KAU, BULAN, DAN GAZEBO... View RSS

Ikhlas dan tabah dalam menjalani kehidupan bagai meniti jalan ke surga, sulit, penuh tantangan, namun harus tetap ditempuh
Hide details



Fiksi Mini-Puisi-Ilustrasi 5 Feb 8:40 PM (2 months ago)

             

Assalamualaikum sahabat Blogger...
Semoga selalu sehat dan berlimpah kebahagiaan

Alhamdulillah buku terbaru saya telah terbit (oleh MNC Publishing) dengan tajuk Fiksi Mini-Puisi-Ilustrasi, Pembelajaran Alih Wahana Karya Sastra dan Seni. Hasil karya ini merupakan salah satu wujud kolaborasi  antar-genre, yaitu sastra dan seni. Buku sederhana ini terdiri atas 51 karya, berupa 17 fiksi mini yang dialihwahanakan menjadi 17 Puisi dan 17 gambar Ilustrasi. (Gambar ilustrasi oleh Aisya Salsabilla). Alih wahana merupakan proses transformasi, yaitu perubahan suatu karya menjadi jenis karya yang lain. Alih wahana disebut juga dengan istilah ekranisasi.

Sahabat Blogger bisa membaca dan membelinya di GRAMEDIA

Sebagai pendidik, penulis berharap buku ini dapat menjadi salah satu sumber literasi, sumber belajar, dan media pembelajaran kolaboratif alih wahana karya sastra dan seni. Penulis bekerja sama dengan Ilustrator sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap bakat dan minat peserta didik sekaligus mewadahi karya yang dihasilkan. 

 Dalam pembelajaran berbahasa dan bersastra, khususnya elemen menulis, tidak sedikit siswa yang kehabisan ide. Jalan cerita menjadi macet. Siswa mengalami stagnan di tengah menulis cerita. Keadaan yang demikian itu biasanya dialami ketika menulis cerita panjang. Namun, hal itu tidak akan terjadi dalam proses menulis fiksi mini. Dengan demikian, fiksi mini dapat menjadi “jalur alternatif’ bagi siswa untuk berlatih menghasilkan karya dengan relatif lebih mudah. Selain itu, melakukan proses alih wahana karya juga menjadi solusi untuk menuangkan ide dan kreativitas. 

Secara garis besar, daftar isi buku sebagai berikut:


1.     NAERA

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


2.     KUPU-KUPU MISTERI

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


3.     TENGKORAK BERSERAKAN

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


4.     SEPATU 

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


5.     LORONG WAKTU

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


6.     PIALA UNTUK AYAH

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


7.     CINTA YANG PERGI

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


8.     PANGGUNG PAK UWAN

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


9.     MAKHLUK RAKSASA

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


10.   JANGAN BERSEDIH

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


11.    JENAZAH TERTUKAR

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


12.   ENTAH APA NAMANYA

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


13.   KACA RETAK

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


14.   BINTANG-BINTANG BERJATUHAN

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


15.     KUSUMA BANGSA

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


16.     SABAR

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi


17.     DIA BERLARI KE BENTENG VICTORIA

·   Fiksi Mini

·   Puisi

·   Ilustrasi

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

SAMBAL CUMI-CUMI 9 Mar 2023 9:05 PM (2 years ago)

Assalamualaikum Sahabat Blogger…

Apakah kalian pecinta kuliner sambal? Jika ya, tentu predikat tersebut kurang lengkap bila belum pernah merasakan sambal cumi-cumi. Karena sambal cumi-cumi telah melengkapi jagat Persambalan Kuliner Nusantara. Selain itu, sambal cumi-cumi juga mampu menggugah selera makan. Apalagi sebentar lagi masuk bulan Ramadhan, sambal cumi-cumi siap menjadi pelengkap menu santap sahur atau berbuka puasa. Sambal cumi-cumi bisa dibeli di toko. Namun, bila kalian mempunyai waktu yang cukup, bisa mencoba membuat sendiri dengan resep ala saya. Saya membuat sambal ini dengan menggunakan cumi-cumi asin karena kebetulan ada stok di rumah, pemberian Mbak Ninit Isna Triatmi. Simak langkah-langkahnya sebagi berikut:

Sambal cumi-cumi siap dihidangkan

Bahan:

250 gram cumi-cumi (saya menggunakan cumi-cumi asin)
2 lembar daun jeruk (buang tulang daunnya agar tidak pahit)
2 lembar daun salam
2 batang serai (digeprek lalu dipotong jadi dua)
1 sdt asam jawa
1 sdt gula merah
garam secukupnya (bila telah terasa asin, skip garam)
minyak untuk  menumis

 Bumbu Halus:

20 buah cabai rawit
10 buah cabai merah
10 buah bawang merah
  5 siung bawang putih

Cara Memasak:

1. Cuci cumi-cumi asin, buang tulang lunaknya, potong-potong.

2. Rebus cumi-cumi sekitar lima menit. Matikan api dan biarkan cumi-cumi dalam rendaman air rebusan tersebut. Setelah 15-20 menit, tiriskan.

3. Goreng sebentar untuk menghilangkan kandungan air, angkat, lalu tiriskan.

Cumi-cumi asin telah dicuci

4. Tumis cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih, lalu haluskan.

Cabai, bawang merah, dan bawang putih yang telah ditumis

5. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan minyak agak banyak.

 

Bumbu halus yang sedang ditumis

6. Masukkan serai, daun jeruk, daun salam, dan asam ke dalam bumbu yang sedang ditumis

Serai, daun salam, daun jeruk, dan asam

7. Aduk bumbu sambal sampai beraroma harum.

Serai, daun jeruk, daun salam, dan asam dimasukkan ke dalam bumbu sambal

8. Masukkan cumi-cumi asin, tambahkan gula merah, lalu koreksi rasa. Bila asinnya dirasa cukup, tidak perlu diberi garam. Aduk terus sampai 10-15 menit hingga berwarna kemerahan. Setelah itu, keluarkan serai, daun jeruk, dan daun salam. Karena aroma dan citarasa yang dibutuhkan telah terpenuhi.


Cumi-cumi ditumis bersama bumbu

9. Sambal cumi-cumi siap dihidangkan.

***

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

LABU KUNING (BULAT) 21 Nov 2022 3:43 PM (2 years ago)

Assalamualaikum 
Semoga selalu sehat dan bahagia

Kali ini saya bercerita tentang labu, tentu saja ini pembicaraan orang awam di bidang pertanian, bukan expert. Jadi, harap dimaklumi apabila ada yang kurang tepat dalam penyebutan atau penyimpulan. 

    Labu, sawah, dan gunung

Berawal dari suatu hari, ketika saya sedang berada di balkon dan melihat ke lahan kosong sebelah rumah, tampak tumbuhan yang berbeda dari rumput-rumput di sekitarnya. Lalu saya turun mendekatinya. Pohonnya tegak setinggi kurang lebih 25 cm. Daunnya baru empat helai, lebar, berwarna hijau,  bagian tepi bergerigi, dan tebal seperti beludru. Di permukaan daun ada guratan warna putih membentuk garis tak beraturan, sebagian searah dengan tulang-tulang daunnya. Ada sulur-sulur berwarna hijau muda yang berjuntai, belum menemukan tambatan. Sungguh penasaran dan ingin memindahnya. Saya ambil cangkul. Sekali ayun, tumbuhan dan tanahnya dapat terangkat. Kemudian saya pindah tanam ke lahan depan rumah. 

Berdasarkan informasi dari Pak Tani yang biasanya lewat, ini tumbuhan labu, sebagian orang menyebutnya waluh. Perawatan pohon labu ini hanya kami siram, itu pun tidak setiap hari, bahkan belum pernah dilakukan pemupukan karena labu tampak sehat. Saya mencoba mengamati pertumbuhannya. Walaupun hanya satu pohon, labu tumbuh subur dan rimbun. Oleh suami dipanggilkan orang untuk membuatkan penyangga sekaligus sebagai penopang dan rambatan.  


Tumbuh subur berdaun lebat

Suatu saat, pohon labu berbunga, relatif besar, setiap bunga memiliki lima mahkota berwarna kuning oranye cerah. Karakteristik batang bunga sama dengan batang daunnya, yakni berbulu keras dan tajam (bila tidak hati-hati ketika memegang, bisa terluka). 

Bunga labu ini ada dua jenis. Pertama, bunga yang memiliki putik tunggal. Dalam pengamatan saya, bunga yang seperti ini, setelah layu akan luruh begitu saja. Jadi, kalau saya simpulkan ini adalah bunga jantan yang tidak bisa menjadi buah.

Bunga labu berputik tunggal dan penampakan dari samping

Kedua, bunga yang memiliki beberapa putik. Seperti tampak pada  gambar di bawah ini: ada 3 pasang putik atau 6 putik di tengah mahkota bunga. Bunga yang memiliki putik banyak (ganda, majemuk) seperti ini, sebelum luruh sudah tumbuh bakal buah di bawah pangkal bunga. Saya simpulkan, jenis ini adalah bunga betina yang bisa menjadi buah.

Bunga labu berputik banyak dan penampakan bakal buahnya

Bakal buah bisa tumbuh dan berkembang menjadi buah muda. Namun, tidak semua buah muda bisa sampai dewasa, ada kalanya tanggal juga. (Seperti kata peribahasa: bunga gugur putik pun gugur. Artinya, setiap yang hidup akan mati tanpa memandang umur.Buah muda yang sehat berbentuk bulat, berwarna hijau terang seperti gambar berikut. 

Buah muda tumbuh menghadap ke atas, makin besar berbalik arah ke bawah

Buah muda ini akan terus berkembang dan menjadi buah dewasa yang berwarna hijau gelap. Bila buah sudah tua dan siap dipanen akan berwarna coklat muda keemasan. 

Buah labu dewasa dan buah labu tua siap panen

Bila saat panen tiba, disarankan menggunakan alat potong untuk "memetik" buahnya, misalnya menggunakan gunting dahan. Selain tangkai buahnya cukup kuat, menggunakan alat potong bisa menghindarkan buah dari kerusakan. Karena memanen buah labu dengan cara dipuntir akan merusak bagian pangkal buah bila tangkainya lepas dengan paksa. Nah, kerusakan jaringan buah dapat menyebabkan labu tidak bisa bertahan lama. Sedangkan buah labu yang telah dipanen "tanpa luka", bisa bertahan berbulan-bulan hanya dengan diletakkan begitu saja, misalnya di lantai.

Bagian dalam buah labu berwarna kuning oranye cerah, secerah bunganya. Ada biji-biji seukuran kuku manusia, bergerombol dan berbalut serabut. Labu kuning bisa diolah menjadi berbagai variasi makanan. Dikukus saja sudah enak (walapun enak itu relatif). Rasanya legit (manis dan kenyal), juga empuk. Selain dikukus, labu juga bisa dibuat kolak, dijadikan jenang, bahkan disayur lodeh. Oleh sebab keterbatasan wawasan akan keanekaragaman olahan labu, saya hanya bisa menyebutkan beberapa saja. Tentu masih banyak lagi kreativitas masakan dari bahan dasar labu kuning sesuai dengan selera dan kebiasaan di masing-masing daerah yang kaya akan jenis kuliner.

Kesit, si kucing oren, sedang mendeteksi aman atau tidaknya buah labu untuk dikonsumsi.

Ohya, tentu banyak jenis labu dan salah satunya adalah labu ini (entah jenis apa). Satu buah labu yang telah dipanen, beratnya sekitar 5 kg, berdiameter sekitar 25 cm.  Sampai dengan saat ini, pohon labu tersebut telah menghasilkan 7 buah dan masih banyak lagi bunganya. Alhamdulillah. Barakallah...

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

LENTERA DALAM KATA 10 Nov 2022 10:39 PM (2 years ago)

                         

Assalamualaikum 
Semoga selalu sehat dan bahagia

     Kami sangat bersyukur kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena saya bersama Pak Hari Efendi (Guru Sejarah yang sekaligus Guru Penggerak Angkatan I  Tahun 2020-2021), alhamdulillah bisa memadukan kembali  buah pikiran dalam satu kesatuan menjadi buku fiksi-nonfiksi. 
     Terima kasih kepada kalian yang telah menjadi bagian  dari sumber inspirasi penulisan buku ini: keluarga, para sahabat, teman sejawat, dan murid-murid tercinta. 
     Buku yang berjudul Lentera dalam Kata ini bisa didapatkan di GRAMEDIAberisi artikel dan esai, serta 30 puisi, dengan daftar judul sebagai berikut:

              I.  Artikel dan Esai

1.  Metafora Kehidupan Sosial Politik dalam Naskah Drama Atas Nama Cinta

2.  Monolog Dramatik dalam Puisi Seorang Tukang   Rambutan pada Istrinya

3.  Pendidikan Tidak Sekerdil itu

4.  Hidupkan Sejarah di Kelas dengan Role Playing

5.  Sejarah Adalah Pertahanan Terakhir untuk Menjaga Keutuhan Sebuah Bangsa

6.  Tentang Identitas Sebuah Bangsa


II.   Puisi

1.  Pendidikan Tidak Sekerdil itu
2.  Kisah Cinta Surapati
3.  Ogal-Agil
4.  Lalu, Kini, dan Nanti
5.  Ceruk
6.  Menua Bersama
7.  Paradoks
8.  Kedasih
9.  Pohon Tumbang Tanpa Akar
10. Kepompong
11. Di Sini Ada Doa Untukmu
12. Solider
13. Ikhtiar
14. Oleng
15. Batas Waktu
16. Hidup Tak Sendiri
17. Hiburan
18. Kupungut Doamu
19. Misteri Wanita Tua Berkerudung Jingga
20. Coba Renungkan
21. Ketika Memberi Harus Memohon
22. Setengah Abad
23. Sudahlah
24. Sayan
25. Air Kalam
26. Damai
27. Cinta dan Tragedi
28. Lentera dalam Kata
29. Sepi itu
30. Keadilan Untukmu

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

SYI'IR PARAS NABI 12 Jun 2022 8:09 PM (2 years ago)

1

Syi’ir dalam bahasa Indonesia adalah syair, yaitu karya sastra lama yang berisi cerita, memiliki kriteria tertentu, dan biasanya dinyanyikan. Dalam khazanah kesusastraan Indonesia,  perkembangan syair mendapat pengaruh dari Timur Tengah seiring dengan masuknya Islam ke Indonesia. 

Berpuluh tahun yang lalu, ketika saya akan meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu, Budhe saya memberikan “salinan” naskah Syi’ir Paras Nabi untuk saya bawa. Karena syi'ir tersebut penuh kenangan. Kami sering melantunkannya berdua, sejak saya masih remaja. Bahkan, saat kecil pun saya telah mendengarnya dari Budhe di sela-sela aktivitas. 

