi robbil aalamiin/
/Aamiin/
***

Ikan, selain bernilai gizi tinggi, juga bisa menjadi pilihan menu untuk konsumsi sehari-hari. Kali ini saya akan
berbagi resep memasak Gurami Acar Kuning. Semoga bermanfaat.
Bahan:
- Ikan gurami 2
ekor/1 kg. Bersihkan, kerat-kerat, cuci bersih, lumuri dengan garam dan bawang
yang telah dihaluskan, lalu diamkan sekitar 10 menit
- Mentimun 1 buah, dipotong kecil-kecil memanjang
- Wortel 1 buah, dipotong kecil-kecil memanjang
- Minyak goreng
- Air 1 gelas
Bumbu:
- Bawang putih 5 siung
- Bawang merah 10 butir
- Kunyit 2 ruas
- Jahe 2 ruas
- Kemiri 10 butir
- Garam dan gula secukupnya (masing-masing 1/2 sendok teh)
- Daun salam 2 lembar
- Daun jeruk 2 lembar
- Serai 1 batang, dipotong-potong
- Cabai rawit sesuai selera
- Cuka 1 sendok makan
Cara Memasak:
- Goreng ikan dalam minyak yang telah panas,
gunakan api sedang sampai ikan matang, tiriskan.
- Haluskan kunyit, jahe, kemiri, bawang putih dan bawang
merah.
- Tumis bumbu halus, masukkan daun salam, daun jeruk, dan serai, aduk
perlahan sampai harum.
- Tuangkan air, biarkan sampai mendidih, masukkan wortel sampai layu, tambahkan cabai dan mentimun, setelah semua bahan empuk, matikan api.
- Beri garam, gula, dan cuka. Koreksi
rasa.
- Letakkan ikan dalam piring saji, tuangkan bumbu
acar di atasnya. Namun, bila menyukai tekstur daging yang lebih lembut/lembek, ikan bisa direndam dalam bumbu selama satu atau dua menit sebelum api dimatikan. Dengan direndam, bumbu lebih meresap sampai ke dalam ikan dan terasa lebih nikmat.
- Gurami acar kuning siap dinikmati bersama
keluarga.

Buku Antologi Puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu ini berisi kumpulan puisi pilihan yang mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Allah swt, lukisan keindahan, kecintaan kepada senja, kerinduan, pengalaman, persahabatan, fenomena, kisah, pandangan, religi, dan beraneka pengalaman batin dalam kehidupan sehari-hari.
Rindu
itu universal. Bisa untuk apa saja atau kepada siapa saja. Begitu pun dalam
Antologi Puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu ini, rindunya pun universal.
Keingininan, harapan, dan dambaan yang berasal dari dasar rasa bernama
sanubari. Itulah rindu, abstrak namun selalu hadir dalam kehidupan manusia.
Dibandingkan
dengan unsur instrinsik lainnya, ungkapan tentang rindu dan senjalah yang paling
berkesan bagi saya. Rindu dan senja merupakan kumpulan diksi yang lebih dominan
dan menjadi benang merah sebagai pengikat antarpuisi.
Itulah mengapa Mosaik Senja, Siluet Rindu ini saya sematkan menjadi
tajuk Antologi Puisi ini.
Buku ini bisa didapatkan di GRAMEDIA, terdiri atas 60 puisi, termasuk trilogi stanza: Kau,
Bulan, dan Gazebo. Berikut daftar isi Antologi Puisi saya:
1. SILUET
RINDU
2. EPOS
3. TASIK
YANG TENANG
4. SOLID
5. UNTUK
ANAKKU SEORANG
6.
JAGOAN KECIL, DI MANA KAU?
7. SELAMAT
JALAN
8. LELAKI
KECIL KEHILANGAN BAPA
9. JADIKAN
SETIAP PERTEMUAN HANYA MAKNA
10. WAKTU TERUS BERLALU
11. PELIPUR LARA
12. AKU TERPENJARA
13. BOCAH DI
BALIK PINTU
14. TABIR
15.
DI SINI AKU BERKHAYAL TENTANG
LAUT
16. DIALOG
DENGAN-MU
17.
KABAR DARI DESA
18. TRILOGI
STANZA: KAU
19. TRILOGI
STANZA: BULAN
20. TRILOGI
STANZA: GAZEBO
21. KEPADA
SENJA AKU MERINDUKAN JINGGANYA
22. SEROJA MERAH JAMBU
23. MENIK
24. LOKOMOTIF
WAKTU
25. KUMBOLO
26. BESERTA
KESULITAN ADA KEMUDAHAN
27. KENANGAN
28. SALAM
ALAIKA YA NABI
29. SENJA
DI KOTA JEDDAH
30. CERITA
KITA
31. KAKEK
PEJUANG
32. DARI
FANA KE BAKA
33. SENJA
DALAM TERZINA
34. BERSAMA BERTAHUN-TAHUN
35. JANGAN
PERGI
36. MENGENANGMU
1
37. MENGENANGMU
2
38. MENGENANGMU
3
39.
DI SANA KUSANDARKAN GELISAH
40. BULAN
PURNAMA DI ATAS BELANTARA
41. RINDU
42. JATUH
43. PIMPO
44. AKU
DAN DIRIMU
45. MASIH
ADA KUNANG-KUNANG DI SINI
46. FLASHBACK
47. AMBYAR
48.
ALLAH BEGITU BAIK
49. COVID
MENGGILA
50. SENJA
TANPA JINGGA
51. GERIMIS
52. KETULUSAN
53. DALAM
PUSARAN JERAM
54. GLOXINIA
55. SURAT
UNTUK DORA
56. SANG
LEGENDA
57. JENTERA
58. HUJAN
KEPAGIAN
59. PRAHARA
60. DALAM
POTRET TUA
Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau
terlampaui. Demikianlah peribahasa yang mampu menggambarkan harapan saya atas
buku ini. Yang pertama, saya berharap Antologi Puisi Mosaik
Senja, Siluet Rindu dapat menjadi motivasi diri untuk lebih
bersemangat lagi dalam menemukan dan mengumpulkan lari-larik yang masih
tersesat dalam imajinasi. Kedua, semoga Antologi puisi Mosaik
Senja, Siluet Rindu dapat menambah perbendaharaan sastra puisi dalam
khazanah Kesusastraan Indonesia. Dan ketiga, semoga Antologi
Puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu mampu menjadi referensi bagi
para pembaca puisi di mana pun berada.
***

* Suwandy Wandy adalah penulis buku Kumpulan Puisi "Melaut Rinduku".
Menyapa Pagi merupakan salah satu puisi yang termuat dalam buku Kumpulan Puisi Melaut Rinduku. Ini puisi rindu nan romantis. Diksi yang tepat dan unik bisa merepresentasikan rasa rindu
yang belum sampai pada temu.
Larik pertama dalam puisi ini dimulai dengan kata “lantas”,
menunjukkan bahwa sebenarnya telah ada peristiwa sebelumnya yang sengaja
dilesapkan, yaitu peristiwa yang pernah terjadi, saat ia (akulirik) datang menemui seseorang. Hadirnya telah beberapa kali berulang dengan harapan yang sama, bertemu untuk mengantarkan rasa rindunya. Dan kali ini ia datang kembali penuh harap, membawa segala rasa hatinya.
/Lantas, aku pun datang
kembali kepadamu/
/Dengan segala cita dan
rindu/
Kepada cercah hujan semalam, ia sampaikan pesan rindu. Melalui kata “cita”, aku lirik menyatakan
perasaan hati, harapan, dan cintanya kepada seseorang tersebut.
/Sebab, lewat cercah
hujan semalam/
/Telah kukabar asaku
hari ini/
Tanpa pernah didera rasa
bosan, akulirik tetap setia menyapa dan menanyakan tentang rasa rindu itu.
/Dan, tanpa ada dera
bosan/
/Kusapa lagi kau di
cerah pagi/
Kepada seorang yang
dirindukannya itu, akulirik berharap rindunya pun bersambut, disimpan dalam
hati agar tidak ambyar berserak.
/Apakah rinduku sudah
disimpan?/
/Hati-hati, jangan
di-retak/
/Apalagi pecah berserak/
/Sebab, puluhan tanggal
aku membikin, khusus buatmu:/
Sejatinya, telah lama
akulirik menyimpan rindunya, rindu kepada seseorang. So sweet…
Berikut teks puisi Menyapa Pagi:
Menyapa Pagi
Lantas, aku pun datang
kembali kepadamu
Dengan segala cita dan
rindu
Sebab, lewat cercah
hujan semalam
Telah kukabar asaku hari
ini
Dan, tanpa ada dera
bosan.
Kusapa lagi kau di cerah
pagi
Apakah rinduku sudah
disimpan?
Hati-hati, jangan
di-retak
Apalagi pecah berserak
Sebab, puluhan tanggal
aku membikin, khusus buatmu:
"Selamat Pagi,
Kawan"
Banyak orang pernah menikmati aneka
olahan cincau, misalnya es cincau, dawet cincau, sirup cincau, jelly cincau,
dll. Namun, tidak semua orang yang pernah menikmati olahan cincau tersebut
mengetahui pohon/daun cincau.
.jpeg) |
Ranting dan Daun Cincau Hijau Perdu |
Secara umum cincau ada dua macam,
yaitu cincau hijau dan cincau hitam. Secara leksikal, cincau dimaknai dalam
KBBI sebagi berikut:
cin.cau
bentuk tidak baku: cingcau
⇢ Tesaurus
- n tumbuhan yang daunnya dapat diperas menjadi kental untuk isi minuman; camcau〔Cyclea barbata〕
- n minuman dingin yang di antara isinya ada semacam agar-agar dibuat dari daun cincau
Cincau hijau pun bermacam-macam,
tetapi yang saya bahas kali ini adalah cincau hijau perdu yang ada di
halaman rumah. Awalnya saya mendapat batang cincau perdu ini dari teman saya Bu Endah Trajuningsih yang membelinya secara online. Saya
diberi dua batang, masing-masing panjang dan diameternya seukuran pensil.
Kini batang cincau tersebut telah menjadi pohon perdu yang tumbuh sehat dan
berdaun lebat. Cincau jenis ini berbatang keras, daunnya tebal, berwarna hijau, bentuk lonjong dengan ujung lancip/runcing. Pada batang tua tumbuh akar-akar gantung di ruasnya.
Hari ini saya membuat minuman es
cincau hijau gula merah dengan mengolah daun cincau perdu yang saya miliki.
A. Cara Membuat Cincau
1. Petik sekitar 20 lembar daun cincau, cuci
bersih.
 |
Daun cincau hijau perdu yang telah dicuci
|
2. Rebus dua gelas air, setelah mendidih matikan
api dan biarkan sampai air berkurang panasnya.
3. Masukkan daun cincau, diamkan sampai air
hangat-hangat kuku.
4. Remas daun cincau sampai halus (pastikan tangan dalam
keadaan bersih).
5. Saring dalam wadah kemudian masukkan ke kulkas sampai air cincau menjadi padat.
 |
Air remasan daun cincau yang telah disaring |
6. Bila menginginkan tekstur yang lebih keras bisa dimasak dengan agar-agar tanpa warna.
 |
Cincau yang telah padat
|
B. Bahan lain
1. Santan matang
2. Sirup gula merah
3. Es batu
C. Cara Menyajikan
1. Potong-potong cincau (bisa juga disendok atau dicacah/cencang),
masukkan secukupnya ke dalam gelas/cawan.
2. Tuangkan secukupnya santan dan gula merah (koreksi
rasa manisnya).
3. Masukkan es batu sesuai dengan selera.
 |
Es cincau hijau gula merah siap dinikmati |
Allah Begitu Baik
22 Jan 2022 11:55 PM (3 years ago)
Terima kasih oh Allah
Engkau begitu baik
Saat aku bernavigasi
Kau kumpulkan bintang-bintang kecil menjadi satu
Sangat terang cahayanya
Menyorot kompas dan peta yang kubentangkan
Kau beri aku keyakinan
Tentang titik koordinat
Tentang arah
Tentang sebuah alamat
Tempat kami berkhidmat
Petunjuk-Mu sungguh nyata
Seolah lampang penumpu
Yang baru ditinggalkan daunnya
Gugur
Atas perintah-Mu
Sebagai jawaban doa-doa penghamba
Terima kasih oh Allah
Atas segala kebaikan-Mu
Atas semua kasih-Mu
Arahkan laku langkahku
Agar tak salah
Tuntun lisanku
Agar tak lancung
Ini aku di jalan air
Berkayuh sambil ke hilir
Tertumbuk biduk di kelokan
Tertumbuk kata dipikiri
Alhamdulillah
Allah begitu baik.
***
(Terima kasih Ivan, "bintang-bintang kecil menjadi satu")
SURAT UNTUK DORA
20 Jan 2022 8:52 PM (3 years ago)
Dora
Melalui surat ini aku mencarimu
Tidak hanya karena aku menyayangimu
Tetapi juga karena janji
Kepada Ibumu aku pernah berjanji
Ya, Ibumu
Yang saat pertama kali melihatnya tanpa
sengaja di suatu tempat
Aku terkesiap
Namun Ibumu tetap tenang
Tak terkejut sama sekali
Bergeming
Waktu itu ibumu berteduh dari sengatan
matahari terik.
Mata kami bertatapan beberapa saat
Tak ada kata terucap
Lalu langkahku berjingkat
Ohya, tentang janji itu
Adalah janji untuk merawatmu
Juga kakak adikmu
Pati dan rezeki hanyalah kuasa Illahi
Ibumu dijemput maut saat menyusui adikmu
Dora
Kini kau entah di mana
Aku mencarimu
Semua mencarimu
Tetapi tak juga bertemu
Kuratapi malam sunyi
Kupanggil namamu dalam tangis
Membayangkan kau lapar dan dingin
Karena pergimu bukan kehendakmu
Dora
Melalui surat ini kuselipkan doa
Semoga takdirmu bisa kembali ke rumah
Jika belum kau temukan jalan pulang
Semoga Allah menolongmu melalui orang baik
yang peduli kepadamu
Aku yakin, kau di sana tak kurang suatu apa
Karena, Tiada satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya (QS. Hud:6).
(Untuk Dora, kucingku yang hilang)