Naskah Syi’ir Paras Nabi terdiri atas 12 halaman. Secara khusus kisah dalam naskah syi'ir terdapat di halaman 2-10, di antaranya berkisah tentang kelahiran Nabi, Nabi menerima wahyu dari Malaikat Jibril, dan kisah Nabi bercukur.  Halaman pertama adalah halaman sampul/judul, halaman 11 berisi Asmaul Husna namun tidak lengkap 99 nama Allah, sedangkan halaman 12 berisi kalimat taukhid dan doa. Ada keterangan lokasi dalam naskah ini, yaitu Surabaya, Indonesia. Semua tulisan berupa huruf Arab pegon berkharakat. Disebut juga huruf  Arab Melayu karena bertulisan huruf Arab tetapi berbunyi Jawa atau Melayu.

Transkrip naskah dalam huruf latin tiap-tiap halamannya sebagai berikut:

 [1]

Halaman Judul:

Syi’ir Paras Nabi

 [2]

/Bismillahirohmanirrohim/

2

/Abtadiu miwiti ingsun/ /Muji ing Allah kalawan nuwun/

/Ikilah syi’ir ing kanjeng gusti/ /Mula den syi’ir parase Nabi/

/Mula den pikir sarta den titi/ /Bisaha terang kaya kang ngerti/

/Nabi Muhammad ingkang sinelir/ /Arep den tutur ana ing syi’ir/

/Putra jalere kiyahi Abdullah/ /Pinutra’aken ana ing Mekah/

/Durunge dhohir Jeng Rosulullah/ /Den tilar seda Raden Abdullah/

/Nalika seda Raden Abdullah / /Iku benere ana Abwa’/

/Den sare’aken ana Madinah/ /Kari rerandhan Dewi Aminah/

/Sarta angandhut Jeng Rosulullah/ /Tur masi’ tetep ana ing Makah/

/Sawuse dhohir menyang Ngunainah/ /Den aturaken Dewi Aminah/

/Den ajak lunga maring Madinah/ /Ibune seda ana Abwa’/

/Sanding kang raka Raden Abdullah / /Den sare’aken ana Madinah/

/Nabi Muhammad balik nyang Mekah/ /Malasan garwa Dewi Khadijah/

/Sawuse dadi Nabi utusan/ /Lan kaparingan Kitab Qur’an/

 [3]

3
/Sarta baline seket syariat/ /Para sakhabat padha mufakat/

Abubakar Umar Usman lan Ali/ /Padha percaya syariat Nabi/

/Tatkala paras Nabi sinelir/ /Iku den tutur ana ing syi’ir/

/Wong mukmin sawiji mura sahabat/ /Ing Abubakar kebat anjawab/

/Ya Abubakar ratu mukmin/ /Ing dhawuh Tuwan kula kepingin/

/Kalane paras Jeng Rosulullah/ /Dinane sasi niku punapa/

/Du’a mewa kulu’ kang pundi/ /Den paringaken Jeng Gusti/

/Ya Abubakar ratu ngandika/ /Ing wong mukmin kang padha teka/

/Tatkala paras Nabi Muhammad/ /Bakdane kundur king Perang Uhud/

/Ing dina Isnen wus ana Mekah/ /Iku kundure saking Madinah/

/Jeng gusti darus qur’an sak saat/ /Mangka ketekan ing malaikat/

/Jibrail bekta kalimat ayat/ /Den paringaken Nabi Muhammad/

/Puniki warni ayat Qur’an/ /Den paringaken kekasih Tuwan/

/Mukhaliqin ru’usakum/ /Wamuqosirina latakhofun/

/Meneng Jeng Nabi amung sak saat/ /Dhedhawuhna ing malaikat/

/Kala Jeng Pangeran paring rahmad/ /Kalangkung syukur rawuhe nikmat/

/Ya Jibrail kebat amatur/ /Mengke Jeng Nabi kinon acukur/

 [4]

4
/Nabi Muhammad Tuwan acukur/ /Dhawuh Jeng Nabi kula acukur/

/Yen kula cukur kersane Allah/ /Ya Jibrail matur ing Allah/

/Nabi Muhammad kasihe Allah/ /Jibrail maras Jeng Rosulallah/

/Nabi ngandika ing malaikat/ /Sampeyan nuwun ingkang lumampah/

/Kulu’ kula niku kang pundi/ /Rihane Tuwan kinuwun marasi/

/Ya Jibrail matur ing Allah/ /Nuwun kuluk Jeng Rosulullah/

/Ya ilahi anta Pangeran / /Pundi kulu’ kasihe Tuwan/

/Nabi Muhammad ingkang sinelir/ /Dhawuh pangeran ing Jibrail/

/Kebat lungaha nyang suwarga/ /Sira methika godhong kastuba/

/Ingkang sak lembar gawe kuluki//Kasih ingsun maring parase/

/Nuli Jibrail menyang suwarga/ /Methik godhonge kayu kastuba/

 /Amung sak lembar lir sutera hijo/ /Den kulu’na iku anganggo/

/Den aturaken Nabi wekasan/ /Kasihe Allah kinon kulu’an/

/Ya Jibrail maras Jeng Nabi/ /Sangalas Romadhan tanggale sasi/

/Sakhabat papat marek ningali/ /Tatkala maras rima Jeng Nabi/

/Rima sak lembar dhak runtuh bumi/ /Sujine rima ana ing bumi/

/Nuli ngandika Nabi Muhammad/ /Takon hikmahe ing malaikat/

 [5]

/Merga dhak runtuh ana ing bumi/ /Jibrail matur ing Kanjeng Gusti/

/Kathahe rambut tuwan meninga/ /Niku sak kethi lan telung laksa/

/Lan telung ewu lan telung atus/ /Lan telung puluh telu den urus/

/Pertama Pangeran ing widadari/ /Ing suwarga aja ana kari/

/He widadari padha mudhuna/ /Menyang ing Mekah padha nontona/

/Olehe paras Nabi Muhammad/ /Ingkang marasi ya malaikat/

/Sira merika jaluk rambute/ /Sak lembar iwuh ya akeh tsawabe/

/Sira talekna ing lengen ira/ /Sakeh dosamu ingsun sepura/

/Sing sapa simpen ing caritane/ /Ingsun sepura sakeh dosane/

/Ikilah paras Kanjeng Gusti/ /Ngerawatana bakal yen mati/

/Tetkala ngalap ing malaikat/ /Ngambil nyawane besok sekarat/

/Lan luput siksa ana ing kubur/ /Sabab dosane iku wis lebur/

/Mungkar wa nakir endhak nakoni/ /Sabab wus oleh syafa’at Nabi/

/Lan sun paring kamulyan dunya/ /Terus akhirat iku suwarga/

/Sebarang gawe nyang gelis dadi/ /Lawase urip dhak kurang rezki/

/Yen dhak gelem simpen ing ceritane/ /Olehe paras hadits Nabi/

/Sasat asengit ing awak ingsun/ /Dhak dhemen ing kasih ingsun/

[6]

/Sing sapa mahido kafir matine/ /Sabab uripe mamang atine/

/Audzubillah  ngelindhung ing Allah/ /Ja kasi kufur sira ing Allah/

/Lan muga-muga Allah nulungi/ /Ing wong kang nulis cerita iki/

/Lanang lan wadon kang gelem maca/ /Syafa’at Nabi den paringana/

/Khatame syi’ir ing dina Sabtu/ /Nyerambahna ing anak putu/

/Tanggal ping wolu ing wulan Syafar/ /Syafa’at Nabi sayyidilbashar/

/Pukul pitu pasaran wage/ /Bisaha metu nyang age age/

/Hijrah sewu telung atuse/ /Lan sangalas iku punjule/

/Saking sejane iki den tata/ /Dadi wong maca supaya katata/

/Sabab dhak kathi’ lafad makna/ /Dadi wong maca iku dhak tuna/

/Mulane iki tak syi’iraken/ /Amrih yen maca iku dhak kaken/

/Supaya rahab bocah ginahun/ /Sabab macane kathi’ ing lagon/

/Dadi pas karep olehe maca/ /Samangsa karep nyang gelis bisa/

/Salah benere wallahu a’lam/ /Paras den syi’ir nular ing jawan/

/Saking bodhone dhak bisa ngaji/ /Wani anyi’ir parase Nabi/

/Pira salahe nuwun sepura/ /Maring pangeran kang maha mulya/

/Saking sejane iku den tata/ /Tibane jawan ingkang den waca/

 [7]

/Sak bisa-bisa aja den wada/ /Luwih kurange den wuwuhana/

/Sawuse tutug syi’ir den paras/ /Ingsun nambahi si’iir syafa’at/

/Liyane syi’ir du’a Jeng Nabi/ /Den amalaken rina lan wengi/

/Kalane lungguh Jeng Rasulullah/ /Ana jerone masjid Madinah/

/Dhawuhna do’a  ana ing syarah/ /Andhawuhaken ingkang fadhiilah/

/Ya Jibrail ngaturi salam/ /Nabi Muhammad mangsuli salam/

/Nabi mahammad muga katura/ /Kathah tsawabe punika do’a/

/Lanang lan wadon padha macaha/ /Ing do’a iki ing saben dina/

/Utawa sawulan maca sapisan/ /Utawa rong wulan maca sapisan/

/Utawa satahun maca sapisan/ /Lan sak umure maca sapisan/

/Aja tan ora sira macaha/ /Senajan sepisan angger bisa/

/Yen dhak bisa maca do’a tulisan/ /Mangka simpena iki tulisan/

/Maka ngereksa Allah ta’aala/ /Malah ngebeki lawang a’la/

/Widadari dadi cadhangan/ /Sartane padha anampa talam/

/Ingkang den tampa talam kencana/ /Isi panganan saking suwarga/

/Den cadhagaken ing wong kang maca/ /Do’a Jeng Nabi kang katerima/

/Allah ta’alaa nekani karep/ /Yen maca iku ingkang seregep/

 [8]

/Lan akeh-akeh iku tsawabe/ /Lamun den waca iku do’ane/

/Dhak kurang rezki kang selawase/ /Lan ora miskin kang selawase/

/Den padhangaken iku atine/ /Sartane padhang ing kuburane/

/Den panjingaken ing suwarga/ /Kala sekarat iku dhak lara/

/Lan selamet ing pancabaya/ /Jin lan setan dhak niya-niya/

/Mungkar wa nakir dhak nanakoni/ /Dina kiyamat dhak mlebu geni/

/Allah ta’ala anyugihaken/ /Ikilah do’a den amalaken/

/Sertane luput sakehe belahi/ /Besuk kiyamat luput belahi /

/Allah ta’alaa ambagusna/ /Wong kang seregep angapadna/

/Sing sapa mamang pesthine kufur/ /Dhawuhe Nabi dhak kena nyingkur/

/Kabehe tsawab dhak nulisi/ /Banyu segara den gawe mangsi/

/Sakehe kayon den gawe kalam/ /Sakehe godhong den gawe papan/

/Yekti dhak cukup iku den tulis/ /Sakehe ganjaran dhak bisa milis/

/Lamun wus hafad ing do’a iki/ /Sakehe setan iku dhak wani/

/Lan lamun ana saterune metu/ /Maka wacanen malih ping pitu/

/Dadi saterumu iku dhak wani/ /Allah ta’alaa kang ngudaneni/

/Gusti Hasan ngandika’aken/ /Lan Sayyid Ali wus ngafadaken/

 [9]

/Allah ngandika aja kon lali/ /Simpen parase ing kanjeng Nabi/

/Kelawan darus kang wali-wali/ /Weruhna dosa maring awwali/

/Supaya weruh maring kang Ghoniy/ /Maring si dosa dadi dhak wani/

/Sakehe wong mukmin padha mufakat/ /Nyuwun syafa’at Nabi Muhammad/

/ Allah ngendika ingsun ngasihi/ /Wong kang ngupaya carita iki/

/Yen wong munafik aja tuturi/ /Sabab agamane adhak ngerti/

/Sing sapa simpen ing caritane/ /Mangka selamet ing sak balane/

/Mangka sun paring rahmat sak laksa/ /Saben wengi lawan den reksa/

/Sing dhak gelem simpen ing caritane/ /Ingsun kurangi ing sak isine/

/Lan sun kurangi sandhang pangane/ /Sakeh perabot jero omahe/

/Yen wong kang dhemen cerita Rasul/ /Olehe paras ing kanjeng Rasul/

/Jin lan syetan iku dhak wani/ /Tur dadi syahid besok matine/

/Lan yen lara gelis nyang waras/ /Oleh berkate Nabi peparas/

/Den gawe jimat tatkala lunga/ / Pasti selamet ing kala lunga/

/Lawan selamet maring kesasar/ /Miwah selamet sakehe begal/

/Sato galak dharat dhak wani buru/ /Lan sato galak jerone banyu/

/Malaikat sewu ingkang ngereksa/ /Wong kang ngupaya iku carita/

 [10]

/Kekasih ingsun Nabi Muhammad/ /Olehe paras dadi syafa’at/

/Lan teguh timbul kalane perang/ / Lamun ing .. ikilah layang

/Lamun ta ana wong kena wesi/ /Kelakuhan tulisan iki/

/Lan banyu adhem tur ingkang tawa/ /Den inumaken maring kang lara/

/Insya Allah nyang gelis waras/ /Oleh berkate Nabi peparas/

/Lan lamun sira saba nyang guru/ /Aja lali paras jeng ratu/

/Dadi selamet dhak kena bendu/ /Sarta welas maring ragamu/

/Poma dipoma nyang ngupayaha/ /Paras jeng Nabi kang denngupaya/

/Yen dhak duwe nyiliha sira/ /Angupayaha ing kanca sira/

/Lamun wong mukmin ngupaya cerita/ /Amerih nyimpeni iki carita/

/Maka sun paring ing wong kang bisa/ /Ana akhirat idhak densiksa/

/Sing gelem maca ing donga iki/ /Den-gawe sangu besuk yen mati/

/Iki wus khatam donga densyarah/ /Atas dhawuhe jeng Rasulullah/

/Akehe doa’ mung wolu likur/ /Ing buri iki do’a dentutur/

 [11]

/Bismillahirrahmanirrahiim /

/Allahu Allahul azizul hakiimu/ /Allahu Allahul malikul qudduusu/

/Allahu Allahul ghafuurul waduudu/ /Allahu Allahussyakuurul khaliimu/

/Allahu Allahu Allahushomadu/ /Allahu Allahul khamiidul khabiiru/

/Allahu Allahussayyiduljabbaaru/ /Allahu Allahul malikul khabiiru/

/Allahu Allahul waahidualqohhaaru/ /Allahu Allahul azdhiimul qudduusu/

/Allahu Allahul kabiirul akbaru/ /Allahu Allahul qaadirul wahhaabu/

/Allahu Allahul khaaliqulmubiinu/ /Allahu Allahul aliyyul muta’alu/

/Allahu Allahuddhaahirulbaathinu/ /Allahu Allahul awwalul’aakhiru/

 /Allahu Allahulbaari’ulmushowwiru/ /Allahu Allahulmalikulqudduusurraufu/

/Allahu Allahulmukminulmuhaiminu/ /Allahu Allahurraufurrahiimu/

/Allahu Allahulbaa’itsulwaaritsu/ /Allahu Allahuddayyaanu/

/Allahu Allahu Allahulkhallaaqu/ /Allahu Allahu Allahulhakiimu/

/Allahu Allahu Allahussyahiidu/ /Allahu Allahulqaabidhulkariimu/

/Allahu Allahulqawiyyulmuniiru/ /Allahu Allahu Muhammadun Rasulullah/

 [12]

/Laa ilaaha illallahu Muhammadun Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wasallama/

/Wa ‘ala aalihi wa ashhaahbihi azma’iin/

/Subhana robbika robbil izzati ammaa yasifuun/

/wasalamun alalmursalin/

/ Walhamdulillahi robbil aalamiin/

/Aamiin/

***


Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

GURAMI ACAR KUNING 16 Apr 2022 11:31 PM (3 years ago)

Ikan, selain bernilai gizi tinggi, juga bisa menjadi pilihan menu untuk konsumsi sehari-hari. Kali ini saya akan berbagi resep memasak Gurami Acar Kuning. Semoga bermanfaat.

 Bahan:

  • Mentimun 1 buah, dipotong kecil-kecil memanjang
  • Wortel 1 buah, dipotong kecil-kecil memanjang
  • Minyak goreng
  • Air 1 gelas


Bumbu:

  • Bawang putih 5 siung
  • Bawang merah 10 butir
  • Kunyit 2 ruas
  • Jahe 2 ruas
  • Kemiri 10 butir
  • Garam dan gula secukupnya (masing-masing 1/2 sendok teh)
  • Daun salam 2 lembar
  • Daun jeruk 2 lembar
  • Serai 1 batang, dipotong-potong
  • Cabai rawit sesuai selera
  • Cuka 1 sendok makan

 Cara Memasak:

  1.  Goreng ikan dalam minyak yang telah panas, gunakan api sedang sampai ikan matang, tiriskan.

  2.  Haluskan kunyit, jahe, kemiri, bawang putih dan bawang merah. 
  3. Tumis bumbu halus, masukkan daun salam, daun jeruk, dan serai, aduk perlahan sampai harum.

  4. Tuangkan air, biarkan sampai mendidih, masukkan wortel sampai layu, tambahkan cabai dan mentimun, setelah semua bahan empuk, matikan api. 

  5. Beri garam, gula, dan cuka. Koreksi rasa.
  6. Letakkan ikan dalam piring saji, tuangkan bumbu acar di atasnya. Namun, bila menyukai tekstur daging yang lebih lembut/lembek, ikan bisa direndam dalam bumbu selama satu atau dua menit sebelum api dimatikan. Dengan direndam, bumbu lebih meresap sampai ke dalam ikan dan terasa lebih nikmat.

  7.  Gurami acar kuning siap dinikmati bersama keluarga.

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

BUKU ANTOLOGI PUISI: MOSAIK SENJA, SILUET RINDU 31 Mar 2022 7:57 PM (3 years ago)

Buku Antologi Puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu ini berisi kumpulan puisi pilihan yang mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Allah swt, lukisan keindahan, kecintaan kepada senja, kerinduan, pengalaman, persahabatan, fenomena, kisah, pandangan, religi, dan beraneka pengalaman batin dalam kehidupan sehari-hari.

Rindu itu universal. Bisa untuk apa saja atau kepada siapa saja. Begitu pun dalam Antologi Puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu ini, rindunya pun universal. Keingininan, harapan, dan dambaan yang berasal dari dasar rasa bernama sanubari. Itulah rindu, abstrak namun selalu hadir dalam kehidupan manusia. 

Dibandingkan dengan unsur instrinsik lainnya, ungkapan tentang rindu dan senjalah yang paling berkesan bagi saya. Rindu dan senja merupakan kumpulan diksi yang lebih dominan dan menjadi benang merah sebagai pengikat antarpuisi. Itulah mengapa Mosaik Senja, Siluet Rindu ini saya sematkan menjadi tajuk Antologi Puisi ini.

Buku ini bisa didapatkan di GRAMEDIA, terdiri atas 60 puisi, termasuk trilogi stanza: Kau, Bulan, dan Gazebo. Berikut daftar isi Antologi Puisi saya:

1.     SILUET RINDU

2.      EPOS

3.      TASIK YANG TENANG 

4.      SOLID

5.      UNTUK ANAKKU SEORANG

6.      JAGOAN KECIL, DI MANA KAU?

7.      SELAMAT JALAN

8.      LELAKI KECIL KEHILANGAN BAPA

9.      JADIKAN SETIAP PERTEMUAN HANYA MAKNA

10.   WAKTU TERUS BERLALU

11.   PELIPUR LARA

12.   AKU TERPENJARA

13.   BOCAH DI BALIK PINTU

14.   TABIR

15.    DI SINI AKU BERKHAYAL TENTANG LAUT

16.    DIALOG DENGAN-MU 

17.    KABAR DARI DESA

18.    TRILOGI STANZA: KAU

19.    TRILOGI STANZA: BULAN

20.   TRILOGI STANZA: GAZEBO

21.    KEPADA SENJA AKU MERINDUKAN JINGGANYA

22.    SEROJA MERAH JAMBU

23.    MENIK

24.    LOKOMOTIF WAKTU

25.    KUMBOLO

26.    BESERTA KESULITAN ADA KEMUDAHAN

27.    KENANGAN

28.    SALAM ALAIKA YA NABI

29.    SENJA DI KOTA JEDDAH

30.   CERITA KITA

31.    KAKEK PEJUANG

32.    DARI FANA KE BAKA

33.    SENJA DALAM TERZINA

34.    BERSAMA BERTAHUN-TAHUN

35.    JANGAN PERGI

36.    MENGENANGMU 1

37.    MENGENANGMU 2

38.    MENGENANGMU 3

39.    DI SANA KUSANDARKAN GELISAH

40.    BULAN PURNAMA DI ATAS BELANTARA

41.    RINDU

42.    JATUH

43.    PIMPO

44.    AKU DAN DIRIMU

45.    MASIH ADA KUNANG-KUNANG DI SINI

46.    FLASHBACK

47.    AMBYAR

48.    ALLAH BEGITU BAIK

49.    COVID MENGGILA

50.   SENJA TANPA JINGGA

51.    GERIMIS

52.    KETULUSAN

53.    DALAM PUSARAN JERAM

54.    GLOXINIA

55.    SURAT UNTUK DORA

56.    SANG LEGENDA

57.    JENTERA

58.    HUJAN KEPAGIAN

59.    PRAHARA

60.  DALAM POTRET TUA

         Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Demikianlah peribahasa yang mampu menggambarkan harapan saya atas buku ini. Yang pertama, saya berharap Antologi Puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu dapat menjadi motivasi diri untuk lebih bersemangat lagi dalam menemukan dan mengumpulkan lari-larik yang masih tersesat dalam imajinasi. Kedua, semoga Antologi puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu dapat menambah perbendaharaan sastra puisi dalam khazanah Kesusastraan Indonesia. Dan ketiga, semoga Antologi Puisi Mosaik Senja, Siluet Rindu mampu menjadi referensi bagi para pembaca puisi di mana pun berada. 

***

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Romantisme Rindu dalam Puisi "Menyapa Pagi" Karya Suwandy Wandy* 31 Mar 2022 6:03 PM (3 years ago)

* Suwandy Wandy adalah penulis buku Kumpulan Puisi "Melaut Rinduku". 

        Menyapa Pagi merupakan salah satu puisi yang termuat dalam buku Kumpulan Puisi Melaut Rinduku. Ini puisi rindu nan romantis. Diksi yang tepat dan unik bisa merepresentasikan rasa rindu yang belum sampai pada temu. 

        Larik pertama dalam puisi ini dimulai dengan kata “lantas”, menunjukkan bahwa sebenarnya telah ada peristiwa sebelumnya yang sengaja dilesapkan, yaitu peristiwa yang pernah terjadi, saat ia (akulirik) datang menemui seseorang.  Hadirnya telah beberapa kali berulang dengan harapan yang sama, bertemu untuk mengantarkan rasa rindunya. Dan kali ini ia datang kembali penuh harap, membawa segala rasa hatinya.

/Lantas, aku pun datang kembali  kepadamu/
/Dengan segala cita dan rindu/

         Kepada cercah hujan semalam, ia sampaikan pesan rindu.  Melalui kata “cita”, aku lirik menyatakan perasaan hati, harapan, dan cintanya kepada seseorang tersebut.

/Sebab, lewat cercah hujan semalam/
/Telah kukabar asaku hari ini/

        Tanpa pernah didera rasa bosan, akulirik tetap setia menyapa dan menanyakan tentang rasa rindu itu.

/Dan, tanpa ada dera bosan/
/Kusapa lagi kau di cerah pagi/

        Kepada seorang yang dirindukannya itu, akulirik berharap rindunya pun bersambut, disimpan dalam hati agar tidak ambyar berserak.

/Apakah rinduku sudah disimpan?/
/Hati-hati, jangan di-retak/
/Apalagi pecah berserak/
/Sebab, puluhan tanggal aku membikin, khusus buatmu:/

Sejatinya, telah lama akulirik menyimpan rindunya, rindu kepada seseorang. So sweet

 

Berikut teks puisi Menyapa Pagi:

 

Menyapa Pagi

Lantas, aku pun datang kembali  kepadamu

Dengan segala cita dan rindu

Sebab, lewat cercah hujan semalam

Telah kukabar asaku hari ini

Dan, tanpa ada dera bosan.

Kusapa lagi kau di cerah pagi

Apakah rinduku sudah disimpan?

Hati-hati, jangan di-retak

Apalagi pecah berserak

Sebab, puluhan tanggal aku membikin, khusus buatmu:

 

"Selamat Pagi, Kawan"




Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

MEMBUAT ES CINCAU HIJAU 25 Mar 2022 10:45 PM (3 years ago)

        Banyak orang pernah menikmati aneka olahan cincau, misalnya es cincau, dawet cincau, sirup cincau, jelly cincau, dll. Namun, tidak semua orang yang pernah menikmati olahan cincau tersebut mengetahui pohon/daun cincau. 


Ranting dan Daun Cincau Hijau Perdu

         Secara umum cincau ada dua macam, yaitu cincau hijau dan cincau hitam. Secara leksikal, cincau dimaknai dalam KBBI sebagi berikut:

cin.cau
bentuk tidak baku: cingcau

 Tesaurus

  1. tumbuhan yang daunnya dapat diperas menjadi kental untuk isi minuman; camcauCyclea barbata
  2. minuman dingin yang di antara isinya ada semacam agar-agar dibuat dari daun cincau

          Cincau hijau pun bermacam-macam, tetapi yang saya bahas kali ini adalah cincau hijau perdu yang ada di halaman rumah. Awalnya saya mendapat batang cincau perdu ini dari teman saya Bu Endah Trajuningsih yang membelinya secara online. Saya diberi dua batang, masing-masing panjang dan diameternya seukuran pensil. Kini batang cincau tersebut telah menjadi pohon perdu yang tumbuh sehat dan berdaun lebat. Cincau jenis ini berbatang keras, daunnya tebal, berwarna hijau, bentuk lonjong dengan ujung lancip/runcing. Pada batang tua tumbuh akar-akar gantung di ruasnya.

          Hari ini saya membuat minuman es cincau hijau gula merah dengan mengolah daun cincau perdu yang saya miliki.

A.  Cara Membuat Cincau

  1. Petik sekitar 20 lembar daun cincau, cuci bersih.

Daun cincau hijau perdu yang telah dicuci

  2. Rebus dua gelas air, setelah mendidih matikan api dan biarkan sampai air berkurang panasnya.

  3. Masukkan daun cincau, diamkan sampai air hangat-hangat kuku.

  4. Remas daun cincau sampai halus (pastikan tangan dalam keadaan bersih).

  5. Saring dalam wadah kemudian masukkan ke kulkas sampai air cincau menjadi padat. 

Air remasan daun cincau yang telah disaring

  6. Bila menginginkan tekstur yang lebih keras bisa dimasak dengan agar-agar tanpa warna.

Cincau yang telah padat

B.  Bahan lain

 1. Santan matang

 2. Sirup gula merah 

 3. Es batu


C.  Cara Menyajikan

        1. Potong-potong cincau (bisa juga disendok atau dicacah/cencang), masukkan secukupnya ke dalam gelas/cawan.

  2. Tuangkan secukupnya santan dan gula merah (koreksi rasa manisnya).

  3. Masukkan es batu sesuai dengan selera.

 

Es cincau hijau gula merah siap dinikmati
       

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Allah Begitu Baik 22 Jan 2022 11:55 PM (3 years ago)

Terima kasih oh Allah
Engkau begitu baik
Saat aku bernavigasi
Kau kumpulkan bintang-bintang kecil menjadi satu
Sangat terang cahayanya
Menyorot kompas dan peta yang kubentangkan

Kau beri aku keyakinan
Tentang titik koordinat 
Tentang arah 
Tentang sebuah alamat
Tempat kami berkhidmat

Petunjuk-Mu sungguh nyata
Seolah lampang penumpu
Yang baru ditinggalkan daunnya
Gugur
Atas perintah-Mu
Sebagai jawaban doa-doa penghamba

Terima kasih oh Allah
Atas segala kebaikan-Mu
Atas semua kasih-Mu
Arahkan laku langkahku
Agar tak salah
Tuntun lisanku 
Agar tak lancung
 
Ini aku di jalan air
Berkayuh sambil ke hilir
Tertumbuk biduk di kelokan
Tertumbuk kata dipikiri
Alhamdulillah
Allah begitu baik.
***


(Terima kasih Ivan, "bintang-bintang kecil menjadi satu")

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

SURAT UNTUK DORA 20 Jan 2022 8:52 PM (3 years ago)

Dora

Melalui surat ini aku mencarimu

Tidak hanya karena aku menyayangimu

Tetapi juga karena janji

Kepada Ibumu aku pernah berjanji

 

Ya, Ibumu

Yang saat pertama kali melihatnya tanpa sengaja di suatu tempat

Aku terkesiap

Namun Ibumu tetap tenang

Tak terkejut sama sekali

Bergeming

Waktu itu ibumu berteduh dari sengatan matahari terik.