 |
Violces dewasa |
Violces atau african violet merupakan tanaman
hias yang bunganya indah berwarna-warni. Ada violces yang berbunga putih, merah,
biru, pink, ungu, dan warna lainnya. Daunnya getas berwarna hijau dengan
permukaan kasar berbulu. Saya menyukai bunga violces karena bunga ini selalu mengingatkan
saya kepada seorang teman. Saya memanggilnya Teh Anne. Dia juga menyukai
bunga violces. Koleksinya banyak dan beraneka warna. Sedangkan saya hanya
memiliki satu warna, yaitu pink. Dari satu tanaman ini, saya telah berhasil
membiakkannya menjadi banyak dengan cara memisah tunas dan setek daun. Namun, perbanyakan melalui
setek daun ini saya lakukan secara sederhana dan alami. Mari mencoba
langkah-langkah berikut untuk membiakkan bunga violces melalui setek daun.
 |
Violces, sawah, dan Arjuno |
Siapkan pot kecil untuk satu setek. Atau
gunakan media yang lebar dan dangkal untuk beberapa setek sekaligus. Akar violces
bersifat superfisial, artinya akar violces terletak di dekat permukaan tanah
sehingga tidak memerlukan media tanam yang dalam. Bisa juga menggunakan kotak
plastik bekas makanan sekaligus sebagai upaya daur ulang barang bekas menjadi
berguna. Isilah kotak tersebut dengan media tanam yang gembur, memiliki
drainase yang baik, dan materi organik tinggi. Media tanam bisa menggunakan campuran
pasir dan tanah humus/kompos dengan komposisi masing-masing lima puluh persen. Basahi
media tersebut dengan air secukupnya. Media yang baik berperan mempercepat
tumbuhnya akar dalam setek daun violces.
 |
Setek daun violces |
Pilihlah daun violces yang besar, sehat,
dan berwarna hijau segar tidak meranggas. Potong daun tersebut dari pangkal
tangkainya sekitar dua sentimeter. Buat lubang dengan menggunakan jari atau
kayu di permukaan tanah pada media tanam yang telah disediakan. Masukkan potongan daun dengan hati-hati. Timbun
pangkalnya dengan sedikit tanah sambil ditekan pelan-pelan agar setek daun
tetap tegak.
 |
Setek violces tumbuh tiga daun |
Selanjutnya, tutup setek dengan sungkup
plastik transparan, jika menggunakan kotak plastik bekas makanan, pasangkan
kembali tutupnya namun jangan terlalu rapat. Penyungkupan bertujuan untuk menjaga
kelembapan setek. Letakkan setek di tempat teduh yang tidak terpapar sinar
matahari secara langsung. Setelah satu minggu, periksalah guna mengetahui
proses pertumbuhannya. Bila diperlukan tambahlah air untuk menjaga kelembapan
media tanamnya.
 |
Setek violces tumbuh sehat |
Setek daun ada yang tetap bertahan
hijau dan segar tetapi ada juga yang
menguning/mengering. Jika dalam pengamatan terdapat setek daun yang mengering, jangan
dibuang. Karena itu tidak menandakan setek mati. Setelah 4-5 minggu kemudian akan
terlihat tunas muncul dari setek daun. Bukalah sungkupnya. Biarkan setek tumbuh
di tempat persemaiannya. Jika sudah tumbuh dua atau tiga helai daun, setek bisa
dipindah ke pot yang terpisah. Selanjutnya gunakan media tanah humus bercampur
sekam dengan perbandingan seimbang.
 |
Violces mulai berbunga |
Violces membutuhkan media tanam yang
lembap namun tidak banyak air. Penyiraman cukup dilakukan tiga kali dalam
seminggu. Penyiraman violces yang baik hanya di media tanam, tidak mengenai
daun dan bunganya. Jika penyiraman terlalu banyak air, violces akan membusuk. Violces
memerlukan cahaya yang cukup namun tidak kuat bila terkena paparan sinar
matahari langsung dan terus menerus. Jika terkena paparan sinar matahari
langsung, violces akan gosong dan mati. Dalam ukuran waktu yang wajar, violces bisa
berbunga setelah 4-5 bulan sejak masa tanamnya. Jangan lupa memberikan pupuk
secara teratur. Saya biasanya menggunakan pupuk NPK setiap minggu.
***
Senja
Tanpa
Jingga
Walau
Tak
Jingga
Bukan
Tak
Senja
Senja
Tak
Jingga
Senja
Temaram
Penuh
Makna
Penuh
Berkah
Bersamamu