Mata kami bertatapan beberapa saat

Tak ada kata terucap

Lalu langkahku berjingkat

 

Ohya, tentang janji itu

Adalah janji untuk merawatmu

Juga kakak adikmu

Pati dan rezeki hanyalah kuasa Illahi

Ibumu dijemput maut saat menyusui adikmu

 

Dora

Kini kau entah di mana

Aku mencarimu

Semua mencarimu

Tetapi tak juga bertemu

 

Kuratapi malam sunyi

Kupanggil namamu dalam tangis

Membayangkan kau lapar dan dingin

Karena pergimu bukan kehendakmu

 

Dora

Melalui surat ini kuselipkan doa 

Semoga takdirmu bisa kembali  ke rumah

Jika belum kau temukan jalan pulang

Semoga Allah menolongmu melalui orang baik yang peduli kepadamu

Aku yakin, kau di sana tak kurang suatu apa  

Karena, Tiada satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya (QS. Hud:6).

 

(Untuk Dora, kucingku yang hilang)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Memperbanyak Violces dengan Cara Setek Daun 25 Dec 2021 7:48 PM (3 years ago)

Violces dewasa
    
            Violces atau african violet merupakan tanaman hias yang bunganya indah berwarna-warni. Ada violces yang berbunga putih, merah, biru, pink, ungu, dan warna lainnya. Daunnya getas berwarna hijau dengan permukaan kasar berbulu. Saya menyukai bunga violces karena bunga ini selalu mengingatkan saya kepada seorang teman. Saya memanggilnya Teh Anne. Dia juga menyukai bunga violces. Koleksinya banyak dan beraneka warna. Sedangkan saya hanya memiliki satu warna, yaitu pink. Dari satu tanaman ini, saya telah berhasil membiakkannya menjadi banyak dengan cara memisah tunas dan setek daun. Namun, perbanyakan melalui setek daun ini saya lakukan secara sederhana dan alami. Mari mencoba langkah-langkah berikut untuk membiakkan bunga violces melalui setek daun.   
Violces, sawah, dan Arjuno

            Siapkan pot kecil untuk satu setek. Atau gunakan media yang lebar dan dangkal untuk beberapa setek sekaligus. Akar violces bersifat superfisial, artinya akar violces terletak di dekat permukaan tanah sehingga tidak memerlukan media tanam yang dalam. Bisa juga menggunakan kotak plastik bekas makanan sekaligus sebagai upaya daur ulang barang bekas menjadi berguna. Isilah kotak tersebut dengan media tanam yang gembur, memiliki drainase yang baik, dan materi organik tinggi. Media tanam bisa menggunakan campuran pasir dan tanah humus/kompos dengan komposisi masing-masing lima puluh persen. Basahi media tersebut dengan air secukupnya. Media yang baik berperan mempercepat tumbuhnya akar dalam setek daun violces.

Setek daun violces

Pilihlah daun violces yang besar, sehat, dan berwarna hijau segar tidak meranggas. Potong daun tersebut dari pangkal tangkainya sekitar dua sentimeter. Buat lubang dengan menggunakan jari atau kayu di permukaan tanah pada media tanam yang telah disediakan.  Masukkan potongan daun dengan hati-hati. Timbun pangkalnya dengan sedikit tanah sambil ditekan pelan-pelan agar setek daun tetap tegak.

Setek violces tumbuh tiga daun

Selanjutnya, tutup setek dengan sungkup plastik transparan, jika menggunakan kotak plastik bekas makanan, pasangkan kembali tutupnya namun jangan terlalu rapat. Penyungkupan bertujuan untuk menjaga kelembapan setek. Letakkan setek di tempat teduh yang tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Setelah satu minggu, periksalah guna mengetahui proses pertumbuhannya. Bila diperlukan tambahlah air untuk menjaga kelembapan media tanamnya.

Setek violces tumbuh sehat

Setek daun ada yang tetap bertahan hijau dan segar tetapi ada  juga yang menguning/mengering. Jika dalam pengamatan terdapat setek daun yang mengering, jangan dibuang. Karena itu tidak menandakan setek mati. Setelah 4-5 minggu kemudian akan terlihat tunas muncul dari setek daun. Bukalah sungkupnya. Biarkan setek tumbuh di tempat persemaiannya. Jika sudah tumbuh dua atau tiga helai daun, setek bisa dipindah ke pot yang terpisah. Selanjutnya gunakan media tanah humus bercampur sekam dengan perbandingan seimbang.

Violces mulai berbunga

Violces membutuhkan media tanam yang lembap namun tidak banyak air. Penyiraman cukup dilakukan tiga kali dalam seminggu. Penyiraman violces yang baik hanya di media tanam, tidak mengenai daun dan bunganya. Jika penyiraman terlalu banyak air, violces akan membusuk. Violces memerlukan cahaya yang cukup namun tidak kuat bila terkena paparan sinar matahari langsung dan terus menerus. Jika terkena paparan sinar matahari langsung, violces akan gosong dan mati. Dalam ukuran waktu yang wajar, violces bisa berbunga setelah 4-5 bulan sejak masa tanamnya. Jangan lupa memberikan pupuk secara teratur. Saya biasanya menggunakan pupuk NPK setiap minggu.

***

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Senja Tanpa Jingga 3 Dec 2021 1:48 AM (3 years ago)



                   Senja 
                          Tanpa 
                                   Jingga
                                          Walau 
                                                  Tak 
                                                        Jingga 
                                                                 Bukan 
                                                                          Tak 
                                                                              Senja
                                                                                      Senja 
                                                                                               Tak 
                                                                                                    Jingga
                                                                                                             Senja
                                                                                                                     Temaram
                                                                                                              Penuh 
                                                                                                    Makna
                                                                                            Penuh 
                                                                                   Berkah
                                                                       Bersamamu 
                                                                                          

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Kabut Selalu Indah 31 Oct 2021 5:11 PM (3 years ago)

 Kabut di Depan Rumah

Di masa darurat iklim seperti saat ini, peningkatan suhu r
ata-rata di atmosfer dan permukaan bumi mengakibatkan hawa panas yang bisa dirasakan hampir setiap hari. Ketika sebagian orang di tempat lain merasa gerah, saya masih bisa menikmati hawa sejuk dan terpaan kabut. Terima kasih kepada Allah swt, sangat bersyukur atas nikmat yang tak kan pernah terperi.

Kabut merupakan istilah Geografi yang menyuratkan makna tentang uap air sebagai hasil kondensasi di dekat permukaan tanah yang terjadi karena peristiwa pendinginan udara. Kabut biasa terjadi pada saat senja, malam, dan pagi hari. Namun pada kesempatan ini saya hanya menceritakan kabut pagi yang juga disebut dengan kabut presipitasi. Salah satu pemicu proses kemunculan kabut pagi adalah kelembaban udara yang meningkat.

Kata guru sekolah saya dahulu, kabut terbentuk pada saat uap air dalam wujud gas mengalami kondensasi. Pada saat itulah, molekul-molekul yang terdapat di dalamnya akan menyatu dan menghasilkan titik-titik air yang melayang-layang di udara. Proses perubahan menjadi titik-titik air inilah yang menghasilkan kabut.

Apa pun makna dan bagaimana pun proses terbentuknya kabut secara alami dan ilmiah, bagi saya kabut itu sesuatu yang eksotis. Tak hanya dingin dan segar, tetapi juga indah dan romantis. Hal yang benar-benar patut disyukuri adalah, saya bisa menikmati dan merasakan terpaan kabut di depan rumah saat pagi hari dengan visibilitas beberapa meter saja. Bilamana matahari muncul, perlahan-lahan kabut pun menguap lalu pergi. Sekilas sketsa, di depan rumah saya adalah area persawahan yang luas menghampar, berbatasan dengan rimbun pepohonan di kejauhan. Pepohonan yang menjadi ciri khas vegetasi riparian di sepanjang Sungai Bango. Sungai yang membelah Kota dan Kabupaten Malang, sekaligus menjadi batas wilayah tersebut. Apabila cuaca cerah, tampak Gunung Arjuno di arah barat laut berpayung langit biru dan berselendang awan putih. Masha Allah, tabarakallah...

Makna Kosakata Teknis Menurut KBBI:

ka.but
⇢ Tesaurus

  1. a kelam; suram; tidak nyata
  2. n awan lembap yang melayang di dekat permukaan tanah
  3. n Geo uap air sebagai hasil kondensasi yang masih dekat dengan tanah yang terjadi karena peristiwa pemanasan atau pendinginan udara, biasanya menyebabkan jarak pandang di permukaan bumi berkurang
  4. n Min kombinasi beberapa macam gas yang terjadi di dalam tambang bawah tanah

at.mos.fer /atmosfèr/
bentuk tidak baku: atmosfir
⇢ Tesaurus

  1. n lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai ketinggian 300 km (terutama terdiri atas campuran berbagai gas, yaitu nitrogen, oksigen, argon, dan sejumlah kecil gas lain)
  2. n satuan tekanan yang besarnya sama dengan tekanan udara pada permukaan laut (1,033 kg setiap cm²)
  3. n Sas suasana perasaan yang bersifat imajinatif dalam naskah drama yang diciptakan oleh pengarangnya

kon.den.sa.si /kondènsasi/

⇢ Tesaurus

  1. n Fis perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun
  2. n Psi penggabungan dua ide atau lebih yang ada di bawah kesadaran dan muncul sebagai ide tunggal pada kesadaran

pre.si.pi.ta.si /présipitasi/

⇢ Tesaurus

  1. n Geo proses pengendapan, baik dari dalam larutan maupun dari udara permukaan ke permukaan bumi
  2. n Met kandungan kelembapan udara yang berbentuk cairan atau bahan padat, seperti hujan, embun, salju
  3. n percepatan, biasanya tiba-tiba dan tidak diharapkan

ri.pa.ri.an

⇢ Tesaurus

  • n tumbuhan yang hidup dan berkembang di tepi-tepi sungai

  •                                                   ***

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

TRIP KE PENANG ALA BACKPACKER 7 Mar 2019 1:39 AM (6 years ago)


Salam petualang untuk sahabat Backpacker...

Jika hanya berjalan kemana-mana membawa backpack, itu sudah saya lakukan sejak masih muda. Naik gunung, arung sungai, susur pantai, dan telusur goa. (Sedikit flasback, pernah pada saat ekspedisi caving di Trenggalek (sekitar 1994), saya bersama teman-teman reppeling menuruni goa vertikal dan landing di atas tumpukan tengkorak manusia pada pukul 12 malam, kata Pak Kades goa tersebut merupakan tempat pembantaian zaman PKI 1965 dan tengkorak yang terlilit selendang merah adalah korban pembantaian terduga dukun santet, dua tahun sebelum ekspedisi saya).
Empat Sekawan
Kamis, 7 Maret 2019
Saat ini, saya telah melengkapi petualangan-petualangan tersebut dengan traveling ala backpacker. Tulisan ini semoga bermanfaat untuk sahabat backpacker yang akan melakukan perjalanan tipis-tipis ke Pulau Penang dan Kuala Lumpur. Kata Peribahasa: Sambil menyelam minum air, begitulah sebenarnya kami berempat (saya, Liliek Triani, Heri Sudjatmi, dan Sasongko) memiliki misi khusus di Penang, tetapi dalam kesempatan ini saya hanya akan bercerita tentang trip kami sebagai backpacker pemula. (Hampir sepuluh kali saya memasuki teritorial Kerajaan Malaysia, baru kali ini tidak melibatkan travel agen. Eh, ralat: Lima bulan lalu saya dan teman-teman mendapat kesempatan dari Universitas Ma Chung ke UCSI University di Kuala Lumpur juga tidak menggunakan jasa travel agen, tapi di-handle sendiri oleh civitas akademika Ma Chung). Hari ini kami berangkat dari Kota Malang menuju Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya tanpa bagasi, hanya backpack seberat (rata-rata) kurang lebih 8 kg. Pukul 11.00 WIB pesawat Air Asia terbang menuju bandar udara Penang yang dikenal dengan sebutan Bayan Lepas Penang International Airport. Penerbangan membutuhkan waktu sekitar 3 jam, dan tiba di Penang pukul 15.00 waktu setempat (selisih satu jam lebih sore dibandingkan dengan WIB). Kami langsung restart hp untuk mengaktifkan paket roaming Asia dengan kode aktivasi *266# (Telkomsel). Layanan internet sangat penting sebagai alat navigasi dan membaca peta mencari tempat tujuan. Dalam tim kami ini ada spesialisasi masing-masing, ada tukang navigasi, tukang talang (bagian "nalangi" pembayaran), tukang cekrak-cekrek, dan tukang catat. Selain menggunakan GPS kami juga mengambil beberapa brosur di bandara, yang di antaranya memuat peta, destinasi wisata, dan kuliner, serta agenda/event wisata Penang dalam setahun (2019). (Brosur tersebut bisa didapatkan juga di hotel, toko, restoran, dll).
Di peta ini kita bisa mengetahui letak lukisan mural art 3D
Saat berada di pemeriksaan imigrasi, saya teringat peristiwa empat tahun lalu, saat pertama kali saya datang ke Penang. Paspor saya dioret-oret oleh petugas imigrasi, setelah saya amati ternyata tulisan cakar ayam  di lembaran paspor saya itu berbunyi "renew your pasport". Saya baru menyadari bahwa masa paspor saya tinggal 5 bulan. Tulisan itu selalu menghantui dan membuat saya was-was karena pada waktu itu saya akan berada di Thailand sekitar dua minggu dan kembali ke Indonesia melalui Singapura. Alhamdulillah, kejadian seperti itu tidak terulang lagi saat ini, semua pemeriksaan berjalan dengan lancar. ("Terima kasih oh Allah, Engkau selalu memberi kesempatan dan kebaikan kepada kami".)