 |
Kabut di Depan Rumah |
Di masa darurat iklim seperti saat
ini, peningkatan suhu rata-rata di
atmosfer dan permukaan bumi mengakibatkan
hawa panas yang bisa dirasakan hampir setiap hari. Ketika sebagian orang di tempat lain merasa gerah, saya masih bisa menikmati hawa sejuk dan
terpaan kabut. Terima kasih kepada Allah swt, sangat bersyukur atas nikmat yang tak kan pernah terperi.
Kabut merupakan istilah Geografi
yang menyuratkan makna tentang uap air sebagai hasil kondensasi di dekat
permukaan tanah yang terjadi karena peristiwa pendinginan udara. Kabut biasa
terjadi pada saat senja, malam, dan pagi hari. Namun pada kesempatan ini saya
hanya menceritakan kabut pagi yang juga disebut dengan kabut presipitasi. Salah
satu pemicu proses kemunculan kabut pagi adalah kelembaban udara yang meningkat.
Kata guru sekolah saya dahulu,
kabut terbentuk pada saat uap air dalam wujud gas mengalami kondensasi. Pada
saat itulah, molekul-molekul yang terdapat di dalamnya akan menyatu dan
menghasilkan titik-titik air yang melayang-layang di udara. Proses perubahan
menjadi titik-titik air inilah yang menghasilkan kabut.
Apa pun makna dan bagaimana pun proses
terbentuknya kabut secara alami dan ilmiah, bagi saya kabut itu sesuatu yang
eksotis. Tak hanya dingin dan segar, tetapi juga indah dan romantis. Hal yang benar-benar patut disyukuri adalah, saya bisa menikmati dan merasakan terpaan kabut di depan rumah saat pagi hari dengan visibilitas beberapa meter saja. Bilamana matahari muncul, perlahan-lahan kabut pun menguap lalu pergi. Sekilas sketsa, di depan rumah saya
adalah area persawahan yang luas menghampar, berbatasan dengan rimbun pepohonan di kejauhan. Pepohonan yang menjadi ciri khas vegetasi riparian
di sepanjang Sungai Bango. Sungai yang membelah Kota dan Kabupaten Malang, sekaligus
menjadi batas wilayah tersebut. Apabila cuaca cerah, tampak Gunung Arjuno di arah barat laut berpayung langit biru dan berselendang awan putih. Masha Allah, tabarakallah...
Makna Kosakata Teknis Menurut KBBI:
ka.but
⇢ Tesaurus
- a kelam; suram; tidak nyata
- n awan lembap yang melayang di dekat permukaan tanah
- n Geo uap air sebagai hasil kondensasi yang masih dekat dengan tanah yang terjadi karena peristiwa pemanasan atau pendinginan udara, biasanya menyebabkan jarak pandang di permukaan bumi berkurang
- n Min kombinasi beberapa macam gas yang terjadi di dalam tambang bawah tanah
at.mos.fer /atmosfèr/bentuk tidak baku: atmosfir⇢ Tesaurus
- n lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai ketinggian 300 km (terutama terdiri atas campuran berbagai gas, yaitu nitrogen, oksigen, argon, dan sejumlah kecil gas lain)
- n satuan tekanan yang besarnya sama dengan tekanan udara pada permukaan laut (1,033 kg setiap cm²)
- n Sas suasana perasaan yang bersifat imajinatif dalam naskah drama yang diciptakan oleh pengarangnya
kon.den.sa.si /kondènsasi/
⇢ Tesaurus
- n Fis perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun
- n Psi penggabungan dua ide atau lebih yang ada di bawah kesadaran dan muncul sebagai ide tunggal pada kesadaran
pre.si.pi.ta.si /présipitasi/
⇢ Tesaurus
- n Geo proses pengendapan, baik dari dalam larutan maupun dari udara permukaan ke permukaan bumi
- n Met kandungan kelembapan udara yang berbentuk cairan atau bahan padat, seperti hujan, embun, salju
- n percepatan, biasanya tiba-tiba dan tidak diharapkan
ri.pa.ri.an
⇢ Tesaurus
- n tumbuhan yang hidup dan berkembang di tepi-tepi sungai
- ***
Salam petualang untuk sahabat
Backpacker...
Jika hanya berjalan kemana-mana
membawa backpack, itu sudah saya
lakukan sejak masih muda. Naik gunung, arung sungai, susur pantai, dan telusur
goa. (Sedikit flasback, pernah pada saat
ekspedisi caving di Trenggalek (sekitar 1994), saya bersama teman-teman reppeling menuruni goa vertikal
dan landing di atas tumpukan tengkorak manusia pada pukul 12 malam, kata Pak Kades goa tersebut merupakan tempat pembantaian zaman PKI 1965 dan tengkorak yang terlilit selendang merah adalah korban pembantaian terduga dukun santet, dua tahun sebelum ekspedisi saya).
 |
Empat Sekawan |
Kamis, 7 Maret 2019
Saat ini, saya telah melengkapi
petualangan-petualangan tersebut dengan traveling ala backpacker. Tulisan ini semoga
bermanfaat untuk sahabat backpacker yang akan melakukan perjalanan tipis-tipis ke
Pulau Penang dan Kuala Lumpur. Kata Peribahasa: Sambil menyelam minum air, begitulah sebenarnya kami berempat (saya, Liliek Triani, Heri Sudjatmi, dan Sasongko) memiliki misi
khusus di Penang, tetapi dalam kesempatan ini saya hanya akan bercerita
tentang trip kami sebagai backpacker pemula. (Hampir sepuluh kali saya
memasuki teritorial Kerajaan Malaysia, baru kali ini tidak melibatkan travel
agen. Eh, ralat: Lima bulan lalu saya dan teman-teman mendapat kesempatan dari Universitas Ma Chung ke UCSI University di Kuala Lumpur juga tidak menggunakan jasa travel agen, tapi di-handle sendiri oleh civitas akademika Ma Chung). Hari ini kami berangkat dari Kota Malang
menuju Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya tanpa bagasi, hanya backpack seberat
(rata-rata) kurang lebih 8 kg. Pukul 11.00 WIB pesawat Air Asia terbang menuju bandar udara Penang
yang dikenal dengan sebutan Bayan Lepas Penang International Airport. Penerbangan membutuhkan waktu
sekitar 3 jam, dan tiba di Penang pukul
15.00 waktu setempat (selisih satu jam lebih sore dibandingkan dengan WIB). Kami langsung
restart hp untuk mengaktifkan paket roaming Asia dengan kode aktivasi *266# (Telkomsel). Layanan internet sangat penting sebagai alat navigasi dan membaca peta mencari tempat tujuan. Dalam tim kami ini ada spesialisasi masing-masing, ada
tukang navigasi, tukang talang (bagian "nalangi" pembayaran), tukang cekrak-cekrek, dan tukang catat. Selain menggunakan GPS kami juga mengambil beberapa brosur di bandara, yang di antaranya memuat peta, destinasi wisata, dan kuliner, serta agenda/event wisata Penang dalam setahun (2019). (Brosur tersebut bisa didapatkan juga di hotel, toko, restoran, dll).
 |
Di peta ini kita bisa mengetahui letak lukisan mural art 3D |
Saat berada di pemeriksaan imigrasi, saya teringat peristiwa empat tahun lalu, saat pertama kali saya datang ke Penang. Paspor saya
dioret-oret oleh petugas imigrasi, setelah saya amati ternyata tulisan
cakar ayam di lembaran paspor saya itu berbunyi "
renew your pasport". Saya baru menyadari bahwa masa paspor saya tinggal 5 bulan. Tulisan itu selalu menghantui dan membuat saya was-was karena pada waktu itu saya akan berada di Thailand sekitar dua minggu dan kembali ke Indonesia melalui Singapura. Alhamdulillah, kejadian seperti itu tidak terulang lagi saat ini, semua pemeriksaan berjalan dengan lancar. (
"Terima kasih oh Allah, Engkau selalu memberi kesempatan dan kebaikan kepada kami".)
 |
Hotel Majestic Goerge Town |
Keluar dari bandara, tampak berbagai moda transportasi yang bisa digunakan untuk melanjutkan perjalanan. Demikian juga transportasi yang murah meriah yaitu bus
Rapid Penang (semacam bus kota) sudah berjajar di halte dengan berbagai kode dan rute. Halte Bus Rapid berada di luar pintu kedatangan, keluar pintu belok kiri beberapa meter saja, lalu menyeberang satu ruas jalan. Kami naik bus dengan kode 401 tujuan Komtar. Awalnya saya mengira Komtar itu nama, ternyata singkatan dari frasa
Kompleks Tun Abdul Razak, sebuah kawasan pertokoan, hiburan, dan perkantoran yang berada di pusat kota George Town. Menurut informasi yang kami dapatkan, penamaan kawasan tersebut sebagai penghormatan terhadap seorang mantan Perdana Menteri yaitu Tun Abdul Razak.
 |
Tiket dan suasana dalam Bus Rapid Penang |
Awak Bus Rapid ini hanya sopir, tanpa kondektur. Bus memiliki dua pintu di samping kiri,
pintu depan untuk masuk dan
pintu tengah untuk keluar. Cara membayar tiket tidak sama dengan bus kota di Surabaya. Penumpang harus antre di pintu depan dengan tertib dan sabar karena setiap penumpang yang naik menyampaikan tujuannya kepada sopir, disebutkan tarifnya oleh sopir, bayar dengan uang pas, dientri di
system box yang berada di samping kiri sopir (di hadapan calon penumpang saat masuk bus), kemudian mendapat
print out tiket. Naah, setelah itu penumpang bebas memilih tempat duduk selama masih ada
seat yang kosong, kalau penuh ya harus siap berdiri dengan pegangan tali yang bergelantungan). Tiket Bus Rapid tergolong murah, hanya RM 2,70 dengan jarak tempuh sekitar 20 km dari bandara menuju Komtar. Ohya, tidak semua Bus Rapid Penang di bandara dengan kode 401 menuju Komtar. Saat pertama masuk bus berkode 401, saya tanya sopir: "Komtar"? dijawab: 'No", lalu saya turun dan menunggu bus berikutnya jurusan Jetty yang menuju ke Komtar. Sepanjang perjalanan, bus berhenti di setiap halte hanya untuk menurunkan d
an menaikkan penumpang. Suasana dalam bus cukup tenang, tidak ada suara pemberitahuan siapa turun di mana. Oleh karena itu penumpang yang belum mengenal medan harus berpesan kepada sopir atau penumpang lain agar diberitahu saat sampai di tempat tujuan. Sekitar empat puluh menit kami sampai di Komtar.
Amanat: Berliterasi itu penting, malu bertanya/membaca sesat di jalan.
 |
Di depan Ibu Pejabat Polis Pulau Penang (Kantor Polisi) |
(Pulau Penang inilah yang pernah menjadi tempat diasingkannya Raja Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengkubuwana II, Gusti Raden
Mas Sundara, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels,
pada tahun 1810 karena perlawanannya terhadap Belanda, juga dicurigai terlibat
dalam aksi perlawanan yang dilakukan Bupati Madiun, Raden Rangga Prawiradirja).
Pulau Penang merupakan Negara Bagian di Wilayah Kerajaan Malaysia, dipimpin oleh Yang Di-Pertuan Negeri (Gubernur). Ibu kota Pulau Penang adalah George Town, sebuah kota yang merupakan salah satu
pelabuhan ternama di Selat Malaka. Selain itu, George Town merupakan kota tua
yang memiliki banyak peninggalan bersejarah sejak zaman penjajahan Kolonial.
Hotel kami Regal Malaysia, berada di Jalan Transfer kota George Town,
berjarak sekitar 1600 meter dari Komtar dan kami berjalan kaki menuju ke sana.
Di sepanjang jalan sangat banyak ditemukan gedung tua berarsitektur kolonial
Britania Raya, itulah salah satu ciri khas yang mencerminkan George Town
sebagai daerah bekas jajahan Inggris. Demikian juga dengan nama-nama jalan dan
tempat-tempat yang berbau Inggris. Gaya seni dan arsitektur yang indah tampak
pada bangunan di sepanjang jalan yang kami lewati termasuk Hotel Majestic
seperti pada gambar di atas. Langkah kaki terus terayun. Beberapa tempat
penting kami lalui, misalnya Gedung Persatuan Muslim Bersatu, Wiswa MCA, Ibu
Pejabat Polis Kontinjen Pulau Penang, dll. Lalu sampailah kami di rumah makan
Mami Fatimah Hassan, kuliner original Penang dengan menu spesial Nasi Kandar.
Setiap kali pesan minuman teh, saya selalu lupa untuk berkata Teh O yang
menunjukkan bahwa teh dimaksud adalah teh original, jika tidak, maka yang
tersaji adalah teh tarik, demikian juga dengan kopi. Kembali ke pembahasan
tentang Nasi Kandar, walaupun salah satu teman saya merasa eneg, bagi
saya masakan yang penuh rempah tersebut cukup familiar di lidah saya bahkan
terasa nikmat. (Selain itu harganya relatif murah dan terjangkau, seperti
tampak pada daftar menu berikut. Amanat: Sesuaikan menu dengan selera,
sesuaikan selera dengan budget yang tersedia.
 |
Daftar Menu Makanan |
Rasa lapar dan dahaga telah sirna, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel yang jaraknya tinggal 600 meter lagi (menurut peta) tentunya tetap berjalan kaki. Ini sudah berada di Jalan Transfer. Di sebelah kiri kami melewati beberapa jalan yang berpotongan dengan Jalan Transfer, antara lain Jalan Hutton, Jalan Ariffin, Jalan A.S. Mansoor, dan Jalan Argyll. Ketika di kejauhan tampak tulisan di vertical box
Regal Malaysia di
sebelah kiri jalan, hmmmm... suka cita membuncah dalam rasa. Tidak sampai 50 meter, sampailah di hotel Regal Malaysia. Sebelum masuk ke loby hotel, perhatian kami langsung tertuju pada sebuah bangunan kuno di arah depan hotel, tepatnya di sebelah kanan Jalan Transfer. Sambil menunggu proses
check in selesai, saya sempatkan
cekrak-cekrek di depan hotel, dengan target bangunan kuno tersebut. Sebenarnya bangunan itu sudah rusak namun masih tampak kokoh pilar dan dinding-dindingnya, berukuran besar, halaman luas, dan terkesan menyeramkan. Bangunan itu mengahadap ke utara (menghadap Jalan Sultan Ahmad Shah). Ketika saya memotret dengan lebih mendekat ke arah utara, tampak pada dinding bagian depan bangunan terdapat tulisan dua baris. Baris atas berbahasa Mandarin, dan baris bawah terbaca
"SHIH CHUNG
BRANCH SCHOOL". Berdasarkan data dari hasil "
blakraan", diketahui bahwa gedung tersebut dibangun tahun 1880.
 |
Di depan hotel: Shih Chung Branch School tampak dari samping |
Setelah
check in hotel, bersih diri, salat, dan istirahat sebentar sambil
menikmati pemandangan laut dari jendela kamar hotel yang bisa dibuka
lebar-lebar, kami memanfaatkan waktu sore itu untuk survey lokasi sekolah
kebangsaan di Penang. Sinar matahari masih sangat terang saat itu walaupun jam
sudah menunjukkan pukul 17.30 waktu setempat. Memang waktu hanya selisih 1 jam
lebih awal namun matahari tenggelam lebih lambat sehingga berpengaruh terhadap
masuknya waktu salat. Kami berjalan menyusuri Jalan Sultan Ahmad Shah, belok
kiri keJalan Larut, belok kiri ke Jalan Hutton, dan belok kiri lagi ke Lorong
Argyll. Kami kembali ke hotel saat terdengar kumandang azan salat
maghrib tepat pukul 19.32 waktu setempat. Penang memiliki jalan-jalan yang lebar, rambu jalan yang cukup, serta pengendara yang tertib dan toleran, namun demikian kita harus tetap berhati-hati sebagai pengguna jalan.
Amanat: Pejalan kaki perlu memperhatikan rambu-rambu dan tidak menyeberang sembarangan demi keselamatan dan keamanan dalam perjalanan.
 |
Rambu larangan melintas jalan, harus lewat jejantas (jembatan penyeberangan) |
Setelah salat maghrib dan makan malam, kami melanjutkan
jalan kaki menikmati suasana Penang di malam hari. Belanja jajanan, kopi, dll di
Happy Mart. Lanjut menyusuri Jalan Sri Bahari dan tidak lupa cekrak-cekrek
lukisan mural di tembok-tembok jalan, di antara bangunan heritage yang diperuntukkan
sebagai restoran-restoran oriental. Kami sempat juga kongkow sebentar di kursi tepi jalan bak
musafir yang sedang istirahat dari kelana. Waktu sudah larut malam, kami
menempuh jalan kembali ke hotel lewat Jalan Penang. Ujung Jalan Penang bertemu/berpotongan (membentuk huruf T)
dengan Jalan Sultan Ahmad Shah, belok kiri melintasi perkuburan umum, dan belok kiri lagi. Akhirnya,
sampailah kembali di Jalan Transfer letak hotel Regal Malaysia tempat kami menginap. Ohya,
hotel ini ternyata sedang dalam perbaikan namun tidak dijelaskan saat kami
booking online. Tamu hotel hanya beberapa bahkan kami tidak pernah bertemu atau
bersimpangan jalan di hotel.
 |
Jalan Sri Bahari di waktu malam |
Jumat, 8 Maret 2019
Ini hari kedua di Penang. Saat makan pagi, hanya beberapa orang dewasa yang
berada di restoran hotel.
Kami berempat
secara kompak saling bertanya, “
Kok gak ono uwong yo? Lha arek-arek cilik sing
guyon depan kamar tadi malam siapa?”
Jadi begini,
sepulang “
city tour”
semalam kami masuk hotel sudah hampir pukul 12.00. Di dalam kamar tetangga
terdengar suara anak-anak kecil sedang bergurau ramai dan tertawa-tawa, tetapi sampai
esok pagi tak seorang pun kami temui, tak lagi ada suara anak-anak. (Mungkin
penghuni kamar sedang tidur kali yaa). Setelah semua urusan selesai, kami bersiap sebagai
"Infanteri" lagi, pasukan jalan kaki bergerak menuju ke halte bus Rapid Penang di Komtar. Kami
memakai kaus
Roadtrip Indonesia dari sahabat saya Bang
Denny Hendrawan Piliang. Di halte itulah bus kode 204 tujuan Bukit Bendera (Penang Hill) sudah ditunggu banyak orang. Namun kurang beberapa meter kami datang, bus sudah berangkat jadi harus menunggu bus berikutnya. Karena kurang
sabar menunggu bus (walaupun sebenarnya hanya sekitar 10 menit), kami pesan
grab. Baru saja aplikasi pemesanan grab di-OK, eh bus Rapid 204 datang, berhenti sebentar hanya
untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, bus langsung berangkat. Sedangkan kami masih menunggu grab datang.
Amanat: Kadang keberhasilan itu sudah sangat dekat, namun manusia telah berputus asa lebih dahulu, maka bersabarlah...
 |
Menuju Bukit Bendera: Tampak Masjid Negeri Pulau Penang di kiri jalan |
Grab datang. Kami berangkat menuju Bukit Bendera. Ongkos grab dari Komtar ke stasiun Bukit Bendera RM10. Bukit Bendera terletak di Jalan Lintang, kota Air Itam/Ayer Itam (Penamaan yang tidak konsisten, termasuk Penang dan Pinang). Tiket masuk ke Bukit Bendera RM30 PP per orang dewasa normal (Harga khusus berlaku untuk anak-anak dan manula, bahkan orang berkebutuhan khusus
free ticket). Harga tiket tersebut termasuk fasilitas kereta railway/funicular menuju ke puncak bukit. Jaringan rel keretapi di Bukit Bendera dibangun oleh pemerintah Kolonial Britania/Inggris tahun 1906, dengan jalur yang sangat tajam baik naik maupun saat turun. Konon, pada zaman penjajahan Inggris di Penang, Bukit Bendera itu menjadi tempat peristirahatan kaum kolonial karena udara yang sejuk dan pemandangannya indah. Tips: Agar bisa menikmati pemandangan lepas dan bisa mendapatkan objek foto yang keren, harus memilih tempat paling atas saat naik, dan paling bawah saat turun.
Peringatan yang berkesan di Bukit Bendera adalah tulisan dalam bahasa Melayu lengkap dengan terjemahan Inggris dan Mandarin yang dicetak dengan huruf kapital dan diakhiri tanda seru:
"BEG TANPA PENGAWASAN AKAN DIAMBIL DAN DIMUSNAHKAN!"
. Itu menjadi candaan di antara kami yang kadang meletakkan backpak di lantai
. Amanat: Berhati-hatilah di mana pun berada dan jangan ceroboh terhadap barang bawaan, terutama paspor.
 |
Gardu pandang Bukit Bendera |
Dari Bukit Bendera, kami lanjutkan ke
Kek Lok Si (secara leksikal, Kek Lok Si bermakna "Kebahagiaan Tertinggi"). Perjalanan hanya memerlukan waktu tempuh 7 menit dari stasiun Bukit Bendera dan turun di halaman kuil dengan ongkos RM7 naik grab. Dari sopir grab inilah kami sering bertanya dan mendapat pelajaran bahasa tentang perbedaan kata Lebuh, Jalan, dan Lorong. Lebuh adalah jalan raya, Jalan lebih kecil dari pada Lebuh, sedangngkan Lorong itu semacam gang namun tetap lebar, ramai, dan bisa
simpangan mobil juga. Kek Lok Si temple merupakan kuil Buddha terbesar di Asia Tenggara yang telah berumur seabad lebih. Kuil yang penuh dengan ornamen-ornamen memukau, bercorak khas Tionghoa itu, dibangun pada tahun 1905 di Bukit Paya Terubong. Lokasinya tidak jauh dari pasar yang menjual beraneka barang dagangan dan makanan, namanya
Pasar Awam Air Itam yang terletak di Jalan Pasar, Kampung Baharu, Air Itam. Kami hanya mampir sebentar di sini karena tidak punya kepentingan yang berkaitan dengan fungsi kuil tersebut sebagai tempat ibadah pemeluk agama Budha, namun cukup menambah khasanah kesejarahan yang luar biasa. Suhu di tempat ini relatif panas, sekitar 35 derajad, akan tetapi sinar matahari
yang memancar sangat terik itu tidak begitu menyengat kulit. Sambil
menunggu grab datang, semua duduk-duduk di depan kuil dengan pemandangan
Bukit Bendera di kejauhan sambil memikirkan sesuatu yang baru saja kami
diskusikan di area kuil.
 |
Sisi lain kuil Kek Lok Si |
Grab datang. Kami langsung berangkat menuju mall Penang Times Square. Ongkos grab dari kuil Kek Lok Si ke Penang Times Square RM13 dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Mendekati Times Square, kami melintasi jalan yang bertuliskan "Kampung Jawa Baru". Di situlah letak kantor GERAH (Gerakan Revolusi Anti Rasuah), sebuah lembaga yang memerangi suap di Malaysia. Tidak jauh dari tempat itu ada lagi jalan yang bertuliskan "Kampung Jawa Lama". Kata sopir grab, zaman dahulu wilayah itu banyak dihuni oleh penduduk keturunan suku Jawa, Indonesia. Bahkan ada juga hotel yang bernama "Jawi Peranakan", nama yang lucu menurut saya. Sampailah di Penang Times Square. Di sini hanya jalan-jalan sebentar sambil ngadem di mall. Sebagaimana lazimnya sebuah mall, tak ada yang istimewa di tempat ini. Namun, ada patung yang menarik perhatian saya, yang tiba-tiba membuat saya berimajinasi tentang kisah masa lampau, saat bangsa Melayu dijajah oleh Kolonialis Eropa. Indonesia dijajah Belanda, dan Malaysia dijajah Britania/Inggris. Patung itu berupa dua orang yang berdiri berdampingan. Patung sebelah kanan menggambarkan orang Eropa berkumis tebal dan melengkung ujungnya, berbadan gendut, mengenakan stelan jas putih lengan panjang, bersepatu, dan bertopi polka berwarna putih juga. Tangan kanan memegang kertas/buku yang di angkat setinggi dada, dan tangan kiri menujuk jauh ke depan. Sedangan patung di sebelah kiri berwajah melayu. Dia tidak berbaju, hanya mengenakan kain yang dililitkan menutup pinggang sampai lutut. Ada destar terikat di kepala dan kakinya tidak beralas. Kulitnya hitam kecoklatan, tubuh agak kekar tapi kurus dan ceking, sampai tampak garis-garis tulang iga di dadanya. Badannya sedikit membungkuk sambil kedua tangannya mengangkut tiga bongkahan benda persegi, mungkin logam atau batu. Patung tersebut merupakan gambaran penindasan pada masa penjajahan. Hhhhhh, saya ambil napas dalam-dalam, lalu meninggalkan patung tersebut. Kami hanya sebentar di mall ini, lalu keluar dan melihat restoran cepat saji (yang juga populer di Indonesia). Dengan berjalan beberapa meter sampailah di restoran itu. Alhamdulillah, ada label halal. Gedung yang di jadikan restoran ini berarsitektur kolonial yang megah dan kokoh. Di atas pintu masuk ada papan kecil persegi panjang berwarna merah dengan tulisan kuning: BIRCH HOUSE 1908. Sudah terlanjur masuk, ternyata di sini tidak menyediakan menu nasi. ah, sudahlah. Sekali-sekali tidak makan nasi. (Usai makan saya belum merasa kenyang, hahaha..). Setelah cekrak cekrek di depan Penang Times Square bersama robot raksasa
Optimus Prime dan
Bumble Bee yang dibuat dari limbah spare part otomotive, kami lanjut menuju destinasi berikutnya, yaitu Butterworth.
 |
Robot Optimus Prime terbuat dari limbah spare part otomotive
|
Penang sebagai Negara Bagian terdiri atas wilayah daratan dan wilayah pulau yang dipisah oleh selat. Butterworth adalah kota terbesar di wilayah daratan yang menjadi salah satu pintu masuk menuju Pulau Penang. Butterworth berasal dari nama seorang Gubernur pada zaman penjajahan Inggris yang pernah berkuasa di Pulau Penang, yaitu V.T. Butterworth. Sepanjang perjalanan menuju Butterworth, kami membicarakan banyak hal dengan sopir grab. Di Butterworth itluah letak stasiun KTM (
dari sopir grab kami mengetahui bahwa KTM singkatan dari Keretapi Tanah Melayu). Awalnya kami ingin ke Butterworth naik ferry gratis dari pelabuhan ferry Raja Tun Uda di George Town menyeberang selat menuju ke pelabuhan Sultan Abdul Halim di Butterworth. Akan tetapi, dengan mempertimbangkan waktu kami putuskan untuk naik grab. Mobil meluncur ke Butterworth melewati tol laut
Penang Bright sepanjang 13,5 km. Jembatan itu bernama
Jambatan Sultan Abdul Halim Mua'dzam Shah yang menghubungkan George Town ke Butterworth.
(Di sisi jauh ada juga Jembatan Penang ke-2 sepanjang 24 km). Ongkos grab dari Penang Times Square ke Butterworth RM39 sudah termasuk tambahan biaya tol. Kami ingin segera tiba di Butterworth untuk mendapatkan tiket KTM
Night Sleeper yang sering disebut juga
Sleeper Train, atau ETS (
Electric Train Service)
menuju Kuala Lumpur.
 |
Jambatan Sultan Abdul Halim Mua'dzam Shah |
Sesampai di stasiun, kami langsung menuju ke lantai 1 (yang disebut lantai 1 di sini adalah lantai paling atas, harus naik tangga atau lift). Tetapi apa yang terjadi? Di dinding kaca loket terpasang kertas ukuran F4 landscape bertulisan "ETS TICKET TO KL SOLD OUT". Waduuuhhh...! Ternyata tiket keretapi (baca: kereta api) tidak dijual
on the spot. Kami beralih ke plan B, naik bus. Alhamdulillah, stasiun keretapi dan terminal bus di Butterworth ini berdampingan, demikian juga dengan pelabuhan verry.
(Ini salah satu kehebatan manajemen dinas perhubungan Pemerintah Malaysia). Terminal bus berada di Penang Sentral yang hanya berjarak beberapa meter saja dari stasiun. Setelah salat di surau stasiun sambil
mengumpulkan kata sepakat, kami bergerak menuju Penang Sentral melalui lorong bawah gedung dan naik menggunakan lift ke lantai atas sesuai petunjuk arah menuju ke
counter ticket. (Kata teman saya,
"Diperlukan daya literasi tinggi untuk menghadapi situasi seperti ini". Terminal ini sekeren bandara, terminal rasa bandara. Semua serba terintegrasi, terkoneksi, dan tersistem. Akhirnya kami mendapatkan tiket bus dari Butterworh (Penang Sentral) menuju terminal bus di Kuala Lumpur (KL Sentral) dengan tiket seharga RM33/orang.
 |
Counter ticket bus |
Saat di Penang Sentral itu masih pukul 16.30, sedangkan keberangkatan bus kami pukul 22.59 dan boarding 30 menit sebelumnya. Lalu kami sepakat menyewa dua
Locker penitipan barang seharga masing-masing RM10 untuk menampung 4 backpack. Locker tersebut hanya bisa dibuka dengan menggunakan scan wajah penyewanya masing-masing. (Dijamin tidak akan tertukar, hehehe..) Ungkapan
: Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan, tidak berlaku bagi kami karena setiap momen yang kami lalui adalah bagian dari perjalanan yang bisa memberi kenangan dan pelajaran berharga. Kami memanfaatkan waktu untuk jalan di kawasan Penang Sentral. Kami duduk-duduk di anjung restoran yang terbuka menghadap ke pelabuhan dengan laut yang berbatasan langsung dengan bukit, dalam suasana senja yang indah. Sambil makan dan minum teh-o kami bisa menikmati matahari dengan semburat warna jingga membias mega lalu terbenam di balik bukit.
 |
Senja di Butterworth |
Usai salat di surau Penang Sentral, kami melanjutkan jalan-jalan sambil berliterasi dengan memanfaatkan papan informasi layar sentuh yang bisa diakses sebagai fasilitas informasi. Aras 1 (lantai 1): tempat bus, Aras 2 dan 3: Mall,tempat ibadah, restoran, money changer, perkantoran, kesehatan, dll. Akhirnya, tiba masa yang dinanti: waktu boarding telah menjelang,
gate dibuka
on time sesuai dengan
jadwal. Kami menuruni eskalator menuju Aras 1 dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Trip No: KPB-20 di
Gate No: 7. Bus ekspres yang kami tumpangi keren dan mewah dengan formasi kursi 1-2. Selain itu, bus juga berangkat
on time walaupun penumpang hanya sedikit. Bismillah, kami berangkat menuju Kuala Lumpur tidur di dalam bus. (Jadi, doa bepergian dikombinasi dengan doa hendak tidur, hehehe...). Hampir pukul 12 malam, bus melaju dari Penang Sentral menuju KL Sentral dengan kecepatan tinggi. Empat jam dengan kondisi mengantuk sampai tertidur pulas telah kami lewatkan. Sampai terdengar beberapa kali sopir menyerukan "KL Sentral". Standar waktu yang seharusnya ditempuh 5 jam belum terpenuhi. Kami mengira belum sampai tujuan. Sampai pada 30 menit kemudian, bus berhenti di
Terminal Bersepadu Selatan. Ternyata kami kebablasan. Di terminal ini kami turun sambil observasi untuk menentukan langkah selanjutnya.
 |
Terminal Bersepadu Selatan |
Sabtu, 9 Maret 2019
Pukul 04.30 kami memasuki Terminal
Bersepadu Selatan. Woooowww.... keren sekali, besar, megah dan modern. Terminal Bersepadu Selatan (
TBS) ini disebut juga Bandar Tasik Selatan
(BTS), merupakan terminal termegah se Asia Tenggara pada saat dibangun 7 tahun yang lalu. Terminal ini melayani jalur dalam negeri dan luar negeri seperti Singapura dan Thailand dengan pelayanan 24 jam sesuai dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan, selalu ada kehidupan dari detik ke detik. Di sini waktu subuh masuk pukul 06 lebih sedikit, jadi masih sekitar dua jam kami menungu waktu salat. Dan kami memanfaatkan waktu dengan belanja makanan ringan dan roti untuk sarapan. Selain itu juga bersih diri dan ganti baju. Setelah salat subuh kami bersepakat menuju KL Sentral naik grab dengan ongkos RM14. Sampai di KL Sentral kami sewa 1 Locker besar yang memuat 4 backpack kami, ongkosnya RM30. Seharian ini kami tidak punya itinerary yang jelas, hanya mengikuti kemana kaki melangkah dan roda berputar. Kurang ada greget untuk menuju kemana karena beberapa tempat populer di KL sudah pernah kami kunjungi beberapa kali sebelumnya, alhamdulillah...
 |
Suasana KL Sentral pagi hari |
Setelah backpack dititipkan di Locker dan kuncinya kami bawa (untuk sekali buka), kami mulai pengembaraan hari ini di Kuala Lumpur. Keluar pintu utama KL Sentral, belok kiri sedikit, di tepi jalan itu ada halte
Perkhidmatan Bas Percuma (bus gratis). Kami naik bus Rapid KL gratis dengan ciri-ciri berwarna pink dan bertuliskan Free. Kami naik bus gratis Rapid KL dan turun di halte depan Masjid Negara yang berada di Jalan Perdana. Kami salat duha di Masjid Negara dan mengikuti kajian (Kuliah Duha) yang bertema "Ridho terhadap qadha' Allah swt".
Amanat: Tidak ada satu pun kejadian di dalam kehidupan ini yang terlepas dari qadha' Allah swt Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
 |
Ruang utama Masjid Negara KL |
Kira-kira 20 menit kami di Masjid Negara, kembali ke halte dan lanjut naik bus gratis Rapid KL lagi keliling kota. Dari papan data diketahui nama sopir: Muhammad Shafiq Najmi. Destinasi berikutnya ke
Sungei Wang shopping centre untuk membeli oleh-oleh. Ternyata dari pantauan map, rute bus Rapid KL ini semakin menjauh dari sasaran. Kami pun turun di perhentian terakhir. Dari tempat tersebut naik lagi mencari bus yang paling awal berangkat (Ini masih bus gratis). Namun, sebelumnya saya katakan kepada sopir tentang tujuan ke Sungei Wang. Lalu, kami disilakan naik dan diberi tahu bahwa nanti turun di halte Bukit Bintang, jalan sedikit menuju Sungei Wang. Tidak jauh dari halte Bukit Bintang ini, kami mampir sebentar di toko dan membeli buah yang sangat dirindukan bersama, yaitu jambu cristal, hehehe. Masuk plaza Sungei Wang, tak ada yang menarik. Hanya teman kami yang membeli kain selendang penghangat, oleh-oleh untuk ibunya. Tiba-tiba saya merasa bersedih, teringat bahwa hari ini, setahun lalu, Ibu saya pulang ke haribaan Allah swt. Tak bisa lagi saya membelikan apa pun untuk Ibu. (Tentang doa, tak perlu ditanya...)
 |
Sungei Wang Shopping Centre |
Hanya belasan menit di Sungei Wang, kami menerabas lewat pintu belakang plaza, turun tangga, belok kiri (Pintu B1), keluar pintu, belok kiri, menyeberang, lalu naik jembatan menuju pintu utama Berjaya Time Square. Aktivitas pertama di Berjaya Times Square adalah makan di Food Court. Saya suka ikan. Menu pilihan: nasi putih dan ikan kembung bumbu pedas seharga RM6. Untuk jenis ikan kembung, ukuran ikan ini relatif besar dan panjangnya melebihi garis tepi piring saya (
Ah sudahlah, tidak usah divisualisasikan). Setelah makan dan ngobrol sana-sini, dilanjut belanja oleh-oleh di super market yang bersebelahan dengan Food Court tempat kami makan. Di seberang jalan (dari pintu belakang plaza) ada halte, kami duduk-duduk di sana sambil menunggu grab, moda transportasi andalan.
Butterfly Park merupakan destinasi berikutnya. "
Ndelok kupu-kupu ae nang Malaysia." Bukan, itu bukan tujuan utama. Indonesia sebagai negara beriklim tropis lebih kaya dalam hal keanekaragaman hayati, termasuk kupu-kupu. Guna menghilangkan rasa penasaran terhadap objek wisata tersebut, kami melaju ke sana naik grab dengan ongkos RM9 (dari Berjaya Times Square ke Taman Kupu-Kupu). "
Oalaaah ngglethek ae.. apik-an Arboretum Sumber Brantas, Cangar!"
Tidak hanya hebat dalam bidang perhubungan, Malaysia sangat piawai dalam dunia pariwisata. Objek wisata sekecil dan sesederhana
Butterfly Park tersebut bisa populer dan dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Saya tidak merekomendasikan untuk datang ke tempat ini, kecuali untuk kepentingan penelitian dan edukasi. Taman ini tidak terlalu luas, hanya berisi tumbuh-tumbuhan dengan beberapa gazebo untuk rehat, air grojokan membentuk sungai kecil yang bergemirik dengan kupu-kupu beterbangan dalam batas jaring/rajut yang seolah menjadi atap taman tersebut. Selain itu, tiket masuk relatif mahal bagi orang asing, sebesar RM24 (sekitar 3x lipat lebih mahal dari pada harga tiket bagi warga negara Malaysia). Hanya satu hal yang membuat saya bangga, di
Butterfly Park ada jenis kupu-kupu yang habitat awalnya berasal dari
Irian, Indonesia. Keterangan tersebut terpajang di dinding di tempat laluan pengunjung yang akan keluar
taman.
 |
Salah satu spesies kupu-kupu di Butterfly Park |
Keluar dari Taman Kupu-Kupu, kami tak lagi tertarik terhadap objek wisata, ingin ke hotel saja istirahat karena semalam tak jenak tidur di dalam bus dari Penang. Hotel Youniq letaknya sekitar 50 km di luar kota Kuala Lumpur, tepatnya di Sepang (tidak jauh dari
SIC MotoGP). Rencana selanjutnya: Malam Minggu di Sepang. Naik grab RM10 dari Taman Kupu-Kupu ke KL Sentral guna mengambil backpack yang dititipkan di Locker. Dari Lantai 2 tempat Locker, kami turun ke lantai G menuju Medan Kereta, tempat bus segala jurusan terparkir di sana. Setelah membeli tiket di loket jurusan KLIA2 seharga RM12/orang, kami naik bus ke Sepang.Ternyata semua penumpang harus turun di bandara KLIA2, tidak bisa turun di sembarang tempat. Baiklah, tak mengapa, toh semua yang kami jalani adalah bagian dari petualangan yang wajib dinikmati. Perjalanan kali ini agak panjang, memerlukan waktu sekitar 1 jam, alhamdulillah bisa
nyicil tidur dalam bus. Dropp zone penumpang di KLIA2, kendaraan besar seperti bus di selasar lantai 1, sedangkan kendaraan kecil seperti mobil, di selasar lantai 3 (Gerbang Kedatangan). Oleh karena itu, setelah turun bus, kami masuk ke dalam bandara, naik ke lantai 3, keluar pintu lalu memesan grab menuju hotel. Di sinilah satu-satunya grab yang pernah kami order dengan jarak tempuh paling dekat tetapi paling mahal ongkosnya yaitu RM45, mungkin karena ordernya dari bandara.
Amanat: Jika ingin nikmatnya bertambah, maka harus pandai bersyukur sebagaimana isi Surat Ibrahim Ayat 7.
 |
Suasana bandara KLIA2 |
Sopir grab ini bernama Azis, dia menjemput kami dengan tersenyum dan mengucap salam "Assalamu'alaikum", Waaahh.... adem mendengarnya. Dalam perjalanan ke hotel, tak terlewatkan untuk memanfaatkan kesempatan berliterasi melalui sopir grab. Di sini semua sopir grab ramah, sopan, keren, dan berwawasan tentang tourism di negaranya. Kami menuju hotel Youniq yang berada di wilayah Sepang. Sepang sudah termasuk ke dalam wilayah Negara Bagian Selangor. Sebagaimana yang pernah saya tulis di sini:
Melaka 0 Mile bahwa Malaysia merupakan negara Monarki Konstitusional yang
terdiri atas federasi 13 Negara Bagian: (1) Johor, (2) Kedah, (3) Kelantan, (4)
Melaka, (5) Negeri Sembilan, (6) Pahang, (7) Perak, (8) Perlis, (9) Pulau
Pinang, (10) Sabah, (11) Sarawak, (12) Selangor, dan (13) Terengganu. Selain 13
Negara Bagian tersebut, Malaysia juga memiliki satu wilayah Teritori Federal,
yaitu (1) Kuala Lumpur sebagai Ibu Kota, (2) Labuan, dan (3) Putrajaya sebagai
Pusat Pemerintahan.
 |
Menuju hotel Youniq |
Tiba di hotel, check in, bersih diri, salat, istirahat sambil ngobrol sana-sini, tak lupa menikmati pemandangan dari jendela kamar, sampai waktu sore berakhir dalam senja temaram. Setelah maghrib, lanjut pesiar tipis-tipis sambil makan malam. Hotel Youniq berada di kompleks pertokoan Jalan Bukit Changgang, Bandar Baru Salak Tinggi Busines Park. Di wilayah ini terdapat banyak hotel: hotel Sri Langit, hotel Qlassic, hotel City View, dan banyak lainnya. Tidak hanya sebagai area bisnis dan pariwisata yang menyajikan hotel dan restoran, di sini juga terdapat lembaga pendidikan, seperti Khalifah Model School, Admal Aviation College, dll.
Nantikan cerita kami selanjutnya...
(
Bersambung, nunggu senggang...)