Hotel Majestic Goerge Town
Keluar dari bandara, tampak berbagai moda transportasi yang bisa digunakan untuk melanjutkan perjalanan. Demikian juga transportasi yang murah meriah yaitu bus Rapid Penang (semacam bus kota) sudah berjajar di halte dengan berbagai kode dan rute. Halte Bus Rapid berada di luar pintu kedatangan, keluar pintu belok kiri beberapa meter saja, lalu menyeberang satu ruas jalan. Kami naik bus dengan kode 401 tujuan Komtar. Awalnya saya mengira Komtar itu nama, ternyata singkatan dari frasa Kompleks Tun Abdul Razak, sebuah kawasan pertokoan, hiburan, dan perkantoran yang berada di pusat kota George Town. Menurut informasi yang kami dapatkan, penamaan kawasan tersebut sebagai penghormatan terhadap seorang mantan Perdana Menteri yaitu Tun Abdul Razak.
Tiket dan suasana dalam Bus Rapid Penang
Awak Bus Rapid ini hanya sopir, tanpa kondektur. Bus memiliki dua pintu di samping kiri, pintu depan untuk masuk dan pintu tengah untuk keluar. Cara membayar tiket tidak sama dengan bus kota di Surabaya. Penumpang harus antre di pintu depan dengan tertib dan sabar karena setiap penumpang yang naik menyampaikan tujuannya kepada sopir, disebutkan tarifnya oleh sopir, bayar dengan uang pas, dientri di system box yang berada di samping kiri sopir (di hadapan calon penumpang saat masuk bus), kemudian mendapat print out tiket. Naah, setelah itu penumpang bebas memilih tempat duduk selama masih ada seat yang kosong, kalau penuh ya harus siap berdiri dengan pegangan tali yang bergelantungan). Tiket Bus Rapid tergolong murah, hanya RM 2,70 dengan jarak tempuh sekitar 20 km dari bandara menuju Komtar. Ohya, tidak semua Bus Rapid Penang di bandara dengan kode 401 menuju Komtar. Saat pertama masuk bus berkode 401, saya tanya sopir: "Komtar"? dijawab: 'No", lalu saya turun dan menunggu bus berikutnya jurusan Jetty yang menuju ke Komtar. Sepanjang perjalanan, bus berhenti di setiap halte hanya untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Suasana dalam bus cukup tenang, tidak ada suara pemberitahuan siapa turun di mana. Oleh karena itu penumpang yang belum mengenal medan harus berpesan kepada sopir atau penumpang lain agar diberitahu saat sampai di tempat tujuan. Sekitar empat puluh menit kami sampai di Komtar. Amanat: Berliterasi itu penting, malu bertanya/membaca sesat di jalan.
Di depan Ibu Pejabat Polis Pulau Penang (Kantor Polisi)
(Pulau Penang inilah yang pernah menjadi tempat diasingkannya Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengkubuwana II, Gusti Raden Mas Sundara, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, pada tahun 1810 karena perlawanannya terhadap Belanda, juga dicurigai terlibat dalam aksi perlawanan yang dilakukan Bupati Madiun, Raden Rangga Prawiradirja). 

Pulau Penang merupakan Negara Bagian di Wilayah Kerajaan Malaysia, dipimpin oleh Yang Di-Pertuan Negeri (Gubernur). Ibu kota Pulau Penang adalah George Town, sebuah kota yang merupakan salah satu pelabuhan ternama di Selat Malaka. Selain itu, George Town merupakan kota tua yang memiliki banyak peninggalan bersejarah sejak zaman penjajahan Kolonial. Hotel kami Regal Malaysia, berada di Jalan Transfer  kota George Town, berjarak sekitar 1600 meter dari Komtar dan kami berjalan kaki menuju ke sana. Di sepanjang jalan sangat banyak ditemukan gedung tua berarsitektur kolonial Britania Raya, itulah salah satu ciri khas yang mencerminkan George Town sebagai daerah bekas jajahan Inggris. Demikian juga dengan nama-nama jalan dan tempat-tempat yang berbau Inggris. Gaya seni dan arsitektur yang indah tampak pada bangunan di sepanjang jalan yang kami lewati termasuk Hotel Majestic seperti pada gambar di atas. Langkah kaki terus terayun. Beberapa  tempat penting kami lalui, misalnya Gedung Persatuan Muslim Bersatu, Wiswa MCA, Ibu Pejabat Polis Kontinjen Pulau Penang, dll. Lalu sampailah kami di rumah makan Mami Fatimah Hassan, kuliner original Penang dengan menu spesial Nasi Kandar. Setiap kali pesan minuman teh, saya selalu lupa untuk berkata Teh O yang menunjukkan bahwa teh dimaksud adalah teh original, jika tidak, maka yang tersaji adalah teh tarik, demikian juga dengan kopi. Kembali ke pembahasan tentang Nasi Kandar, walaupun salah satu teman saya merasa eneg, bagi saya masakan yang penuh rempah tersebut cukup familiar di lidah saya bahkan terasa nikmat. (Selain itu harganya relatif murah dan terjangkau, seperti tampak pada daftar menu berikut. Amanat: Sesuaikan menu dengan selera, sesuaikan selera dengan budget yang tersedia.

Daftar Menu Makanan
Rasa lapar dan dahaga telah sirna, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel yang jaraknya tinggal 600 meter lagi (menurut peta) tentunya tetap berjalan kaki. Ini sudah berada di Jalan Transfer. Di sebelah kiri kami melewati beberapa jalan yang berpotongan dengan Jalan Transfer, antara lain Jalan Hutton, Jalan Ariffin, Jalan A.S. Mansoor, dan Jalan Argyll. Ketika di kejauhan tampak tulisan di vertical box Regal Malaysia di sebelah kiri jalan, hmmmm... suka cita membuncah dalam rasa. Tidak sampai 50 meter, sampailah di hotel Regal Malaysia. Sebelum masuk ke loby hotel, perhatian kami langsung tertuju pada sebuah bangunan kuno di arah depan hotel, tepatnya di sebelah kanan Jalan Transfer. Sambil menunggu proses check in selesai, saya sempatkan cekrak-cekrek di depan hotel, dengan target bangunan kuno tersebut. Sebenarnya bangunan itu sudah rusak namun masih tampak kokoh pilar dan dinding-dindingnya, berukuran besar, halaman luas, dan terkesan menyeramkan. Bangunan itu mengahadap ke utara (menghadap Jalan Sultan Ahmad Shah). Ketika saya memotret dengan lebih mendekat ke arah utara, tampak pada dinding bagian depan bangunan terdapat tulisan dua baris. Baris atas berbahasa Mandarin, dan baris bawah terbaca "SHIH CHUNG BRANCH SCHOOL". Berdasarkan data dari hasil "blakraan", diketahui bahwa gedung tersebut dibangun tahun 1880.
Di depan hotel: Shih Chung Branch School tampak dari samping
Setelah check in hotel, bersih diri, salat, dan istirahat sebentar sambil menikmati pemandangan laut dari jendela kamar hotel yang bisa dibuka lebar-lebar, kami memanfaatkan waktu sore itu untuk survey lokasi sekolah kebangsaan di Penang. Sinar matahari masih sangat terang saat itu walaupun jam sudah menunjukkan pukul 17.30 waktu setempat. Memang waktu hanya selisih 1 jam lebih awal namun matahari tenggelam lebih lambat sehingga berpengaruh terhadap masuknya waktu salat. Kami berjalan menyusuri Jalan Sultan Ahmad Shah, belok kiri keJalan Larut, belok kiri ke Jalan Hutton, dan belok kiri lagi ke Lorong Argyll. Kami kembali ke hotel saat terdengar kumandang azan salat maghrib tepat pukul 19.32 waktu setempat. Penang memiliki jalan-jalan yang lebar, rambu jalan yang cukup, serta pengendara yang tertib dan toleran, namun demikian kita harus tetap berhati-hati sebagai pengguna jalan. Amanat: Pejalan kaki perlu memperhatikan rambu-rambu dan tidak menyeberang sembarangan demi keselamatan dan keamanan dalam perjalanan.