 |
Informasi penting |
Air yang mengalir menuju Kali Brantas berasal dari mata air (sumber) yang berada di dalam kawasan Arboretum Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, di kaki Gunung Anjasmoro dengan ketinggian sekitar 1500 mdpl. Siapa yang menyangka bahwa Kali Brantas yang besar itu adalah tempat luberan air dari sumber yang kecil ini. Walaupun tak menafikan bahwa Kali Brantas juga mendapat tambahan volume air dari berbagai sungai kecil dan mata air lain yang aliran airnya bermuara ke Kali Brantas.
 |
Arboretum dalam satu sudut pandang |
Mata air Brantas tersebut berada dalam cekungan di antara tebing batu, terbentuk menyerupai kolam kecil, tanpa semburan, namun volume air selalu bertambah dan tumpah menuju sungai kecil, lalu mengalir sampai jauh ke Kali Brantas. Permukaan kolam tampak tenang. Airnya sangat jernih dan dingin seperti air es dari kulkas, bahkan saat diisikan ke dalam botol pun langsung mengembun. Kata Mas Angga (Pegawai Jasa Tirta), mata air ini belum pernah mengering. Saya jadi teringat Zam-Zam dan berkata: "Sumber Brantas saja seperti ini, apalagi sumur Zam-Zam?" Maha Besar Allah dengan segala kuasa-Nya. Masya Allah..
 |
Inilah 0 KM Sumber Brantas |
Apakah sebenarnya makna kata
Arboretum? Dalam khasanah bahasa Indonesia,
arboretum dikenal sebagai kata serapan yang berasal dari bahasa asing dan telah terdaftar dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dengan penjelasan sebagai berikut.
ar.bo.re.tum /arborétum/
- n tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan
Arboretum
menyerupai Kebun Raya, namun berbeda karena ukuran. Kebun botani dalam
ukuran sangat luas disebut Kebun Raya. Walaupun tidak seluas Kebun Raya,
Arboretum Sumber Brantas ini telah menyerupai perpustaakan
tumbuh-tumbuhan yang memiliki berbagai koleksi botani beraneka jenis
termasuk tanaman dan tumbuhan langka. Bahkan terdapat pohon Pinus Parana yang ditanam oleh Roedjito
Dwidjomestopo sebagai buah tangan atas keikutsertaan pada Konferensi
Bumi pada bulan Juni 1992 di Rio de Janeiro, Brasil.
 |
HAS Go Green |
Arboretum Sumber
Brantas merupakan kawasan Konservasi Sumber Daya Alam di bawah naungan
Perum Jasa Tirta I, Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) I (dengan
Direktur Raymond Valiant Ruritan yang juga Alumni SMAN 8 Malang d.h. SMA PPSP). Sebagai kawasan konservasi, Arboretum Sumber Brantas ini tidak dibuka untuk umum. Namun demikian tetap terbuka untuk kegiatan penelitian, edukasi, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti yang dilakukan oleh HAS (Himpunan Alumni Smarihasta) pada saat ini (Minggu, 24 Februari 2019).
 |
Bersama Bertahun-Tahun |
Kami berempat (saya,
Sasongko,
Liliek Triani, dan
Heri Sudjatmi) adalah delegasi dari sekolah untuk menghadiri undangan HAS yang diketuai Mas Arifianto
Tak Pernah Layu beserta jajarannya termasuk
Nawang Sari Cikhal, juga kawan HAS lainnya
Trianko Hermanda, dll. Aksi lingkungan ini sebagai salah satu bakti Alumni kepada kampus Smarihasta untuk kelestarian alam, yang merupakan rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-46 SMA Negeri 8 Malang tanggal 20 Februari 1973-2019.
 |
Ilalang di Lereng Bukit |
Sebagaimana yang tertulis, HAS Go Green ini bertajuk "Lestarikan Hutan dan Ekosistem Hulu DAS Brantas". Kegiatan yang dilakukan pada momen ini yaitu penanaman 500 pohon Cemara Gunung (Coniferae) di Bukit Cemara kawasan Arboretum Sumber Brantas. Aksi tersebut bekerja sama dengan Perum Jasa Tirta. HAS juga melibatkan berbagai pihak termasuk Y37 (Alumni SMAN 8 Malang saat masih bernama SMA PPSP) di antara yang hadir adalah Haryono Roestam, Totok Toufan, beserta jajarannya. (Sedikit flash back, bhakti kampus yang dilakukan Y37 pada saat ulang tahun Smarihasta adalah General Check Up kesehatan bagi para guru purna tugas, karyawan, dan sesama alumni).
 |
Lereng Bukit Cemara |
Pada kesempatan ini saya merasa sangat senang. Selain bisa menambah wawasan dan berliterasi alam, di antaranya juga dapat mempererat silaturahmi dengan para Alumni Smarihasta-Y37. Terlebih lagi, bisa bertemu kembali dengan para sahabat yang menjadi kontjik kewarasan, yaitu Andi Gondronk, Ary Bowie, Hermanto sang Fotografer andal, dan Rifka Jasmina.
SEKILAS INFO TENTANG Y37 DAN HAS
SMA Negeri 8 Malang merupakan
jejak sejarah Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Malang yang
diresmikan pada tanggal 20 Februari 1973. Pada tahun 1986 SMA PPSP IKIP
Malang dialihkelolakan kepada Ditjen Dikdasmen Depdikbud Provinsi Jawa Timur guna penertiban pengelolaan sekolah negeri. Sejak saat itulah SMA PPSP IKIP Malang berganti nama
menjadi SMA Negeri 8 Malang. Seiring berjalannya waktu, sekolah ini lebih
dikenal dengan sebutan Smarihasta.
Jejak sejarah itulah yang
menjadikan SMAN 8 Malang memiliki dua Ikatan Alumni yaitu Y37 dan HAS. Y37
adalah Ikatan Alumni SMA PPSP IKIP yang dibentuk pada tahun 1978. Nama Y37 diambilkan dari huruf Y dan angka 37 dari
nama jalan dan nomor sekolah tersebut, yang pada saat itu berada di Jalan Yogyakarya
Nomor 37 Kota Malang. (Yang kemudian berubah nama menjadi Jalan Veteran dengan
nomor tetap yaitu 37). Sedangkan HAS (Himpunan Alumni Smarihasta)
dideklarasikan pada tanggal 14 Juli 2012. Nama Smarihasta terdapat pada logo SMAN 8 Malang yang bertuliskan: Bhaskara Smarihasta (Bhawana Satya Karya Anugraha Semangat Mandiri Harapan Semesta). Sampai
kini Y37 dan HAS tetap eksis dan solid walau telah menyebar di berbagai kota
bahkan di luar negeri. Baik Y37 maupun HAS selalu intens bermitra dengan sekolah serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program sekolah.