Rambu larangan melintas jalan, harus lewat jejantas (jembatan penyeberangan)
Setelah salat maghrib dan makan malam, kami melanjutkan jalan kaki menikmati suasana Penang di malam hari. Belanja jajanan, kopi, dll di Happy Mart. Lanjut menyusuri Jalan Sri Bahari dan tidak lupa cekrak-cekrek lukisan mural di tembok-tembok jalan, di antara bangunan heritage yang diperuntukkan sebagai restoran-restoran oriental. Kami sempat juga kongkow sebentar di kursi tepi jalan bak musafir yang sedang istirahat dari kelana. Waktu sudah larut malam, kami menempuh jalan kembali ke hotel lewat Jalan Penang. Ujung Jalan Penang bertemu/berpotongan (membentuk huruf T) dengan Jalan Sultan Ahmad Shah, belok kiri melintasi perkuburan umum, dan belok kiri lagi. Akhirnya, sampailah kembali di Jalan Transfer letak hotel Regal Malaysia tempat kami menginap. Ohya, hotel ini ternyata sedang dalam perbaikan namun tidak dijelaskan saat kami booking online. Tamu hotel hanya beberapa bahkan kami tidak pernah bertemu atau bersimpangan jalan di hotel.
Jalan Sri Bahari di waktu malam
Jumat, 8 Maret 2019
Ini hari kedua di Penang. Saat makan pagi, hanya beberapa orang dewasa yang berada di restoran hotel.  Kami berempat secara kompak saling bertanya, “Kok gak ono uwong yo? Lha arek-arek cilik sing guyon depan kamar tadi malam siapa?”  Jadi begini,  sepulang “city tour” semalam kami masuk hotel sudah hampir pukul 12.00. Di dalam kamar tetangga terdengar suara anak-anak kecil sedang bergurau ramai dan tertawa-tawa, tetapi sampai esok pagi tak seorang pun kami temui, tak lagi ada suara anak-anak. (Mungkin penghuni kamar sedang tidur kali yaa). Setelah semua urusan selesai, kami bersiap sebagai "Infanteri" lagi, pasukan jalan kaki bergerak menuju ke halte bus Rapid Penang di Komtar. Kami memakai kaus Roadtrip Indonesia dari sahabat saya Bang Denny Hendrawan Piliang. Di halte itulah bus kode 204 tujuan Bukit Bendera (Penang Hill) sudah ditunggu banyak orang. Namun kurang beberapa meter kami datang, bus sudah berangkat jadi harus menunggu bus berikutnya. Karena kurang sabar menunggu bus (walaupun sebenarnya hanya sekitar 10 menit), kami pesan grab. Baru saja aplikasi pemesanan grab di-OK, eh bus Rapid 204 datang, berhenti sebentar hanya untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, bus langsung berangkat. Sedangkan kami masih menunggu grab datang. Amanat: Kadang keberhasilan itu sudah sangat dekat, namun manusia telah berputus asa lebih dahulu, maka bersabarlah...
Menuju Bukit Bendera: Tampak Masjid Negeri Pulau Penang di kiri jalan
Grab datang. Kami berangkat menuju Bukit Bendera. Ongkos grab dari Komtar ke stasiun Bukit Bendera RM10. Bukit Bendera terletak di Jalan Lintang, kota Air Itam/Ayer Itam (Penamaan yang tidak konsisten, termasuk Penang dan Pinang). Tiket masuk ke Bukit Bendera RM30 PP per orang dewasa normal (Harga khusus berlaku untuk anak-anak dan manula, bahkan orang berkebutuhan khusus free ticket). Harga tiket tersebut termasuk fasilitas kereta railway/funicular menuju ke puncak bukit. Jaringan rel keretapi di Bukit Bendera dibangun oleh pemerintah Kolonial Britania/Inggris tahun 1906, dengan jalur yang sangat tajam baik naik maupun saat turun. Konon, pada zaman penjajahan Inggris di Penang, Bukit Bendera itu menjadi tempat peristirahatan kaum kolonial karena udara yang sejuk dan pemandangannya indah. Tips: Agar bisa menikmati pemandangan lepas dan bisa mendapatkan objek foto yang keren, harus memilih tempat paling atas saat naik, dan paling bawah saat turun. Peringatan yang berkesan di Bukit Bendera adalah tulisan dalam bahasa Melayu lengkap dengan terjemahan Inggris dan Mandarin yang dicetak dengan huruf kapital dan diakhiri tanda seru: "BEG TANPA PENGAWASAN AKAN DIAMBIL DAN DIMUSNAHKAN!". Itu menjadi candaan di antara kami yang kadang meletakkan backpak di lantai. Amanat: Berhati-hatilah di mana pun berada dan jangan ceroboh terhadap barang bawaan, terutama paspor.
Gardu pandang Bukit Bendera
Dari Bukit Bendera, kami lanjutkan ke Kek Lok Si (secara leksikal, Kek Lok Si bermakna "Kebahagiaan Tertinggi"). Perjalanan hanya memerlukan waktu tempuh 7 menit dari stasiun Bukit Bendera dan turun di halaman kuil dengan ongkos RM7 naik grab. Dari sopir grab inilah kami sering bertanya dan mendapat pelajaran bahasa tentang perbedaan kata Lebuh, Jalan, dan Lorong. Lebuh adalah jalan raya, Jalan lebih kecil dari pada Lebuh, sedangngkan Lorong itu semacam gang namun tetap lebar, ramai, dan bisa simpangan mobil juga. Kek Lok Si temple merupakan  kuil Buddha terbesar di Asia Tenggara yang telah berumur seabad lebih. Kuil yang penuh dengan ornamen-ornamen memukau, bercorak khas Tionghoa itu, dibangun pada tahun 1905 di Bukit Paya Terubong. Lokasinya tidak jauh dari pasar yang menjual beraneka barang dagangan dan makanan, namanya Pasar Awam Air Itam yang terletak di Jalan Pasar, Kampung Baharu, Air Itam. Kami hanya mampir sebentar di sini karena tidak punya kepentingan yang berkaitan dengan fungsi kuil tersebut sebagai tempat ibadah pemeluk agama Budha, namun cukup menambah khasanah kesejarahan yang luar biasa. Suhu di tempat ini relatif panas, sekitar 35 derajad, akan tetapi sinar matahari yang memancar sangat terik itu tidak begitu menyengat kulit. Sambil menunggu grab datang, semua duduk-duduk di depan kuil dengan pemandangan Bukit Bendera di kejauhan sambil memikirkan sesuatu yang baru saja kami diskusikan di area kuil.
Sisi lain kuil Kek Lok Si
Grab datang. Kami langsung berangkat menuju mall Penang Times Square. Ongkos grab dari kuil Kek Lok Si ke Penang Times Square RM13 dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Mendekati Times Square, kami melintasi jalan yang bertuliskan "Kampung Jawa Baru". Di situlah letak kantor GERAH (Gerakan Revolusi Anti Rasuah), sebuah lembaga yang memerangi suap di Malaysia. Tidak jauh dari tempat itu ada lagi jalan yang bertuliskan "Kampung Jawa Lama". Kata sopir grab, zaman dahulu wilayah itu banyak dihuni oleh penduduk keturunan suku Jawa, Indonesia. Bahkan ada juga hotel yang bernama "Jawi Peranakan", nama yang lucu menurut saya. Sampailah di Penang Times Square. Di sini hanya jalan-jalan sebentar sambil ngadem di mall. Sebagaimana lazimnya sebuah mall, tak ada yang istimewa di tempat ini. Namun, ada patung yang menarik perhatian saya, yang tiba-tiba membuat saya berimajinasi tentang kisah masa lampau, saat bangsa Melayu dijajah oleh Kolonialis Eropa. Indonesia dijajah Belanda, dan Malaysia dijajah Britania/Inggris. Patung itu berupa dua orang yang berdiri berdampingan. Patung sebelah kanan menggambarkan orang Eropa berkumis tebal dan melengkung ujungnya, berbadan gendut, mengenakan stelan jas putih lengan panjang, bersepatu, dan bertopi polka berwarna putih juga. Tangan kanan memegang kertas/buku yang di angkat setinggi dada, dan  tangan kiri menujuk jauh ke depan. Sedangan patung di sebelah kiri berwajah melayu. Dia tidak berbaju, hanya mengenakan kain yang dililitkan menutup pinggang sampai lutut. Ada destar terikat di kepala dan kakinya tidak beralas. Kulitnya hitam kecoklatan, tubuh agak kekar tapi kurus dan ceking, sampai tampak garis-garis tulang iga di dadanya. Badannya sedikit membungkuk sambil kedua tangannya mengangkut tiga bongkahan benda persegi, mungkin logam atau batu. Patung tersebut merupakan gambaran penindasan pada masa penjajahan. Hhhhhh, saya ambil napas dalam-dalam, lalu meninggalkan patung tersebut. Kami hanya sebentar di mall ini, lalu keluar dan melihat restoran cepat saji (yang juga populer di Indonesia). Dengan berjalan beberapa meter sampailah di restoran itu. Alhamdulillah, ada label halal. Gedung yang di jadikan restoran ini berarsitektur kolonial yang megah dan kokoh. Di atas pintu masuk ada papan kecil persegi panjang berwarna merah dengan tulisan kuning: BIRCH HOUSE 1908. Sudah terlanjur masuk, ternyata di sini tidak menyediakan menu nasi. ah, sudahlah. Sekali-sekali tidak makan nasi. (Usai makan saya belum merasa kenyang, hahaha..). Setelah cekrak cekrek di depan Penang Times Square bersama robot raksasa Optimus Prime dan Bumble Bee yang dibuat dari limbah spare part otomotive, kami lanjut menuju destinasi berikutnya, yaitu Butterworth.
Robot Optimus Prime terbuat dari limbah spare part otomotive
Penang sebagai Negara Bagian terdiri atas wilayah daratan dan wilayah pulau yang dipisah oleh selat. Butterworth adalah kota terbesar di wilayah daratan yang menjadi salah satu pintu masuk menuju Pulau Penang. Butterworth berasal dari nama seorang Gubernur pada zaman penjajahan Inggris yang pernah berkuasa di Pulau Penang, yaitu V.T. Butterworth. Sepanjang perjalanan menuju Butterworth, kami membicarakan banyak hal dengan sopir grab. Di Butterworth itluah letak stasiun KTM (dari sopir grab kami mengetahui bahwa KTM singkatan dari Keretapi Tanah Melayu). Awalnya kami ingin ke Butterworth naik ferry gratis dari pelabuhan ferry Raja Tun Uda di George Town menyeberang selat menuju ke pelabuhan Sultan Abdul Halim di Butterworth. Akan tetapi, dengan mempertimbangkan waktu kami putuskan untuk naik grab. Mobil meluncur ke Butterworth melewati tol laut Penang Bright sepanjang 13,5 km. Jembatan  itu bernama Jambatan Sultan Abdul Halim Mua'dzam Shah yang menghubungkan George Town ke Butterworth. (Di sisi jauh ada juga Jembatan Penang ke-2 sepanjang 24 km). Ongkos grab dari Penang Times Square ke Butterworth RM39 sudah termasuk tambahan biaya tol. Kami ingin segera tiba di Butterworth untuk mendapatkan tiket KTM Night Sleeper yang sering disebut juga Sleeper Train, atau ETS (Electric Train Service) menuju Kuala Lumpur.
Jambatan Sultan Abdul Halim Mua'dzam Shah
Sesampai di stasiun, kami langsung menuju ke lantai 1 (yang disebut lantai 1 di sini adalah lantai paling atas, harus naik tangga atau lift). Tetapi apa yang terjadi? Di dinding kaca loket terpasang kertas ukuran F4 landscape bertulisan "ETS TICKET TO KL SOLD OUT". Waduuuhhh...! Ternyata tiket keretapi (baca: kereta api) tidak dijual on the spot. Kami beralih ke plan B, naik bus. Alhamdulillah, stasiun keretapi dan terminal bus di Butterworth ini berdampingan, demikian juga dengan pelabuhan verry. (Ini salah satu kehebatan manajemen dinas perhubungan Pemerintah Malaysia). Terminal bus berada di Penang Sentral yang hanya berjarak beberapa meter saja dari stasiun. Setelah salat di surau stasiun sambil mengumpulkan kata sepakat, kami bergerak menuju Penang Sentral melalui lorong bawah gedung dan naik menggunakan lift ke lantai atas sesuai petunjuk arah menuju ke counter ticket. (Kata teman saya, "Diperlukan daya literasi tinggi untuk menghadapi situasi seperti ini". Terminal ini sekeren bandara, terminal rasa bandara. Semua serba terintegrasi, terkoneksi, dan tersistem. Akhirnya kami mendapatkan tiket bus dari Butterworh (Penang Sentral) menuju terminal bus di Kuala Lumpur (KL Sentral) dengan tiket seharga RM33/orang.
Counter ticket bus
Saat di Penang Sentral itu masih pukul 16.30, sedangkan keberangkatan bus kami pukul 22.59 dan boarding 30 menit sebelumnya. Lalu kami sepakat menyewa  dua Locker penitipan barang seharga masing-masing RM10 untuk menampung 4 backpack. Locker tersebut hanya bisa dibuka dengan menggunakan scan wajah penyewanya masing-masing. (Dijamin tidak akan tertukar, hehehe..) Ungkapan: Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan, tidak berlaku bagi kami karena setiap momen yang kami lalui adalah bagian dari perjalanan yang bisa memberi kenangan dan pelajaran berharga. Kami memanfaatkan waktu untuk jalan di kawasan Penang Sentral. Kami duduk-duduk di anjung restoran yang terbuka menghadap ke pelabuhan dengan laut yang berbatasan langsung dengan bukit, dalam suasana senja yang indah. Sambil makan dan minum teh-o kami bisa menikmati matahari dengan semburat warna jingga membias mega lalu terbenam di balik bukit.
Senja di Butterworth
Usai salat di surau Penang Sentral, kami melanjutkan jalan-jalan sambil berliterasi dengan memanfaatkan papan informasi layar sentuh yang bisa diakses sebagai fasilitas informasi. Aras 1 (lantai 1): tempat bus, Aras 2 dan 3: Mall,tempat ibadah, restoran, money changer, perkantoran, kesehatan, dll. Akhirnya, tiba masa yang dinanti: waktu boarding telah menjelang, gate dibuka on time sesuai dengan jadwal. Kami menuruni eskalator menuju Aras 1 dengan memperhatikan hal-hal berikut: Trip No: KPB-20 di Gate No: 7.  Bus ekspres yang kami tumpangi keren dan mewah dengan formasi kursi 1-2. Selain itu, bus juga berangkat on time walaupun penumpang hanya sedikit. Bismillah, kami berangkat menuju Kuala Lumpur tidur di dalam bus. (Jadi, doa bepergian dikombinasi dengan doa hendak tidur, hehehe...). Hampir pukul 12 malam, bus melaju dari Penang Sentral menuju KL Sentral dengan kecepatan tinggi. Empat jam dengan kondisi mengantuk sampai tertidur pulas telah kami lewatkan. Sampai terdengar beberapa kali sopir menyerukan "KL Sentral". Standar waktu yang seharusnya ditempuh 5 jam belum terpenuhi. Kami mengira belum sampai tujuan. Sampai pada 30 menit kemudian, bus berhenti di Terminal Bersepadu Selatan. Ternyata kami kebablasan. Di terminal ini kami turun sambil observasi untuk menentukan langkah selanjutnya.
Terminal Bersepadu Selatan
Sabtu, 9 Maret 2019
Pukul 04.30 kami memasuki Terminal Bersepadu Selatan. Woooowww.... keren sekali, besar, megah dan modern. Terminal Bersepadu Selatan (TBS) ini disebut juga Bandar Tasik Selatan (BTS), merupakan terminal termegah se Asia Tenggara pada saat dibangun 7 tahun yang lalu. Terminal ini melayani jalur dalam negeri dan luar negeri seperti Singapura dan Thailand dengan pelayanan 24 jam sesuai dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan, selalu ada kehidupan dari detik ke detik. Di sini waktu subuh masuk pukul 06 lebih sedikit, jadi masih sekitar dua jam kami menungu waktu salat. Dan kami memanfaatkan waktu dengan belanja makanan ringan dan roti untuk sarapan. Selain itu juga bersih diri dan ganti baju. Setelah salat subuh kami bersepakat menuju KL Sentral naik grab dengan ongkos RM14. Sampai di KL Sentral kami sewa 1 Locker besar yang memuat 4 backpack kami, ongkosnya RM30. Seharian ini kami tidak punya itinerary yang jelas, hanya mengikuti kemana kaki melangkah dan roda berputar. Kurang ada greget untuk menuju kemana karena beberapa tempat populer di KL sudah pernah kami kunjungi beberapa kali sebelumnya, alhamdulillah...
Suasana KL Sentral pagi hari
Setelah backpack dititipkan di Locker dan kuncinya kami bawa (untuk sekali buka), kami mulai pengembaraan hari ini di Kuala Lumpur. Keluar pintu utama KL Sentral, belok kiri sedikit, di tepi jalan itu ada halte Perkhidmatan Bas Percuma (bus gratis). Kami naik bus Rapid KL gratis dengan ciri-ciri berwarna pink dan bertuliskan Free. Kami naik bus gratis Rapid KL dan turun di halte depan Masjid Negara yang berada di Jalan Perdana. Kami salat duha di Masjid Negara dan mengikuti kajian (Kuliah Duha) yang bertema  "Ridho terhadap qadha' Allah swt". Amanat: Tidak ada satu pun kejadian di dalam kehidupan ini yang terlepas dari qadha' Allah swt Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ruang utama Masjid Negara KL
Kira-kira 20 menit kami di Masjid Negara, kembali ke halte dan lanjut naik bus gratis Rapid KL lagi keliling kota. Dari papan data diketahui nama sopir: Muhammad Shafiq Najmi. Destinasi berikutnya ke Sungei Wang shopping centre untuk membeli oleh-oleh. Ternyata dari pantauan map, rute bus Rapid KL ini semakin menjauh dari sasaran. Kami pun turun di perhentian terakhir. Dari tempat tersebut naik lagi mencari bus yang paling awal berangkat (Ini masih bus gratis). Namun, sebelumnya saya katakan kepada sopir tentang tujuan ke Sungei Wang. Lalu, kami disilakan naik dan diberi tahu bahwa nanti turun di halte Bukit Bintang, jalan sedikit menuju Sungei Wang. Tidak jauh dari halte Bukit Bintang ini, kami mampir sebentar di toko dan membeli buah yang sangat dirindukan bersama, yaitu jambu cristal, hehehe. Masuk plaza Sungei Wang, tak ada yang menarik. Hanya teman kami yang membeli kain selendang penghangat, oleh-oleh untuk ibunya. Tiba-tiba saya merasa bersedih, teringat bahwa hari ini, setahun lalu, Ibu saya pulang ke haribaan Allah swt. Tak bisa lagi saya membelikan apa pun untuk Ibu. (Tentang doa, tak perlu ditanya...)
Sungei Wang Shopping Centre
Hanya belasan menit di Sungei Wang, kami menerabas lewat pintu belakang plaza, turun tangga, belok kiri (Pintu B1), keluar pintu, belok kiri, menyeberang, lalu naik jembatan menuju pintu utama Berjaya Time Square. Aktivitas pertama di Berjaya Times Square adalah makan di Food Court. Saya suka ikan. Menu pilihan: nasi putih dan ikan kembung bumbu pedas seharga RM6. Untuk jenis ikan kembung, ukuran ikan ini relatif besar dan panjangnya melebihi garis tepi piring saya (Ah sudahlah, tidak usah divisualisasikan). Setelah makan dan ngobrol sana-sini, dilanjut belanja oleh-oleh di super market yang bersebelahan dengan Food Court tempat kami makan. Di seberang jalan (dari pintu belakang plaza) ada halte, kami duduk-duduk di sana sambil menunggu grab, moda transportasi andalan. Butterfly Park merupakan destinasi berikutnya. "Ndelok kupu-kupu ae nang Malaysia." Bukan, itu bukan tujuan utama. Indonesia sebagai negara beriklim tropis lebih kaya dalam hal keanekaragaman hayati, termasuk kupu-kupu. Guna menghilangkan rasa penasaran terhadap objek wisata tersebut, kami melaju ke sana naik grab dengan ongkos RM9 (dari Berjaya Times Square ke Taman Kupu-Kupu). "Oalaaah ngglethek ae.. apik-an Arboretum Sumber Brantas, Cangar!

Tidak hanya hebat dalam bidang perhubungan, Malaysia sangat piawai dalam dunia pariwisata. Objek wisata sekecil dan sesederhana Butterfly Park tersebut bisa populer dan dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Saya tidak merekomendasikan untuk datang ke tempat ini, kecuali untuk kepentingan penelitian dan edukasi. Taman ini tidak terlalu luas, hanya berisi tumbuh-tumbuhan dengan beberapa gazebo untuk rehat, air grojokan membentuk sungai kecil yang bergemirik dengan kupu-kupu beterbangan dalam batas jaring/rajut yang seolah menjadi atap taman tersebut. Selain itu, tiket masuk relatif mahal bagi orang asing, sebesar RM24 (sekitar 3x lipat lebih mahal dari pada harga tiket bagi warga negara Malaysia). Hanya satu hal yang membuat saya bangga, di Butterfly Park  ada jenis kupu-kupu yang habitat awalnya berasal dari Irian, Indonesia. Keterangan tersebut terpajang di dinding di tempat laluan pengunjung yang akan keluar taman.