Sebagian masyarakat Malang Raya dan sekitarnya
tentu tak asing lagi dengan Buduk Asu, akan tetapi tidak dapat dipastikan
bahwa sebagian masyarakat tersebut mengetahui lokasi atau pun suasananya. Buduk
Asu, suatu tempat di wilayah Kabupaten Malang yang namanya disebut dalam legenda. Konon, pada zaman
dahulu banyak anjing (asu) yang mati karena wabah penyakit buduk (lepra,
gatal-gatal) dan dibuang/dikubur di bukit yang terletak 2000 mdpl tepatnya di lereng Gunung Arjuno.
Bukit itulah yang kemudian dinamakan Buduk Asu.
 |
Simer The Leader |
Walaupun sudah berkali mendaki Gunung Arjuno
sampai ke puncak Ogal-Agil, saya belum pernah sekali pun ke Buduk Asu. Naaah... hari ini
saya mendapat kesempatan yang sangat berharga dari para sahabat NGALAM HORE
yang notabene adalah offroader, yaitu Doddi Indra Susantya, Riff Sugiarto, dan teman-teman dari
komunitas VES, yang secara kebetulan juga berbarengan kawan-kawan Tawon Rimba.
Sebenarnya kami juga bersama dengan Meirizal dan rombongan motor trail, tapi karena bersisipan di jalan, kami tak sempat bertemu.
Ini adalah kali pertama saya ke bukit Buduk Asu. Dan saya tidak membiarkan perjalanan ini hanya dikenang dalam ingatan, akan tetapi saya mencoba mengabadikan dalam tulisan di sini. Meskipun tak banyak kekayaan narasi yang mampu tersaji, biarlah gambar-gambar ini bertutur dan menyatu dalam imajinasi para pembaca, syukur-syukur jika bisa dijadikan sebagai media literasi alam per-blakraan.

Dari Kota Malang kami berangkat
pukul 08.30 WIB melalui jalur desa Toyomarto Singosari. Perjalanan sedikit terhambat karena
ada hajatan warga yang menutup jalan di desa terakhir sebelum memasuki
“gerbang” menuju Buduk Asu. Walaupun sempat putar balik mencari jalur
alternatif, kami menemukan jalan yang sedikit melambung namun bisa terhubung
kembali dengan jalan yang seharusnya kami lalui.
Baru beberapa meter meninggalkan perkampungan, jalan tanah menyerupai
kubangan kerbau telah menghampar di antara kebun penduduk. Sejak di tempat inilah
four-wheel drive dioperasikan. Beraneka pemandangan
alam pedesaan silih berganti kami lalui, mulai dari semak belukar, rumpun
bambu, sampai dengan trowongan alami yang terbentuk dari rimbun pepohonan.
Tumbuhan liar berjajar di sepanjang jalan semacam barikade di kedua sisi jalan dengan
kontur permukaan yang tak rata, bukan sekadar bergelombang. Sesekali kami harus berbagi jalan dengan para
Crosser
atau
Biker yang berpapasan dan saling tegur sapa ramah, sangat
mengesankan.

Pukul 09.42 WIB kami memasuki Pergola
Beringin, seolah pintu gerbang berupa pohon beringin di sebelah kanan dan
kiri yang rerantingnya berpaut menyerupai pergola. Jalan meliuk, menanjak, menurun adalah bagian dari tujuan dan harapan kami.
Medan berseling
antara tanah liat yang licin, bebatuan lepas, sampai dengan patahan-patahan jalan yang tampak
penampangnya. Bekas gilasan roda-roda yang terus menggerus tanah membentuk sepasang anak
sungai. Jalur berlumpur pun menjadi keasyikan tersendiri, seperti tampak pada video berikut.
Satu jam kemudian kami memasuki kawasan perkebunan kopi, berbatasan dengan hutan pinus yang berjajar indah dengan pucuk-pucuk daun berwarna hijau kekuningan. Ketika Simer alias Angpo (tidak hanya manusia, mobil juga punya nama samaran) terus berjalan, kami berhenti sebentar untuk
cekrak-cekrek mengambil gambar,sebagaimana pesan: "
Jangan meninggalkan apa pun selain jejak, dan jangan mengambil sesuatu kecuali gambar"
Setelah melewati hutan pinus kami menjumpai tiga gazebo beratap sirap yang pada saat itu digunakan sebagai tempat rehat para pendaki dan crosser. Dari jauh tampak berderet air mineral kemasan di gazebo tersebut, mungkin sejenis warung.
Tak jauh dari tempat ini, kami tiba di Loket/Pos namun kosong, tak satu pun petugas di sana. Setelah berhenti sebentar dan ngecek jalur di depan, perjalanan pun dilanjutkan dengan memasuki gerbang kayu.
Di depan tempat kami berhenti itu, ada gapura yang dibuat dari tumpukan kayu dengan sepasang umbul-umbul merah putih di kanan dan kiri yang sekilas menyerupai terowongan. Ke arah terowongan itulah kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Buduk Asu sambil berkhayal tentang
Lorong Waktu.
Ekstrem itu relatif, bergantung pada sudut pandang orang dengan pengalaman dan jam terbang yang berbeda. Namun bagi saya, memasuki terowongan itu adalah awal perjalanan dengan medan yang ekstrem.
Vegetasi tak lagi kebun dan ladang, namun sudah kawasan hutan belantara. Suara nyaring gerombolan serangga
Garengpung/ Tonggeret/ Cenggeret mempertegas suasana hutan tropis yang khas, biasanya menjadi penanda musim penghujan akan berakhir.
Tantangan selanjutnya berada di
Tanjakan Pytax. Hambatan makin bertambah. Beberapa batu besar tergelempang di jalan dalam balutan tanah licin. Cekungan tanah semakin dalam. Jenis tanah semakin liat dan licin. Akar dan batang pohon mengarah ke jalan. Badan jalan menyempit.
Di
Tanjakan Pytax itulah roda depan
Simer terjerembab di obstacle, yakni terperosok ke dalam lubang dengan akar pohon menghadang di depan. Akhirnya
winching pun dilakukan. Di sinilah muncul jiwa korsa. Teman-teman segera turun tangan dan membantu mencarikan
winch point. Jadi teringat
kata-kata
Ndorone Simer: "Di tempat seperti ini uang tidak laku, yang diperlukan hanyalah persahabatan/persaudaraan yang tulus
"
Jika dibandingkan dengan jalur ekstrem lain, sesungguhnya ini merupakan jalur yang "aman" menuju puncak Buduk Asu. Karena pada beberapa simpang jalan kita bisa menentukan pilihan. Kanan atau kiri. Tingkat kesulitan sedang ataukah tinggi. (Dan saya selalu mengusulkan untuk memilih yang aman-aman saja). Seaman-aman jalur yang ditempuh, ya seperti itu kenyataanya. Tidak mudah dilalui. Akan tetapi, memang inilah yang sesungguhnya dicari.
Dari titik ini menuju puncak Budug Asu hanya sekitar lima ratus meter. Tapi, siapa yang bisa menjamin jarak tersebut bisa tertempuh sekian menit? Karena ada kalanya jarak tempuh tidak bersahabat dengan waktu tempuh. Kesulitan di tempat ini adalah tingkat kemiringan jalan, licin, menanjak berkelok, dan sisi jalan berbatasan dengan jurang. Semak belukar dengan batang keras pun menutup jalan.

Namun, saat saya melihat bendera merah putih berkibar di ujung tiang,
hmmmm perasaan makin gembira. Itulah puncak bukit Buduk Asu. Saat tiba di puncak, cuaca sangat cerah silih berganti dengan kabut yang berarak dan berpindah sesuai perintah angin. Sabana menjadi lanskap alam yang menghampar indah, sungguh elok dan eksotis. Udara sejuk bercampur uap air terasa ion-ion negatif yang mampu mensuplay energi positif bagi tubuh manusia. Panorama pada satu sisi tampak lembah/ngarai dan tebing terjal yang menantang jiwa muda untuk meraih poin demi poin pada dindingnya. Di balik kabut itulah sebenarnya letak Gunung Arjuno yang megah, namun hanya terlihat samar karena kabut yang selalu berarak. Sedangkan di sisi lain hamparan kebun teh juga menggigil dalam selimut kabut, jadi teringat cerita dalam sebuah novel picisan.