 Salah satu spesies kupu-kupu di Butterfly Park
Keluar dari Taman Kupu-Kupu, kami tak lagi tertarik terhadap objek wisata, ingin ke hotel saja istirahat karena semalam tak jenak tidur di dalam bus dari Penang. Hotel Youniq letaknya sekitar 50 km di luar kota  Kuala Lumpur, tepatnya di Sepang (tidak jauh dari SIC MotoGP). Rencana selanjutnya: Malam Minggu di Sepang. Naik grab RM10 dari Taman Kupu-Kupu ke KL Sentral guna mengambil backpack yang dititipkan di Locker. Dari Lantai 2 tempat Locker, kami turun ke lantai G menuju Medan Kereta, tempat bus segala jurusan terparkir di sana. Setelah membeli tiket di loket jurusan KLIA2 seharga RM12/orang, kami naik bus ke Sepang.Ternyata semua penumpang harus turun di bandara KLIA2, tidak bisa turun di sembarang tempat. Baiklah, tak mengapa, toh semua yang kami jalani adalah bagian dari petualangan yang wajib dinikmati. Perjalanan kali ini agak panjang, memerlukan waktu sekitar 1 jam, alhamdulillah bisa nyicil tidur dalam bus. Dropp zone penumpang di KLIA2, kendaraan besar seperti bus di selasar lantai 1, sedangkan kendaraan kecil seperti mobil, di selasar lantai 3 (Gerbang Kedatangan). Oleh karena itu, setelah turun bus, kami masuk ke dalam bandara, naik ke lantai 3, keluar pintu lalu memesan grab menuju hotel. Di sinilah satu-satunya grab yang pernah kami order dengan jarak tempuh paling dekat tetapi paling mahal ongkosnya yaitu RM45, mungkin karena ordernya dari bandara. Amanat: Jika ingin nikmatnya bertambah, maka harus pandai bersyukur sebagaimana isi Surat Ibrahim Ayat 7.  
Suasana bandara KLIA2
Sopir grab ini bernama Azis, dia menjemput kami dengan tersenyum dan mengucap salam "Assalamu'alaikum", Waaahh.... adem mendengarnya. Dalam perjalanan ke hotel, tak terlewatkan untuk memanfaatkan kesempatan berliterasi melalui sopir grab. Di sini semua sopir grab ramah, sopan, keren, dan berwawasan tentang tourism di negaranya. Kami menuju hotel Youniq yang berada di  wilayah Sepang. Sepang sudah termasuk ke dalam wilayah Negara Bagian Selangor. Sebagaimana yang pernah saya tulis di sini: Melaka 0 Mile bahwa Malaysia merupakan negara Monarki Konstitusional yang terdiri atas federasi 13 Negara Bagian: (1) Johor, (2) Kedah, (3) Kelantan, (4) Melaka, (5) Negeri Sembilan, (6) Pahang, (7) Perak, (8) Perlis, (9) Pulau Pinang, (10) Sabah, (11) Sarawak, (12) Selangor, dan (13) Terengganu. Selain 13 Negara Bagian tersebut, Malaysia juga memiliki satu wilayah Teritori Federal, yaitu (1) Kuala Lumpur sebagai Ibu Kota, (2) Labuan, dan (3) Putrajaya sebagai Pusat Pemerintahan.
Menuju hotel Youniq
Tiba di hotel, check in, bersih diri, salat, istirahat sambil ngobrol sana-sini, tak lupa menikmati pemandangan dari jendela kamar, sampai waktu sore berakhir dalam senja temaram. Setelah maghrib, lanjut pesiar tipis-tipis sambil makan malam. Hotel Youniq berada di kompleks pertokoan Jalan Bukit Changgang, Bandar Baru Salak Tinggi Busines Park. Di wilayah ini terdapat banyak hotel: hotel Sri Langit, hotel Qlassic, hotel City View, dan banyak lainnya. Tidak hanya sebagai area bisnis dan pariwisata yang menyajikan hotel dan restoran, di sini juga terdapat lembaga pendidikan, seperti Khalifah Model School, Admal Aviation College, dll.

Nantikan cerita kami selanjutnya...
(Bersambung, nunggu senggang...)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

NOL KILOMETER BRANTAS DI ARBORETUM 24 Feb 2019 1:41 AM (6 years ago)


Informasi penting
Air yang mengalir menuju Kali Brantas berasal dari mata air (sumber) yang berada di dalam kawasan Arboretum Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, di kaki Gunung Anjasmoro dengan ketinggian sekitar 1500 mdpl. Siapa yang menyangka bahwa Kali Brantas yang besar itu adalah tempat luberan air dari sumber yang kecil ini. Walaupun tak menafikan bahwa Kali Brantas juga mendapat tambahan volume air dari berbagai sungai kecil dan mata air lain yang aliran airnya bermuara ke Kali Brantas.

Arboretum dalam satu sudut pandang
Mata air Brantas tersebut berada dalam cekungan di antara tebing batu, terbentuk menyerupai kolam kecil, tanpa semburan, namun volume air selalu bertambah dan tumpah menuju sungai kecil, lalu mengalir sampai jauh ke Kali Brantas. Permukaan kolam tampak tenang. Airnya sangat jernih dan dingin seperti air es dari kulkas, bahkan saat diisikan ke dalam botol pun langsung mengembun. Kata Mas Angga (Pegawai Jasa Tirta), mata air ini belum pernah mengering. Saya jadi teringat Zam-Zam dan berkata: "Sumber Brantas saja seperti ini, apalagi sumur Zam-Zam?"  Maha Besar Allah dengan segala kuasa-Nya. Masya Allah..

Inilah 0 KM Sumber Brantas
Apakah sebenarnya makna kata Arboretum? Dalam khasanah bahasa Indonesia, arboretum dikenal sebagai kata serapan yang berasal dari bahasa asing dan telah terdaftar dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dengan penjelasan sebagai berikut.

ar.bo.re.tum /arborétum/

Arboretum menyerupai Kebun Raya, namun berbeda karena ukuran. Kebun botani dalam ukuran sangat luas disebut Kebun Raya. Walaupun tidak seluas Kebun Raya, Arboretum Sumber Brantas ini telah menyerupai perpustaakan tumbuh-tumbuhan yang memiliki berbagai koleksi botani beraneka jenis termasuk tanaman dan tumbuhan langka. Bahkan terdapat pohon Pinus Parana yang ditanam oleh  Roedjito Dwidjomestopo sebagai buah tangan atas keikutsertaan pada Konferensi Bumi pada bulan Juni 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. 

HAS Go Green
Arboretum Sumber Brantas merupakan kawasan Konservasi Sumber Daya Alam di bawah naungan Perum Jasa Tirta I, Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) I (dengan Direktur Raymond Valiant Ruritan yang juga Alumni SMAN 8 Malang d.h. SMA PPSP). Sebagai kawasan konservasi, Arboretum Sumber Brantas ini tidak dibuka untuk umum. Namun demikian tetap terbuka untuk kegiatan penelitian, edukasi, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti yang dilakukan oleh HAS (Himpunan Alumni Smarihasta) pada saat ini (Minggu, 24 Februari 2019). 

Bersama Bertahun-Tahun
Kami berempat (saya, Sasongko, Liliek Triani,  dan Heri Sudjatmi) adalah delegasi dari sekolah untuk menghadiri undangan HAS yang diketuai Mas Arifianto Tak Pernah Layu beserta jajarannya termasuk Nawang Sari Cikhal, juga kawan HAS lainnya Trianko Hermanda, dll. Aksi lingkungan ini sebagai salah satu bakti Alumni kepada kampus Smarihasta untuk kelestarian alam, yang merupakan rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-46 SMA Negeri 8 Malang tanggal 20 Februari 1973-2019.

Ilalang di Lereng Bukit
Sebagaimana yang tertulis, HAS Go Green ini bertajuk "Lestarikan Hutan dan Ekosistem Hulu DAS Brantas". Kegiatan yang dilakukan pada momen ini yaitu penanaman 500 pohon Cemara Gunung (Coniferae) di Bukit Cemara kawasan Arboretum Sumber Brantas. Aksi tersebut bekerja sama dengan Perum Jasa Tirta. HAS juga melibatkan berbagai pihak termasuk Y37 (Alumni SMAN 8 Malang saat masih bernama SMA PPSP) di antara yang hadir adalah Haryono Roestam, Totok Toufan, beserta jajarannya. (Sedikit flash back, bhakti kampus yang dilakukan Y37 pada saat ulang tahun Smarihasta adalah General Check Up kesehatan bagi para guru purna tugas, karyawan, dan sesama alumni).

Lereng Bukit Cemara
Pada kesempatan ini saya merasa sangat senang. Selain bisa menambah wawasan dan berliterasi alam, di antaranya juga dapat mempererat silaturahmi dengan para Alumni Smarihasta-Y37. Terlebih lagi, bisa bertemu kembali dengan para sahabat yang menjadi kontjik kewarasan, yaitu Andi Gondronk, Ary Bowie, Hermanto sang Fotografer andal, dan Rifka Jasmina. 


SEKILAS INFO TENTANG Y37 DAN HAS

SMA Negeri 8 Malang merupakan jejak sejarah Proyek Perintis Sekolah Pembangunan  (PPSP) IKIP Malang yang diresmikan  pada tanggal 20 Februari 1973. Pada tahun 1986 SMA PPSP IKIP Malang dialihkelolakan kepada Ditjen Dikdasmen Depdikbud Provinsi Jawa Timur guna penertiban pengelolaan sekolah negeri. Sejak saat itulah SMA PPSP IKIP Malang berganti nama menjadi SMA Negeri 8 Malang. Seiring berjalannya waktu, sekolah ini lebih dikenal dengan sebutan Smarihasta.

Jejak sejarah itulah yang menjadikan SMAN 8 Malang memiliki dua Ikatan Alumni yaitu Y37 dan HAS. Y37 adalah Ikatan Alumni SMA PPSP IKIP yang dibentuk pada tahun 1978. Nama  Y37 diambilkan dari huruf Y dan angka 37 dari nama jalan dan nomor sekolah tersebut, yang pada saat itu berada di Jalan Yogyakarya Nomor 37 Kota Malang. (Yang kemudian berubah nama menjadi Jalan Veteran dengan nomor tetap yaitu 37). Sedangkan HAS (Himpunan Alumni Smarihasta) dideklarasikan pada tanggal 14 Juli 2012. Nama Smarihasta terdapat pada logo SMAN 8 Malang yang bertuliskan: Bhaskara Smarihasta (Bhawana Satya Karya Anugraha Semangat Mandiri Harapan Semesta).  Sampai kini Y37 dan HAS tetap eksis dan solid walau telah menyebar di berbagai kota bahkan di luar negeri. Baik Y37 maupun HAS selalu intens bermitra dengan sekolah serta berpartisipasi aktif dalam memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program  sekolah.
***



Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Jalan-Jalan ke Buduk Asu 17 Feb 2019 2:43 AM (6 years ago)


Sebagian masyarakat Malang Raya dan sekitarnya tentu tak asing lagi dengan Buduk Asu, akan tetapi tidak dapat dipastikan bahwa sebagian masyarakat tersebut mengetahui lokasi atau pun suasananya. Buduk Asu, suatu tempat di wilayah Kabupaten Malang yang  namanya disebut dalam legenda. Konon, pada zaman dahulu banyak anjing (asu) yang mati karena wabah penyakit buduk (lepra, gatal-gatal) dan dibuang/dikubur di bukit yang terletak 2000 mdpl tepatnya di lereng Gunung Arjuno. Bukit itulah yang kemudian dinamakan Buduk Asu.
Simer The Leader
Walaupun sudah berkali mendaki Gunung Arjuno sampai ke puncak Ogal-Agil, saya belum pernah sekali pun ke Buduk Asu. Naaah... hari ini saya mendapat kesempatan yang sangat berharga dari para sahabat NGALAM HORE yang notabene adalah offroader, yaitu Doddi Indra Susantya, Riff Sugiarto, dan teman-teman dari komunitas VES, yang secara kebetulan juga berbarengan kawan-kawan Tawon Rimba. Sebenarnya kami juga bersama dengan Meirizal dan rombongan motor trail, tapi karena bersisipan di jalan, kami tak sempat bertemu. 

Ini adalah kali pertama saya ke bukit Buduk Asu. Dan saya tidak membiarkan perjalanan ini hanya dikenang dalam ingatan, akan tetapi saya mencoba mengabadikan dalam tulisan di sini. Meskipun tak banyak kekayaan narasi yang mampu tersaji, biarlah gambar-gambar ini bertutur dan menyatu dalam imajinasi para pembaca, syukur-syukur jika bisa dijadikan sebagai media  literasi alam per-blakraan.
 


Dari Kota Malang kami berangkat pukul 08.30 WIB melalui jalur desa Toyomarto Singosari. Perjalanan sedikit terhambat karena ada hajatan warga yang menutup jalan di desa terakhir sebelum memasuki “gerbang” menuju Buduk Asu.  Walaupun sempat putar balik mencari jalur alternatif, kami menemukan jalan yang sedikit melambung namun bisa terhubung kembali dengan jalan yang seharusnya kami lalui.
 Baru beberapa meter meninggalkan  perkampungan, jalan tanah menyerupai kubangan kerbau telah menghampar di antara kebun penduduk. Sejak di tempat inilah four-wheel drive dioperasikan. Beraneka pemandangan alam pedesaan silih berganti kami lalui, mulai dari semak belukar, rumpun bambu, sampai dengan trowongan alami yang terbentuk dari rimbun pepohonan. Tumbuhan liar berjajar di sepanjang jalan semacam barikade di kedua sisi jalan dengan kontur permukaan yang tak rata, bukan sekadar bergelombang. Sesekali kami harus berbagi jalan dengan para Crosser atau Biker yang berpapasan dan saling tegur sapa ramah, sangat mengesankan.


Pukul 09.42 WIB kami memasuki Pergola Beringin, seolah pintu gerbang berupa pohon beringin di sebelah kanan dan kiri yang rerantingnya berpaut menyerupai pergola. Jalan meliuk, menanjak, menurun adalah bagian dari tujuan dan harapan kami.
 
Medan berseling antara tanah liat yang licin, bebatuan lepas, sampai dengan patahan-patahan  jalan yang tampak penampangnya. Bekas gilasan roda-roda yang terus menggerus tanah membentuk sepasang anak sungai. Jalur berlumpur pun menjadi keasyikan tersendiri, seperti tampak pada video berikut.
Satu jam kemudian kami memasuki kawasan perkebunan kopi, berbatasan dengan hutan pinus yang berjajar indah dengan pucuk-pucuk daun berwarna hijau kekuningan. Ketika Simer alias Angpo (tidak hanya manusia, mobil juga punya nama samaran) terus berjalan, kami berhenti sebentar untuk cekrak-cekrek mengambil gambar,sebagaimana pesan: "Jangan meninggalkan apa pun selain jejak, dan jangan mengambil sesuatu kecuali gambar"

Setelah melewati hutan pinus kami menjumpai tiga gazebo beratap sirap yang pada saat itu digunakan sebagai tempat rehat para pendaki dan crosser. Dari jauh tampak berderet air mineral kemasan di gazebo tersebut, mungkin sejenis warung.


Tak jauh dari tempat ini, kami tiba di Loket/Pos namun kosong, tak satu pun petugas di sana. Setelah berhenti sebentar dan ngecek jalur di depan, perjalanan pun dilanjutkan dengan memasuki gerbang kayu.


Di depan tempat kami berhenti itu, ada gapura yang dibuat dari tumpukan kayu dengan sepasang umbul-umbul merah putih di kanan dan kiri yang sekilas menyerupai terowongan. Ke arah terowongan itulah kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Buduk Asu sambil berkhayal tentang Lorong Waktu.


Ekstrem itu relatif, bergantung pada sudut pandang orang dengan pengalaman dan jam terbang yang berbeda. Namun bagi saya, memasuki terowongan itu adalah awal perjalanan dengan medan yang ekstrem.
 