Sayang sekali di puncak bukit Buduk Asu ini banyak fasilitas yang rusak. Gazebo tempat istirahat roboh tertimpa pohon. Warung tutup (menurut info teman-teman, biasanya warung tersebut buka tiap hari Sabtu, Minggu, atau hari libur lainnya). Toilet kehilangan air, bahkan tak lagi berdinding. Spot-spot foto mulai merapuh, termasuk gardu pandang berbentuk kepala anjing pun tak terawat. Tentu hal ini mengurangi nilai Buduk Asu sebagai destinasi wisata pegunungan yang banyak digandrungi masyarakat tertentu, khusunya para offroader, crosser, pendaki, dan kaum muda pada umumnya.
Setelah beberapa saat istirahat di puncak bukit sambil berbincang sana-sini dan menikmati bekal
logistik kecil-kecilan, kami meninggalkan Buduk Asu. Dalam perjalanan turun ini, beberapa kali berhenti di jalan sempit dan curam, bahkan harus mundur menanjak untuk memberi kesempatan rombongan trail agar mereka bisa lewat. Saat saling tergur itulah diketahui bahwa mereka berasal dari Surabaya.
Di simpang jalan, kami memilih rute yang berbeda dengan jalur ketika berangkat. Berangkat
lewat rute Toyomarto, Singosari dan pulang melalui kebun teh area BBIB
(Balai Besar Inseminasi Buatan) Desa Sumberawan-Songsong-Singosari. Jalur ini melintasi sungai kering dan tanjakan yang menikung dengan material bebatuan lepas.
Memasuki kawasan kebun teh, kami berhenti sebentar dan cekrak-cekrek lagi. Pada saat berhenti itulah four-wheel drive tak digunakan lagi karena telah memasuki jalur datar (Dahulu, saat masih senang naik gunung, bidang datar dalam pendakian itu saya sebut dengan istilah "Jalur Alhamdulillah")
Petualangan hari ini pun usai. Kami berpisah di jalan dan menuju rumah masing-masing. Terima kasih para sahabat. Terima kasih oh Allah yang Maha Baik. Semoga keberkahan senantiasa tercurah pada kami dan para sahabat dalam segala kebaikan, juga berkah usia. Agar bisa senantiasa bertadabur alam bersama. Aamiin.
Melaka 0 Mile
23 Mar 2018 10:18 PM (7 years ago)
Enam kali memasuki teritorial Negara
Kerajaan Malaysia, baru kali itu saya datang ke Melaka (Selanjutnya saya sebut
Malaka, sebagaimana orang Indonesia menyebutnya demikian). Foto berikut
berlokasi di 0 Mile Malaka, semacam 0 KM Indonesia di Sabang. (Indonesia itu
hebat, Indonesia itu besar, Indonesia itu luas. Karena luasnya Indonesia, saya
belum memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mengelilinginya dengan tidak
sporadis. Bahkan belum juga saya sampai ke 0 KM Indonesia. Hmmmm.... mungkin
sedikit ironis bagi saya selaku warga Negara Indonesia. Sebenarnya jika boleh
memilih: saya lebih memilih datang ke Sabang 0 KM Indonesia, tapi mungkin
saatnya belum tiba). Kedatangan saya ke Malaka ini hanya karena sebuah
kesempatan belaka.
 |
Red Square |
Malaysia merupakan negara Monarki
Konstitusional yang terdiri atas federasi 13 Negara Bagian: (1) Johor, (2)
Kedah, (3) Kelantan, (4) Melaka, (5) Negeri Sembilan, (6) Pahang, (7) Perak,
(8) Perlis, (9) Pulau Pinang, (10) Sabah, (11) Sarawak, (12) Selangor, dan (13)
Terengganu. Selain 13 Negara Bagian tersebut, Malaysia juga memiliki satu
wilayah Teritori Federal, yaitu (1) Kuala Lumpur sebagai Ibu Kota, (2) Labuan,
dan (3) Putrajaya sebagai Pusat Pemerintahan.
Ohya, kita hanya akan berbicara
tentang Malaka. Akan saya tuturkan kembali kisah Malaka dari guide saya
(panggil saja Pak Cik, seorang pensiunan militer Kerajaan Malaysia). Dahulu
kala, sebelum menjadi "negara yang merdeka", Malaka merupakan bukti
kebesaran Nusantara. Ada jejak historis yang ditemukan dalam kitab Sulalatus
Salatin (Silsilah Para Raja), bahwa pendiri Malaka berasal dari Kerajaan
Sriwijaya, yaitu Parameswara, yang kemudian menjadi Sultan Malaka
bergelar Iskandar Syah.
 |
The Stadhuys: Lantai 2 dan 3 |
Malaka merupakan Negara Bagian di
Malaysia yang sarat akan peninggalan sejarah. Sebagai kota wisata dunia, Malaka
dikenal luas oleh masyarakat internasional dengan pesona sejarah dan heritage
yang dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya. Banyak bangunan bersejarah
peninggalan masa penjajahan (Portugis, Belanda,
dan Inggris) yang masih kokoh dan tampak terawat dengan baik. Semacam Cagar
Budaya yang sangat dipedulikan akan kelestariannya, demikianlah Malaka
dipelihara oleh pemerintah setempat.
 |
Christ Church: 1753 |
Salah satu kawasan ikonis favorit di
Malaka adalah Dutch Square (semacam alun-alun peninggalan zaman Belanda),
merupakan sentral Malaka yang menjadi destinasi utama bagi setiap orang yang berkunjung ke Melaka. Tempat ini
dikenal juga sebagai Red Square karena dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang berwarna
merah. Mulai dari The Stadhuys, yaitu
pusat pemerintahan/ Kantor Gubernur Hindia Belanda, berupa bangunan dengan eksterior
berwarna merah, yang saat ini
difungsikan sebagai museum. Di sebelahnya, berdiri megah Christ Church, gereja
Protestan tertua yang dibangun pada masa pendudukan Portugis di Malaka, juga
berwarna merah. Warna merah bata dipadu kekhasan bangunan arsitektur kolonial yang klasik membuat saya betah konkow di teras lantai dua Stadhuys tersebut.
Selain itu ada juga bangunan yang berfungsi semacam Kantor Pos, Melaka Art Gallery, Victoria
Fountain, dan Malaysia Youth Museum.
***

Tidak hanya
sastrawan, penyair, dan ulama asal Madura, D. Zawawi Imron, yang mampu mengangkat nama besar Madura sampai ke tingkat dunia, tetapi juga budaya dan wisata alamnya yang memesona. Sesuai dengan karakter topografi dan geografi Pulau Madura, wisata alam pantai dan
perbukitan telah mampu menjadikan Madura sebagai primadona destinasi wisata alam. Berbicara tentang perbukitan, ada salah satu bukit di Pulau Madura yang
fenomenal dan masih menjadi perbincangan di kalangan pecinta wisata, yaitu Bukit
Jaddih. Disebut Bukit Jaddih karena berada di desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten
Bangkalan.

Bukit Jaddih
merupakan tempat wisata buatan, yang terbentuk tanpa sengaja dari “perundungan”
alat-alat tambang tradisional dan peluh perjuangan para
penambang batu kapur yang mengais rezeki bertahun-tahun lamanya. Permukaan
bukit yang membentuk kontur-kontur unik,
artistik, estetis, dan eksotis, seperti yang tampak pada gambar-gambar di sini
terjadi secara perlahan karena penambangan batu kapur tersebut.
Lalu, secara
alamiah bukit itu membentuk bongkahan, guratan, patahan, pahatan, tebing yang
menjulang, kelokan jalan, bahkan dari pengerukan mampu terbentuk kolam berlumut
yang terisi air hujan dan berwarna fatamorgana seolah-olah biru, orang
menyebutnya Telaga Biru. Selain itu, ada kolam pemandian yang awalnya merupakan lubang galian tambang batu kapur.
Kemudian lubang tersebut memancarkan mata air secara alami. Pada akhirnya, lubang galian
tersebut direnovasi dan dikelola oleh pemerintah Kabupaten Bangkalan, dan dijadikan
sebagai wahana pemandian.
Walhasil, Bukit
Jaddih menjadi destinasi wisata unggulan di wilayah Pulau Garam Madura. Terbukti
degan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bukit Jaddih. Bahkan, Bukit Jaddih
telah diminati sebagai lokasi iklan
produk-produk papan atas dalam dunia bisnis, baik nusantara maupun mancanegara. Bolehlah datang ke Bukit Jaddih sambil berkhayal tentang Cappadocia Turki atau Grand Canyon Amerika.
Sesuatu akan
menjadi lebih indah bila telah ditinggalkan. Demikian juga dengan kenangan di
Bukit Jaddih, semakin berlalu semakin terasa indah. Terima kasih kepada Allah
swt, saya bersama keluarga pernah mendapat kesempatan menjelajah Bukit Jaddih
bersama kawan Ford Everest Club Indonesia pada tahun lalu dan berkolaborasi
dengan Komunitas Indonesian Ford Owner. Peserta berasal dari berbagai kota: Malang Raya,
Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Jember, Bangkalan, dan bergabung di meeting point Bangkalan dalam acara sosial. Target
capaian kami bukan jarak tempuh terdekat, bukan pula waktu tercepat menuju
lokasi Bukit Jaddih, namun tadabur alam dan
eksplorasi keindahan perbukitan, serta menikmati kebersamaan kawan komunitas yang kami
utamakan.

Kami melanjutkan
misi jelajah melambung, melintasi perkampungan, perkebunan, dan perbukitan. Rute
perjalanan melalui desa Buluh – Socah – Telang - Gili Timur – Kesek - Banyu
Ajuh - Sendang Laok – Jukong – Pendabah – Jaddih – Keleyen - Sendang Daya - Sanggar
Agung – Parseh – Masaran – Pamorah – Burneh - dan Bilaporah.
Kami berhenti beberapa kali untuk menikmati pemandangan dan kebersamaan. Pemberhentian pertama di sepanjang jalan tanah
padas, area perladangan dengan vegetasi pohon trembesi dan tumbuhan perdu khas
perbukitan. Selaku "RC" dalam tim kami adalah Dharma Sunyata, Ketua Chapter FEvCI Jawa Timur (Sebelum si "gajah" bertransformasi menjadi badak kuning).
Bertindak
sebagai tuan rumah, kawan kami selaku member asal Bangkalan, Junaidi Muhammad, memberikan penyambutan dan pengawalan kepada kami sampai pada penguasaan medan
dan rute yang dilalui. Setelah berfoto, kami lanjutkan touring kecil kami
melintasi ladang-ladang tandus dan perkampungan. Dan tibalah di pemberhentian
kedua, yaitu area parkir luar Bukit Jaddih. Di sini kami rehat
sebentar dan melakukan ibadah salat zuhur. Fasum (fasilitas umum) masih sangat
minim, terutama fasilitas ibadah. Beberapa kali kami harus bolak-balik menuju
tempat ibadah yang tidak jelas petunjuknya. Ternyata permasalahannya adalah,
tempat ibadah/surau/musala berada di arena wahana air/pemandian. Setiap pengunjung
yang masuk harus membayar tiket, sedangkan yang hanya bertujuan untuk salat merasa
“di-pingpong” dengan petunjuk yang tidak jelas. Semoga ke depan lebih baik dan
lebih diperhatikan oleh Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi daerah tujuan
wisata.
Usai menunaikan ibadah salat zuhur, kami
lanjut ke puncak bukit melalui jalan bebatuan kapur menanjak dan berkelok.
Indah dan menyenangkan. Kami pun berhenti di titik bukit tertinggi menikmati kuasa Allah yang luar biasa. Dari sini, Pulau Jawa terlihat di kejauhan.
Di
tempat ini kami bersantap siang bersama dengan menu bebek sambal pecit, (salah satu kuliner
yang populer di Pulau Madura). Tak hanya pesona bebatuan yang memikat, keindahan alam sekeliling dapat
dinikmati dari puncak Bukit Jaddih. Hamparan lazuardi biru, rerumputan hijau, kebun
yang luas
dan asri, sungguh mampu menyejukkan hati.
Belum berhenti sampai di sini, kami
melanjutkan perjalanan turun menuju telaga biru dengan tebing yang menjulang.
Akses masuk menuju telaga biru di kaki tebing itu harus melewati tepian telaga yang
tergenang air dan mobil kami berenang tipis-tipis.
Sampai di telaga ini, kami parkir di kaki tebing dengan mocong mobil menghadap ke danau menyerupai gajah minum atau seperti kapal yang bersandar di dermaga. Sedangkan anak-anak bermain rakit bambu mengelilingi permukaan telaga.
Apabila Anda datang (kembali) ke sini, jangan berharap bisa menemukan tebing ini. Seminggu setelah kedatangan kami, Radar Madura mengabarkan bahwa tebing ini sengaja dirobohkan oleh pihak manajemen karena dipandang berbahaya dan rawan longsor.
Hanya waktu yang mampu mengingatkan kami akan
jalan pulang. Setelah matahari condong dan redup sinarnya menerobos awan sampai ke bumi, lalu membias pada genangan air di tanah berair, kami bersiap
untuk kembali ke daerah masing-masing. Salam perpisahan dilakukan di
pemberhentian terakhir, berbagi salam, berbagi doa, dan … sampai jumpa dalam
kebersamaan berikutnya. Semoga selalu sehat, ada umur, ada kesempatan, ada
rezeki yang berkah, dan tetap semangat untuk saling berbagi.
Selamat berpisah, kawan...
Insya Allah bersama lagi dalam ajang silaturahmi...
Karakter memiliki beberapa
pengertian, namun dalam tulisan ini karakter yang
dimaksud sepadan maknanya dengan watak atau budi pekerti. Sebagaimana tertera dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu istilah karakter yang bertanda nomor 1 dengan
penjelasan sebagai berikut:
ka.rak.ter1 /karaktêr/
- n sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak: ia mempunyai -- agak aneh dibandingkan
dengan kakaknya
ka.rak.ter2 /karaktêr/
- n Komp huruf, angka, ruang, simbol
khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik
- n Komp simbol grafis yang tampak
sebagai tanda cetakan atau tampilan, seperti huruf alfabet, angka, atau
tanda baca
Karakter dalam Pendidikan Indonesia Kurikulum 2013 begitu digaungkan
bahkan dikuatkan dalam Peraturan Presiden. Dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2017
Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan karakter dilaksanakan
dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama
meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung
jawab.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
representasi Pemerintah, yang bertanggung jawab dalam pembinaan karakter di sekolah, telah mengkristalkan pendidikan karakter dengan istilah baru yaitu
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Kristalisasi Pengembangan nilai-nilai
karakter yang sebelumnya sebanyak 18 tersebut
kini hanya menjadi 5 Nilai Karakter yaitu:
1. Religius
2. Nasionalis
3. Mandiri
4. Gotong Royong
5. Integritas
Pertanyaan saya sebagai guru Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia/Sastra Indonesia SMA, mengapa materi SASTRA dalam Pendidikan Indonesia
Kurikulum 2013 seolah ”dikebiri” bahkan tidak lagi sebagai hal yang dianggap penting dalam menumbuhkan karakter generasi Emas Indonesia. Dalam implementasinya, Pemerintah justru mencari formula lain tentang Pendidikan Karakter. Karakter mana
lagi yang dicari? Dalam Gurindam Dua Belas dimuat
pendidikan karakter yang luar biasa, yang seiring waktu akan terkubur jika tidak lagi dipandang oleh pemangku kebijakan Pendidikan Indonesia. Dalam Kurikulum 2013, gurindam tiba-tiba dimunculkan dalam materi pembelajaran, namun tidak sinkron dengan apa yang ditulis secara eksplisit dalam Kompetensi Dasar (KD).
Gurindam yang
sarat dengan pendidikan karakter tersebut telah lahir 171 tahun lalu di belantara sastra Indonesia. Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja
Ali Haji pada tahun 1847. Beliau sastrawan, ulama, dan sekaligus Pahlawan
Nasional dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Gurindam Dua Belas disusun menjadi 12 pasal, 82 bait, dan 164 baris. Namun Gurindam
Dua Belas telah tersingkir dari Kurikulum Pendidikan Indonesia. Dalam khasanah kesusasteraan Indonesia,
gurindam termasuk Karya Sastra Lama jenis puisi.
Gurindam adalah sajak yang terdiri
atas dua baris tiap bait. Baris ke-1 dan baris ke-2 dalam gurindam memiliki hubungan
yang berkesinambungan. Gurindam tidak bersampiran, baris pertama dan baris kedua (keduanya) merupakan isi. Gurindam
memiliki sajak/rima sama (a-a) dan mengandung petuah atau nasihat, petunjuk,
dan ilmu.
Berikut adalah teks Gurindam Dua Belas.
Gurindam Dua Belas
Karya Raja Ali
Haji
Fasal 1
Barang
siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang
siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang
siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang
siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.
Fasal 2
Barang
siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang
siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang
siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua termasa.
Barang
siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang
siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
Fasal 3
Apabila
terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila
terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila
terpelihara lidah,
niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh
engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila
perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senunuh.
Anggota
tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah
peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
Fasal 4
Hail
kerajaan di dalam tubuh,
jikalau lalim segala anggotapun rubuh.
Apabila
dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat
dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan
marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika
sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda
orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil
jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang
siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang
siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketor.
Di mana
tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.
Fasal 5
Jika
hendak mengenai orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika
hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika
hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika
hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika
hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika
hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Fasal 6
Cahari
olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari
olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari
olehmu akan isteri,
yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari
olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari
olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,
Fasal 7
Apabila
banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila
banyak berlebih-lebihan suka,
itulah landa hampirkan duka.
Apabila
kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila
anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.
Apabila
banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila
orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila
mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila
menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila
perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila
perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila
pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
Fasal 8:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada
memuji diri hendaklah sabar,
biar dan pada orang datangnya khabar.
Orang
yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syarik mengaku kuasa.
Kejahatan
diri sembunyikan,
kebalikan diri diamkan.
Keaiban
orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
Fasal 9
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaitulah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segala hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan
orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan
laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun
orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika
orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.
Fasal 10
Dengan
bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan
ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan
anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan
isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kafill.
Fasal 11
Hendaklah
berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah
jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah
memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak
marah,
dahulukan hajat.
Hendak
dimulai,
jangan melalui.
Hendak
ramai,
murahkan perangai.
Fasal 12
Raja
muafakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul
hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum
adil atas rakyat,
tanda raja beroleh anayat.
Kasihan
orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat
akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan
dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.
Sumber:
KBBI
Perpres Nomor 87 Tahun 2017
Gurindam Dua Belas
Seorang teman berkabar: "Kakek telah berpulang."
Aku tersentak, sejenak kutunduk menadahkan tangan
Doa indah kulantunkan untuknya, untuk Kakek Pejuang.
Aku tak butuh nama untuk mengenangnya
Cukup bagiku memanggilnya Kakek Pejuang, dan kesan pun
sangatlah dalam.
Sejak saat itu, saat pertama bertemu, bertahun-tahun yang lalu
Saat dikisahkan padaku tentang suatu masa.
Masa revolusi kemerdekaan
Demi terbebasnya negeri dari tirani
“Demi harga diri sebuah bangsa, demi kedaulatan yang ingin
dicabik kembali”, kata Kakek Pejuang penuh semangat, dengan suara tegas dan
tatapan yang menyala-nyala dalam usia yang telah meredup senja.
Perjuangan tak hanya merebut kemerdekaan, tetapi
mempertahankannya kembali dari Agresi Militer Belanda. Lalu, berkisahlah Kakek tentang zaman perjuangan, tentang kehidupan rakyat di masa penjajahan, tentang para lelaki yang bermarkas di hutan, tentang taktik pembumihangusan, tentang segala cerita pada masa itu, tentang....
Dan kami pun tenggelam dalam samudera cerita Kakek Pejuang...
Kisah Kakek Pejuang memberi kilatan padaku
Tentang tokoh Pak Mantri dalam peristiwa Daerah Tak Bertuan
Ia pun tak perlu dikenal nama, semua orang memanggilnya Pak Mantri
hanya karena ia seorang pensiunan mantri
garam. Dihabiskan sisa usianya untuk berjuang di daerah tak bertuan, antara
Surabaya, Gresik, Lamongan, Malang, Jombang, Mojokerto, dan Kediri.
Suatu saat ia mendapat perintah rahasia dari Kaelani, Komandan Pasukan Liar, untuk
mengantar sekampil permata sebagai dana perang gerilya pasca kemerdekaan ke
Markas Pertahanan RI di Mojokerto dengan pengawalan Truno, seorang bekas
penjahat yang pernah dipenjarakan di Nusa Kambangan. Truno sama sekali tidak
mengetahui untuk apa ia ditugaskan. Di tengah perjalanan, di antara pematang sawah, Truno menghentikan
langkah Pak Mantri dan bertanya, untuk apa dia mengawal tugas ini. Ia memaksa Pak
Mantri untuk menjelaskannya. “Jika saya harus mati, saya akan mati dengan
ikhlas Pak Mantri, tolong jelaskan untuk apa saya mengawal Pak Mantri”. Walaupun
awalnya sempat curiga kepada Truno yang bisa saja membunuhnya lalu membawa lari
permata yang dibawanya. Namun Pak Mantri mampu menghadapi dengan tenang dan menjelaskan tentang tugas
rahasia tersebut kepada pengawalnya itu.
Kepercayaan itu mampu meluluhkan hati Truno. Ia menangis sambil memeluk
erat tubuh Pak Mantri dan bersumpah untuk setia mengawal Pak Mantri sampai ke tujuan. Sesaat
kemudian, belumlah mereka berdua melanjutkan perjalanan ke tujuan, terdengar bunyi
pesawat musuh terbang rendah bergemuruh dan mendesing. Mortir dijatuhkan dari
pesawat musuh dan meledak persis di dekat mereka berdua. Truno mengerang
terkena pecahan mortir dan ia menghembuskan napas terakhirnya.
Akhirnya tugas berat membawa amanah tersebut dilaksanakan Pak Mantri
seorang diri setelah Truno gugur. Dengan semangat tetap menyala ia berjalan kaki melintasi daerah tak bertuan, daerah
yang tidak dikuasai oleh salah satu pemerintahan, baik Pemerintah Indonesia
maupun Pemerintah Hindia Belanda dalam agresi militernya. Pak Mantri berhasil dengan
selamat menyerahkan sekampil permata sesuai dengan tujuan.
Pak Mantri tertegun. Kematian Truno sangat berkesan dan membekas di
hatinya. Ia pun bertekad untuk menebus kematian Truno dengan menyelinap ke daerah
pendudukan untuk membuat peta lebih sempurna. Ia memohon
izin kepada Komandan Kaelani untuk melengkapi peta daerah seberang sungai Cerme
yang dikuasai tentara Ghurka-Inggris. Ia akan menyelundup ke sana sendirian. Dalam rerimbun kebun tebu, ia
mengikuti jejak kaki yang besar, jejak kaki musuh.
Namun tekad dan keberaniannya
berakhir sangat memilukan. Pak Mantri berpapasan dengan lawan sendirian, ia mengacungkan
pistol Colt ke arah si Mata Biru, namun senjata canggih Tommy Gun lebih dahulu melesatkan peluru
ke dada Pak Mantri. Tembakan itu terdengar sampai ke Daerah Tak Bertuan. Dan mereka semua, pasukan Pejuang Liar, mengetahui apa artinya itu. Pak Mantri telah gagal menjalankan misi rahasianya.
Pak Mantri gugur dalam pertempuran tak seimbang melawan serdadu Ghurka.
”Esok harinya Pak Mantri keluar dari
markas kecil itu menuju daerah tak bertuan. Di pundaknya
tergantung granat kuning pada epolet
dan pistol colt jepang terselip di
lipatan sarung yang diikatkan di
pinggangnya. Topi mendong dibenamkan di kepalanya, usianya yang renta, mukanya
penuh keriput, mata kecil dan cekung, merupakan tameng yang baik untuk
mengelabui serdadu Ghurka. Dengan kaki yang teguh Pak Mantri menyelinap di
antara rumpun-rumpun yang lebat. Ia pasrahkan hidup dan matinya kepada Tuhan.
Ketika tangannya yang kering itu menarik pistol di pinggangnya, tembakan Tommy Gun lebih dahulu menembus dadanya.
Serdadu Ghurka itu terkejut melihat lawannya seorang diri. Topi mendong yang
terlepas dari kepalanya menyembulkan rambut kelabu di balik destarnya. Air muka
yang hitam, kering, dan keriput oleh terik matahari, usia, dan derita. Lelaki
tua berdrill coklat tak berdaya itu berlumuran darah. ”
Selamat
jalan Kakek Pejuang, beristirahatlah bersama para Syuhada Perang Kemerdekaan...
Terima
kasih telah memberiku kisah yang penuh inspirasi.

 |
Bersama para siswi HWKS |
Saat itu tahun 2015
Saya dan beberapa teman mendapat kesempatan dari sekolah untuk mendampingi Program Students Exchange di Hatyai Wittayakarn School (HWKS) Thailand (Sebelumnya saya juga sudah pernah datang ke kota ini dalam suatu muhibah).
Ada satu hal yang menggores rasa, ketika akan meninggalkan HWKS, saya merasa sedih saat mendengar pertanyaan seorang murid.
"Kapan Ibu akan kembali?"
"Suatu saat saya akan kembali ke sini, insya Allah", jawaban itu sebenarnya hanya sekadar untuk menenangkan sekaligus menyenangkan.
"Fii amanillah", katanya perlahan.
"Aamiin, terima kasih", lambaian tangan dan rasa berat hati semakin sesak.
Saya tinggalkan Hatyai dengan perasaan sedih. Sepanjang perjalanan kami terus berkomunikasi dengan sahabat melalui chat WA sampai memasuki border Sadao-Bukit Kayu Hitam. Karena di situlah batas akhir wilayah layanan internet yang saya gunakan. Deg. Sepi. Rasa tak karuan. Hati makin sedih. Serasa ada yang hilang dan tak kembali lagi.
Tahun berganti....
Saat ini tahun 2017.
Tidak disangka-sangka, saya benar-benar bisa kembali ke Hatyai Wittayakarn School (HWKS) walaupun dalam acara silaturahmi biasa dan sebentar. Perasaan sangat senang dan bahagia. Banyak kemajuan dan perubahan yang terjadi. Sejak dari pintu gerbang sekolah saya mengamatinya dengan kagum. Perkembangan sekolah yang luar biasa. Tidak cukup hanya memperhatikan dari depan, tetapi saya juga mengelilingi kompleks sekolah sampai di belakang
dormitory bersama guide istimewa yang juga pejabat di sekolah tersebut, yaitu
Ustadz Sodeeq dan
Ustadz Abdulloh Seng. Di belakang
dormitory sedang dibangun rumah-rumah guru. Masih terngiang sahabat saya berkata: "Someday, kalau datang lagi ke sini tak perlu menginap di hotel. Di sini ada kamar yang siap ditempati."
HWKS terletak di Kota Hatyai, Provinsi Songkhla, Thailand. Ini adalah sekolah Islam terbesar di sana. Sekolah Islam terpadu dengan sistem boarding ini memiliki jaringan internasional dengan sekolah-sekolah Islam (JSIT) di berbagai negara, termasuk Indonesia. Saat pertama kali saya datang, sekolah ini hanya terintegrasi setingkat SMP-SMA (ada 6 jenjang kelas mulai dari matthayom 1 sampai dengan matthayom 6). Tahun ini mulai dibangun Elementary School. Semoga dapat selesai sesuai dengan rencana. Yang sangat menginspirasi dari HWKS adalah: di sana para guru masih relatif muda, agamis, pintar, kreatif, berdedikasi, dan bermental pejuang. Para guru di sekolah ini sering juga berkunjung ke berbagai kota/provinsi di Indonesia dalam misi memajukan pendidikan di Hatyai. Bahkan, mereka belajar tentang olahraga panahan/memanah sebagai kegiatan ekstrakurikuler di Indonesia yang diimplementasikan sebagai mata pelajaran (intrakurikuler) di HWKS.
Di HWKS ada beberapa program yang berbeda dengan sekolah kami. Karena
sekolah Islam dan boarding, para siswa di sini setiap hari melakukan salat lima waktu berjamaah. Termasuk salat subuh,
dilanjutkan kajian agama sampai kira-kira pukul 06.00 waktu setempat
yang sebenarnya sama juga dengan WIB. (Karena waktunya sama-sama GMT + 7. Jadi waktu Thailand sama dengan WIB (Waktu Indonesia Bagian Barat). Salat berjamaah dan kajian agama dilaksanakan di
masjid yang berbeda antara siswa dan siswi. Setelah itu dilanjutkan makan pagi bersama di kantin dengan sistem bayar non-uang, tetapi menggunakan semacam kupon. Lalu kapan sekolah dimulai? Sekolah baru dimulai sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Di sekolah ini para siswa menguasai bahasa Inggris, komputer, teknologi, dan agama yang kaffah.
 |
Jam dunia menunjukkan waktu yang sama antara WIB dengan Thailand |
Ini kali ke-4 saya datang ke Hatyai. Dan yang paling berkesan adalah kedatangan saya yang ke-4 ini. Malam terakhir di sana saya dijemput di hotel oleh para sahabat istimewa, walapun hanya sekadar bernostalgia berkeliling kota, jalan-jalan, "kongkow" di kafe menikmati makanan khas: tom yam yang kecut segar dan penuh rempah serta sari laut, minuman hangat, sambil berbincang tentang banyak hal. Seolah alur cerita flash back, kami juga mengingat kembali pelajaran bahasa yang dahulu pernah diajarkan di dalam mobil sepanjang perjalanan lintas batas dari dan ke Hatyai-Penang.
Kejadian yang bikin tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya adalah: Ketika itu kami berkendara mobil dari Hatyai ke Penang. Saat kembali dari Penang itulah petugas border memeriksa paspor saya yang hampir kedaluwarsa dan petugas tersebut "marah-marah". Saat itu saya merasa cemas, khawatir tidak diperkenankan "pulang" ke Hatyai. Kemudian, sahabat saya menjelaskan kepada petugas itu bahwa saya adalah guru yang bertugas di sana dan dalam beberapa hari lagi akan kembali ke Indonesia. Lalu kami diizinkan melanjutkan perjalanan. Hmmmmm.... lega rasanya.
Kembali ke alur semula....
Esok paginya, saya meninggalkan Hatyai lagi. Perasaan yang sama dengan dua tahun lalu terulang kembali. Namun, datang dan pergi adalah sunatullah, maka jalanilah apa yang harus dijalani. Saya pun menikmatinya: duka dalam suka, suka dalam duka.
Duuuh.... kapan bisa kembali lagi ke sana?

Pengantar
Minggu, 31 Juli 2016 adalah hari bahagia bagi keluarga Ford
Everest Club Indonesia (FEvCI) Chapter Jawa Timur. Hari itu, FEvCI Chapter Jawa
Timur dideklarasikan di Bonderland (tempat wisata milik Koh Jacub Eko Setiawan) Pakisaji, Kabupaten Malang. Usai deklarasi dilanjutkan pengukuhan
pengurus inti. Pengukuhan dilakukan
dengan memakaikan secara simbolis topi FEvCI (sebagai salah satu atribut resmi FEvCI Chapter Jawa Timur) oleh Penasihat kepada Ketua. Deklarasi tersebut dihadiri dan didukung oleh member FEvCI Jawa Timur (bersama keluarga masing-masing) yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan Madura, Jember, Malang Raya,Tuban, Jombang, dan Trenggalek dengan
total keseluruhan 58 orang.
Acara Deklarasi FEvCI Chapter Jawa Timur:
1. Pembukaan
2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
3. Pidato Ketua Chapter
4. Pengukuhan Pengurus Inti
5. Pembacaan Ikrar Member FEvCI Jawa
Timur
6. Pembacaan Doa
7. Tasyakuran dan Ramah Tamah
8. Mini Touring
9. Sayonara
Pengurus FEvCI Chapter Jawa Timur:
Penasihat:
Jacub Eko Setiawan (Kabupaten Malang)
Lilis Indrawati (Kota Malang)
Ketua Chapter: Dharma Sunyata
(Surabaya)
Sekretaris: Isnaini Hadi Saputra
(Jember)
Bendahara: Moh. Junaidi (Bangkalan)
Humas: Moch. Faried (Sidoarjo)
Korwil Sidoarjo: Trisnu Handono
Korwil Malang: Reza Kurniawan
Korwil Jember: M. Nazim
Korwil Jombang: Misbahudin
Korwil Trenggalek: Ati Aji
Korwil Tuban: Adi Suprayono
 |
Photo by: Moh. Junaidi |
Mini Touring
Setelah seremonial Deklarasi, dilanjutkan mini touring menjelajah desa, kebun, sawah, bukit, hutan, dan
beberapa pantai di wilayah Malang Selatan. Destinasi utama kami adalah Pantai
Kondang Merak karena memiliki tipologi wilayah yang kompleks, mulai dari
tanjakan, turunan, jalan berbatu, kerikil tajam, jalan berliku, tanah becek nan
licin, lumpur, pasir, hutan, dan pantai. Kondisi medan yang seperti itu
merupakan kelemahan dan hambatan bagi sebagian orang, namun merupakan
tantangan untuk kami, anggota Ford Everest Club Indonesia.
 |
Photo by: Lis |
Selain tantangan berupa kondisi alam dan
kontur tanahnya, hal menyenangkan yang bisa menggugah selera adalah kuliner di Kondang
Merak menyajikan berbagai menu khas pantai seperti gurita asam manis, gurita
saus tiram, kuah pedas kepala ikan laut, fish kebab, dan menu andalan sate
tuna. Keterampilan masyarakat kampung nelayan Kondang Merak dalam mengolah
masakan serba ikan tak lepas dari perjuangan seorang mantan pelayar internasional
yang mengasingkan diri dan menghabiskan hidupnya di pedalaman pantai Kondang
Merak. Beliau (nama tidak saya sebutkan) mengajarkan tentang cara memasak yang
enak, mengolah hasil laut, budidaya terumbu karang, rumput laut, penanaman
pohon bakau, dan pelestarian lingkungan. Selain itu, kampung nelayan Kondang
Merak yang tidak pernah tersentuh aliran listrik negara, dapat menikmati cahaya
terang dari listrik tenaga surya yang diusahakan sendiri melalui perjuangan “pahlawan”
tersebut.
 |
Photo by: Lis |
Sekilas Tentang Kondang Merak
Bagi saya pribadi, ini kali ke sekian
berkunjung ke Kondang Merak. Sejak tujuh tahun lalu (bersama pengurus OSIS/MPK dan Pembinanya) saya sudah mulai akrab dengan lingkungan Kondang Merak dalam
misi reboisasi hutan bakau di sekitar kondang dan membuat “rumah baca” bagi
anak-anak nelayan di sana. Secara berkala kami datang untuk mengetahui
perkembangan di sana. Namun, setelah saya pindah tugas, tidak lagi sempat
berkunjung ke sana dalam misi lingkungan.
 |
Photo by: Lis |
Pesona alam Kondang Merak sesungguhnya
tidak hanya pantainya yang indah dan bersih, namun juga telaga air payau, dan
air terjun yang dapat dicapai dengan tracking menyusuri jalan setapak dan semak
belukar ke arah timur dari garis pantai, kemudian mengikuti sisi kiri telaga. Sesekali
harus jalan merunduk untuk menghindari ranting-ranting pohon liar yang menutup bagian
atas jalan, membentuk semacam terowongan.
 |
Photo by:Reza |
Tumpahan air terjun mengalir membentuk
sungai
ke arah laut. Selain itu, hempasan air
laut ke daratan juga membentuk anak sungai yang bermuara di telaga. Itulah pertemuan air tawar dan air laut terjadi dan membentuk air payau. Telaga
air payau itulah yang dalam bahasa lokal disebut dengan “kondang”. Dinamakan
Kondang Merak karena telaga tersebut dahulu merupakan tempat kawanan burung
merak turun minum. Namun pada tahun 1980-an merak berangsur-angsur punah akibat
perburuan liar orang-orang yang egois dan tidak bertanggung jawab terhadap
kelestarian alam. Saya sarikan informasi ini berdasarkan hasil perbincangan dengan beliau, seseorang yang telah saya ceritakan di awal.
 |
Photo by: Lis |
Dalam touring kali ini kami punya misi
untuk mempromosikan wisata di wilayah Malang Raya melalui foto, video, dan cerita
kepada khalayak umum, teristimewa kepada kawan sesama club karena induk FEvCI
Chapter Jawa Timur adalah FEvCI Pusat yang berkedudukan di Jakarta dengan
member di seluruh Indonesia. Oleh karena itu target kami bukan jarak dan waktu
tempuh minimal menuju destinasi, sehingga jalur yang kami tempuh melambung dimulai
dari Taman Rekreasi dan Kampung Seni Bonderland Pakisaji Kabupaten
Malang (Milik Cak Jacub Eko Setiawan) dengan rute:
Pakisasji-Kepanjen-Gondanglegi-Turen-Suwaru-Sumberejo-Bantur-Sumberbening-Bandungrejo-Tumpakrejo-Srigonco-Sitiarjo-Tambakrejo-Sumberagung-Hargokuncaran-Druju-Sumbermanjing
Wetan-Banjarejo-Gondanglegi Kulon-Bulupitu-Sukorejo-Kedung Pedaringan-Kepnajen.
 |
Photo by: Lis |
Dari rute yang kami lalui tersebut, ada
dua pantai kami singgahi dan beberapa pantai lainnya kami lewati, yaitu pantai
Kondang Merak, Pantai Selok, Pantai Ngantep, Pantai Goa China, Pantai Bajul
Mati, dan Pantai Tamban. Di area Pantai
Tamban inilah senja perlahan mulai menghilang. Hari beranjak malam. Kami menyusuri gelap malam di antara
sawah, lembah, hutan, bukit, dan perkampungan.
 |
Photo by: Lis |
Di rumah makan Nayamul Kepanjen, kami
berkumpul untuk berpisah melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing, ke kota masing-masing. Next trip selalu kami nantikan untuk membina
komitmen silaturahmi di antara kami, sesuai dengan slogan FEvCI Chapter Jawa
Timur “Guyup rukun seduluran saklawase” artinya: Persaudaraan yang solid dan rukun untuk selamanya. (Lis)
 |
Photo by: Lis |
Dalam menjalani kehidupan, setiap
manusia mempunyai tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Oleh karena itu
dibutuhkan usaha, kerja keras, rasa optimis, dan semangat pantang menyerah untuk
mewujudkannya. Guna mencapai titik pencapaian tertinggi dibutuhkan motivasi
yang meningkat secara terus-menerus. Karena dalam perjalanan menuju cita-cita
hakiki, kita sering menghadapi kendala dan kegagalan, bahkan terkadang jatuh
pada titik terendah, depresi, dan stress (Naudzubillahimindzalik). Pada kondisi demikian kita harus kuat
dan segera bangkit walau tertatih dan terasa perih.
Banyak orang mengalami kegagalan ketika
hampir mendekati kesuksesan. Hal itu terjadi karena sifat manusia yang
cenderung lemah, mudah meyerah, dan putus asa. Ini tidak boleh terjadi karena
hidup perlu ketegaran, perjuangan, dan semangat pantang menyerah untuk menggapai kesuksesan. Ibarat mendaki
gunung dan telah mendekati puncak triangulasi kita sering dihadang oleh kondisi fisik yang lemah, napas yang berat, dan oksigen seolah sulit dihirup, atau bahkan cuaca buruk, badai,
dan keadaan alam yang ekstrem tak bersahabat (Ini pengalaman pribadi saat mendaki gunung).
Oleh karena itu, kemampuan dan pengetahuan menuntut kita harus bisa survive untuk bertahan hidup demi tercapainya tujuan. Demikianlah
gambaran manusia berjuang demi masa depannya.
Di balik kesuksesan pasti ada jalan panjang, yang bercerita tentang perjuangan dan
pengorbanan, kendala dan kesabaran, serta harapan yang terus menyala dan
doa-doa yang tak pernah padam. Tidak ada jalan pintas menuju sukses. Rintangan
yang menghadang dan celaan-celaan yang melemahkan sering menjadi penyebab
kegagalan. Kita harus bisa memotivasi diri sendiri di saat gagal dan terpuruk. Kalimat klise yang sering kita dengar adalah “Orang yang sukses bukanlah mereka yang tidak pernah gagal.” Hampir semua manusia pernah mengalami
kegagalan, apa pun jenis dan berapa pun tingkatannya. Namun, mereka dapat
dikatakan memiliki modal kesuksesan dan akan menjadi sukses jika pada saat gagal,
mereka tidak berlarut-larut meratapi kegagalannya. Segera bangkit dengan suntikan motivasi yang
jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Sedangkan orang gagal melakukan
sebaliknya, mereka semakin terpuruk dalam jurang penderitaan. Akibatnya mereka
tidak mampu bangkit dan menyerah kalah.
Jika “segala sesuatu akan indah pada waktunya”, maka jangan
pernah menyerah. Karena hidup bukan persoalan kalah dan menang melainkan maju
terus, bangkit, dan bergerak. Karena kita tidak mungkin terus berlayar, dan tidak akan pernah tahu sampai di pelabuhan mana perahu kehidupan kita bersandar, lalu mimpi kita pun akan terhenti. Lengkapilah perjuangan kita mencapai kesuksesan dengan
keteguhan dalam menjalankan ajaran agama. Kuatkanlah dengan doa. Dalam doa ada harapan,
misteri, dan keistimewaan seorang hamba dalam genggaman Tuhan Yang Mahakuasa.
Yakinkan pada diri sendiri bahwa Tuhan akan membantu kita dalam mengatasi
setiap kesulitan. Dengan semangat, kerja keras, dan bangkit dari keterpurukan,
kita pasti berhasil mencapai harapan dan cita-cita.
Mari kita berjuang meraih mimpi. Tuhan
bersama orang-orang yang memperjuangkan hidupnya.
Sebagaimana Allah swt, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah mengatakan dalam surat Al Insyirah: Bahwa setelah kesulitan ada kemudahan, bahkan bersama kesulitan disertai kemudahan. Pernyataan tersebut diulang sebanyak dua kali dalam surat tersebut sebagai penegasan untuk menyakinkan hambanya.
 |
Photo by: P3c3q |
***

Dalam Kurikulum hasil revisi (ke empat) Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/SMK/MAK) Tahun 2016, materi sastra mulai dimunculkan. Berikut data kembalinya sastra dalam Kurikulum 2013 revisi Silabus tahun 2016.
Sejak diimplementasikan Kurikulum 2013 pada awal Tahun Pelajaran 2013/2014 (sampai dengan edisi revisi ke-1, 2, dan 3), Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA terasa kering dan tandus tanpa hadirnya sastra. Kelas X sama sekali tidak tersentuh sastra, kelas XI hanya Teks Pantun dan teks Cerpen, sedangkan Kelas XII hanya Teks Cerita Fiksi dalam Novel.
Alhamdulillah, di tahun 2016 ini “Puisi” hadir kembali sebagai materi pembelajaran kelas X SMA. Terlepas dari kerumitan dan ketimpangan materi yang telah dipelajari terdahulu; dan (tentu saja) betapa mubazirnya jutaan eksemplar buku paket bahasa Indonesia yang telah diterbitkan dan digunakan di sekolah karena lebih banyak perbedaanya daripada kesamaannya. Sebelumnya, masing-masing tingkatan kelas hanya mempelajari 5 teks yang tidak berisi apa-apa karena bahasa Indonesia tidak lagi dipandang sebagai ilmu yang harus dipelajari, tetapi hanya sebagai alat penghela ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, hadirnya kembali sastra sungguh menggembirakan.
Tentang teknik pembelajaran menulis puisi, berikut tulisan saya empat tahun lalu yang telah saya sesuaikan dengan kompetensi dasar berdasar Kurikulum 2013, Draf Silabus edisi revisi tahun 2016:
Teknik Pancingan Kata Kunci dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Keterampilan menulis puisi pada pembelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas X tertuang dalam Kompetensi Dasar 4.17: Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
Menulis puisi merupakan kegiatan reproduksi pikiran dan perasaan menjadi tulisan. Menulis itu penting. Tulisan tidak sekedar dipandang sebagai kompetensi linguistik seseorang, namun banyak manfaat yang diperoleh dari menulis, khusunya menulis puisi. Selain dapat menunjukkan kekayaan intelektual penulisnya, menulis puisi merupakan ajang kreativitas, tempat mencurahkan isi hati dan pikiran, sarana untuk mengurangi beban perasaan, wujud eksistensi diri, bahkan sumber komersialisasi.
Dalam mengembangkan proses kreatif menulis puisi diperlukan wawasan yang luas, kepekaan rasa, dan daya bayang (imajinasi) yang tinggi. Ketiadaan unsur-unsur itulah yang menjadi hambatan siswa dalam menulis puisi. Beberapa ungkapan yang sering dikatakan siswa ketika mereka belajar menulis puisi antara lain: kesulitan memulai, galau dalam menentukan ide, bingung memilih kata yang tepat, atau “mati gaya” dalam merangkai diksi menjadi larik, larik menjadi bait, sehingga tersusun kesatuan puisi dengan bahasa yang estetis. Akibatnya, puisi yang dihasilkan terlalu “kering”, bahasanya monoton, dan tidak terlalu berbeda dengan bahasa koran. Oleh karena itu dalam pembelajaran menulis puisi diperlukan salah satu teknik yang dapat membantu siswa agar terampil menuangkan gagasan dalam bentuk puisi yaitu teknik Pancingan Kata Kunci.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pan•cing•an berarti 1) yang dipakai untuk memancing (memikat, menarik hati, dsb); 2) kata-kata (perbuatan dsb) untuk mencari sebab. Sedangkan kata kunci diartikan sebagai berikut: kata kunci 1) kata atau ungkapan yang mewakili konsep atau gagasan yang menandai suatu zaman atau suatu kelompok; 2) kata atau ungkapan yang mewakili konsep yang telah disebutkan. Berdasarkan makna leksikal tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancingan Kata Kunci dalam pembelajaran menulis puisi adalah teknik yang dilakukan oleh guru dengan cara memberikan stimulasi berupa kata-kata pokok sebagai panduan untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam memilih, menentukan, dan mengeksplorasi diksi menjadi puisi. Dengan teknik Pancingan Kata Kunci siswa lebih mudah menuangkan dan mengembangkan gagasannya menjadi puisi.
Secara umum pelaksanaan teknik Pancingan Kata Kunci dalam menulis puisi dapat dijelaskan dalam tiga tahap.
(1) Tahap Pemodelan.
Siswa diajak menyimak pembacaan puisi yang dilakukan langsung oleh siswa/guru atau melalui rekaman video. Dengan pembacaan tersebut siswa dikenalkan kepada unsur-unsur yang membangun puisi. Siswa diajak berdiskusi tentang struktur fisik dan struktur batin puisi, antara lain tipografi, diksi, majas, rima, nada, tone, tema, dan amanat.
(2) Tahap Pemberian Kata Kunci.
Guru memberikan pancingan kata kunci dengan batasan kriteria dan tema tertentu.
(3) Tahap Penulisan.
Siswa mengembangkan kata kunci yang diberikan oleh guru sesuai dengan batasan kriteria dan tema yang ditentukan.
Contoh pancingan kata kunci yang diberikan guru sebagai berikut.
A. Tugas 1
1) Tema bebas, baris puisi dimulai dengan “aku ingin”.
2) Masukkan unsur-unsur berikut ke dalam larik:
a. warna
b. manusia
c. bunyi
3) Minimal lima larik.
4) Waktu 10 menit.
Dan contoh puisi yang dihasilkan siswa sebagai berikut:
Asaku
Aku ingin
menjadi satu gawang berwarna putih di lapangan luas
dan engkaulah sang bola
yang menjadi incaran berpasang-pasang mata
“braak!” semua orang beradu tubuh
mengejarmu dalam ambisi membuncah
tanpa keluh kesah
hiruk pikuk
lalu lalang
namun…
hanya kepadakulah engkau datang
(Puisi karya Annisa Rifqiana Kelas X)
Akulah Jantungmu
Aku ingin menjadi jantung
yang selalu berdetak di dada ibuku
“dagdug dagdug dagdug” sepanjang waktu.
Aku tak ingin berhenti
agar ibuku selalu hidup bersamaku
melebur semangat dalam ikatan hati
Siang dan malam aku tak lelah
Apalagi menyerah
Karena ibuku telah bertaruh nyawa
Bersimbah merahnya darah
Melahirkan aku
(Puisi karya Rahardi Mundi Kelas X)
***