Vegetasi tak lagi kebun dan ladang, namun sudah kawasan hutan belantara. Suara nyaring gerombolan serangga Garengpung/ Tonggeret/ Cenggeret mempertegas suasana hutan tropis yang khas, biasanya menjadi penanda musim penghujan akan berakhir.

Tantangan selanjutnya berada di Tanjakan Pytax. Hambatan makin bertambah. Beberapa batu besar tergelempang di jalan dalam balutan tanah licin. Cekungan tanah semakin dalam. Jenis tanah semakin liat dan licin. Akar dan batang pohon mengarah ke jalan. Badan jalan menyempit.

Di Tanjakan Pytax itulah roda depan Simer terjerembab di obstacle, yakni terperosok ke dalam lubang dengan akar pohon menghadang di depan. Akhirnya winching pun dilakukan. Di sinilah muncul jiwa korsa. Teman-teman segera turun tangan dan membantu mencarikan winch point. Jadi teringat kata-kata Ndorone Simer: "Di tempat seperti ini uang tidak laku, yang diperlukan hanyalah persahabatan/persaudaraan yang tulus"



Jika dibandingkan dengan jalur ekstrem lain, sesungguhnya ini merupakan jalur yang "aman" menuju puncak Buduk Asu. Karena pada beberapa simpang jalan kita bisa menentukan pilihan. Kanan atau kiri. Tingkat kesulitan sedang ataukah tinggi. (Dan saya selalu mengusulkan untuk memilih yang aman-aman saja). Seaman-aman jalur yang ditempuh, ya seperti itu kenyataanya. Tidak mudah dilalui. Akan tetapi, memang inilah yang sesungguhnya dicari.

Dari titik ini menuju puncak Budug Asu hanya sekitar lima ratus meter. Tapi, siapa yang bisa menjamin jarak tersebut bisa tertempuh sekian menit? Karena ada kalanya jarak tempuh tidak bersahabat dengan waktu tempuh. Kesulitan di tempat ini adalah tingkat kemiringan jalan, licin, menanjak berkelok, dan sisi jalan berbatasan dengan jurang. Semak belukar dengan batang keras pun menutup jalan.

Namun, saat saya melihat bendera merah putih berkibar di ujung tiang, hmmmm perasaan makin gembira. Itulah puncak bukit Buduk Asu. Saat tiba di puncak, cuaca sangat cerah silih berganti dengan kabut yang berarak dan berpindah sesuai perintah angin. Sabana menjadi lanskap alam yang menghampar indah, sungguh elok dan eksotis. Udara sejuk bercampur uap air terasa ion-ion negatif yang mampu mensuplay energi positif bagi tubuh manusia. Panorama pada satu sisi tampak lembah/ngarai dan tebing terjal yang menantang jiwa muda untuk meraih poin demi poin pada dindingnya. Di balik kabut itulah sebenarnya letak Gunung Arjuno yang megah, namun hanya terlihat samar karena kabut yang selalu berarak. Sedangkan di sisi lain hamparan kebun teh juga menggigil dalam selimut kabut, jadi teringat cerita dalam sebuah novel picisan.

Sayang sekali di puncak bukit Buduk Asu ini banyak fasilitas yang rusak. Gazebo tempat istirahat roboh tertimpa pohon. Warung tutup (menurut info teman-teman, biasanya warung tersebut buka tiap hari Sabtu, Minggu, atau hari libur lainnya). Toilet kehilangan air, bahkan tak lagi berdinding. Spot-spot foto mulai merapuh, termasuk gardu pandang berbentuk kepala anjing pun tak terawat. Tentu hal ini mengurangi nilai Buduk Asu sebagai destinasi wisata pegunungan yang banyak digandrungi masyarakat tertentu, khusunya para offroader, crosser, pendaki, dan kaum muda pada umumnya.

Setelah beberapa saat istirahat di puncak bukit sambil berbincang sana-sini dan menikmati bekal logistik kecil-kecilan, kami meninggalkan Buduk Asu. Dalam perjalanan turun ini, beberapa kali berhenti di  jalan sempit dan curam, bahkan harus mundur menanjak untuk memberi kesempatan  rombongan trail agar mereka bisa lewat. Saat saling tergur itulah diketahui bahwa mereka berasal dari Surabaya.
Di simpang jalan, kami memilih rute yang berbeda dengan jalur ketika berangkat. Berangkat lewat  rute Toyomarto, Singosari dan pulang melalui kebun teh area BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan) Desa Sumberawan-Songsong-Singosari. Jalur ini melintasi sungai kering dan tanjakan yang menikung dengan material bebatuan lepas.

 Memasuki kawasan kebun teh, kami berhenti sebentar dan cekrak-cekrek lagi. Pada saat berhenti itulah four-wheel drive tak digunakan lagi karena telah memasuki jalur datar (Dahulu, saat masih senang naik gunung, bidang datar dalam pendakian itu saya sebut dengan istilah "Jalur Alhamdulillah")

Petualangan hari ini pun usai. Kami berpisah di jalan dan menuju rumah masing-masing. Terima kasih para sahabat. Terima kasih oh Allah yang Maha Baik. Semoga keberkahan senantiasa tercurah pada kami dan para sahabat dalam segala kebaikan, juga berkah usia. Agar bisa senantiasa bertadabur alam bersama. Aamiin.

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Melaka 0 Mile 23 Mar 2018 10:18 PM (7 years ago)


Enam kali memasuki teritorial Negara Kerajaan Malaysia, baru kali itu saya datang ke Melaka (Selanjutnya saya sebut Malaka, sebagaimana orang Indonesia menyebutnya demikian).  Foto berikut berlokasi di 0 Mile Malaka, semacam 0 KM Indonesia di Sabang. (Indonesia itu hebat, Indonesia itu besar, Indonesia itu luas. Karena luasnya Indonesia, saya belum memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mengelilinginya dengan tidak sporadis. Bahkan belum juga saya sampai ke 0 KM Indonesia. Hmmmm.... mungkin sedikit ironis bagi saya selaku warga Negara Indonesia. Sebenarnya jika boleh memilih: saya lebih memilih datang ke Sabang 0 KM Indonesia, tapi mungkin saatnya belum tiba). Kedatangan saya ke Malaka ini hanya karena sebuah kesempatan belaka.   

Red Square
Malaysia merupakan negara Monarki Konstitusional yang terdiri atas federasi 13 Negara Bagian: (1) Johor, (2) Kedah, (3) Kelantan, (4) Melaka, (5) Negeri Sembilan, (6) Pahang, (7) Perak, (8) Perlis, (9) Pulau Pinang, (10) Sabah, (11) Sarawak, (12) Selangor, dan (13) Terengganu. Selain 13 Negara Bagian tersebut, Malaysia juga memiliki satu wilayah Teritori Federal, yaitu (1) Kuala Lumpur sebagai Ibu Kota, (2) Labuan, dan (3) Putrajaya sebagai Pusat Pemerintahan.


Ohya, kita hanya akan berbicara tentang Malaka. Akan saya tuturkan kembali kisah Malaka dari guide saya (panggil saja Pak Cik, seorang pensiunan militer Kerajaan Malaysia). Dahulu kala, sebelum menjadi "negara yang merdeka", Malaka merupakan bukti kebesaran Nusantara. Ada jejak historis yang ditemukan dalam kitab Sulalatus Salatin (Silsilah Para Raja), bahwa pendiri Malaka berasal dari Kerajaan Sriwijaya, yaitu  Parameswara, yang kemudian menjadi Sultan Malaka bergelar Iskandar Syah. 

The Stadhuys: Lantai 2 dan 3

Malaka merupakan Negara Bagian di Malaysia yang sarat akan peninggalan sejarah. Sebagai kota wisata dunia, Malaka dikenal luas oleh masyarakat internasional dengan pesona sejarah dan heritage yang dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya. Banyak bangunan bersejarah peninggalan masa penjajahan (Portugis, Belanda, dan Inggris) yang masih kokoh dan tampak terawat dengan baik. Semacam Cagar Budaya yang sangat dipedulikan akan kelestariannya, demikianlah Malaka dipelihara oleh pemerintah setempat.
Christ Church: 1753

Salah satu kawasan ikonis favorit di Malaka adalah Dutch Square (semacam alun-alun peninggalan zaman Belanda), merupakan sentral Malaka yang menjadi destinasi utama bagi setiap  orang yang berkunjung ke Melaka. Tempat ini dikenal juga sebagai Red Square karena dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang berwarna merah. Mulai dari  The Stadhuys, yaitu pusat pemerintahan/ Kantor Gubernur Hindia Belanda, berupa bangunan dengan eksterior berwarna  merah, yang saat ini difungsikan sebagai museum. Di sebelahnya, berdiri megah Christ Church, gereja Protestan tertua yang dibangun pada masa pendudukan Portugis di Malaka, juga berwarna merah. Warna merah bata dipadu kekhasan bangunan arsitektur kolonial yang klasik membuat saya betah konkow di teras lantai dua Stadhuys tersebut. Selain itu ada juga bangunan yang berfungsi semacam Kantor Pos, Melaka Art Gallery, Victoria Fountain, dan Malaysia Youth Museum.
***

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Kenangan di Bukit Jaddih 20 Mar 2018 11:54 PM (7 years ago)


Tidak hanya sastrawan, penyair, dan ulama asal Madura, D. Zawawi Imron, yang mampu mengangkat nama besar Madura sampai ke tingkat dunia, tetapi juga budaya dan wisata alamnya yang memesona. Sesuai dengan karakter topografi dan geografi Pulau Madura, wisata alam pantai dan perbukitan telah mampu menjadikan Madura sebagai primadona destinasi wisata alam. Berbicara tentang perbukitan, ada salah satu bukit di Pulau Madura yang fenomenal dan masih menjadi perbincangan di kalangan pecinta wisata, yaitu Bukit Jaddih. Disebut Bukit Jaddih karena berada di desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan.


Bukit Jaddih merupakan tempat wisata buatan, yang terbentuk tanpa sengaja dari “perundungan”  alat-alat tambang  tradisional dan peluh perjuangan para penambang batu kapur yang mengais rezeki bertahun-tahun lamanya. Permukaan bukit yang membentuk kontur-kontur  unik, artistik, estetis, dan eksotis, seperti yang tampak pada gambar-gambar di sini terjadi secara perlahan karena penambangan batu kapur tersebut. 


Lalu, secara alamiah bukit itu membentuk bongkahan, guratan, patahan, pahatan, tebing yang menjulang, kelokan jalan, bahkan dari pengerukan mampu terbentuk kolam berlumut yang terisi air hujan dan berwarna fatamorgana seolah-olah biru, orang menyebutnya Telaga Biru. Selain itu, ada kolam pemandian yang awalnya  merupakan lubang galian tambang batu kapur. Kemudian lubang tersebut memancarkan mata air  secara alami. Pada akhirnya, lubang galian tersebut direnovasi dan dikelola oleh pemerintah Kabupaten Bangkalan, dan dijadikan  sebagai wahana pemandian.




Walhasil, Bukit Jaddih menjadi destinasi wisata unggulan di wilayah Pulau Garam Madura. Terbukti degan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bukit Jaddih. Bahkan, Bukit Jaddih telah  diminati sebagai lokasi iklan produk-produk papan atas dalam dunia bisnis, baik nusantara maupun mancanegara. Bolehlah datang ke Bukit Jaddih sambil berkhayal tentang Cappadocia Turki atau Grand Canyon Amerika.



Sesuatu akan menjadi lebih indah bila telah ditinggalkan. Demikian juga dengan kenangan di Bukit Jaddih, semakin berlalu semakin terasa indah. Terima kasih kepada Allah swt, saya bersama keluarga pernah mendapat kesempatan menjelajah Bukit Jaddih bersama kawan Ford Everest Club Indonesia pada tahun lalu dan berkolaborasi dengan Komunitas Indonesian Ford Owner. Peserta berasal dari berbagai kota: Malang Raya, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Jember, Bangkalan, dan bergabung di meeting point Bangkalan dalam acara sosial.  Target capaian kami bukan jarak tempuh terdekat, bukan pula waktu tercepat menuju lokasi Bukit Jaddih, namun tadabur alam dan  eksplorasi keindahan perbukitan, serta menikmati  kebersamaan kawan komunitas yang kami utamakan. 


 Kami melanjutkan misi jelajah melambung, melintasi perkampungan, perkebunan, dan perbukitan. Rute perjalanan melalui desa Buluh – Socah – Telang - Gili Timur – Kesek - Banyu Ajuh - Sendang Laok – Jukong – Pendabah – Jaddih – Keleyen - Sendang Daya - Sanggar Agung – Parseh – Masaran – Pamorah – Burneh - dan Bilaporah.


Kami berhenti beberapa kali untuk menikmati pemandangan dan kebersamaan. Pemberhentian pertama di sepanjang jalan tanah padas, area perladangan dengan vegetasi pohon trembesi dan tumbuhan perdu khas perbukitan.  Selaku "RC" dalam tim kami adalah Dharma Sunyata, Ketua Chapter FEvCI Jawa Timur (Sebelum si "gajah" bertransformasi menjadi badak kuning).


Bertindak sebagai tuan rumah, kawan kami selaku member asal Bangkalan, Junaidi Muhammad, memberikan penyambutan dan pengawalan kepada kami sampai pada penguasaan medan dan rute yang dilalui. Setelah berfoto, kami lanjutkan touring kecil kami melintasi ladang-ladang tandus dan perkampungan. Dan tibalah di pemberhentian kedua, yaitu area parkir  luar Bukit Jaddih. Di sini kami rehat sebentar dan melakukan ibadah salat zuhur. Fasum (fasilitas umum) masih sangat minim, terutama fasilitas ibadah. Beberapa kali kami harus bolak-balik menuju tempat ibadah yang tidak jelas petunjuknya. Ternyata permasalahannya adalah, tempat ibadah/surau/musala berada di arena wahana air/pemandian. Setiap pengunjung yang masuk harus membayar tiket, sedangkan yang hanya bertujuan untuk salat merasa “di-pingpong” dengan petunjuk yang tidak jelas. Semoga ke depan lebih baik dan lebih diperhatikan oleh Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi daerah tujuan wisata.



Usai menunaikan ibadah salat zuhur, kami lanjut ke puncak bukit melalui jalan bebatuan kapur menanjak dan berkelok. Indah dan menyenangkan. Kami pun berhenti di titik bukit tertinggi menikmati kuasa Allah yang luar biasa. Dari sini, Pulau Jawa terlihat di kejauhan.
 


Di tempat ini kami bersantap siang bersama dengan menu bebek sambal pecit, (salah satu kuliner yang populer di Pulau Madura). Tak hanya pesona bebatuan  yang memikat, keindahan alam sekeliling dapat dinikmati dari puncak Bukit Jaddih. Hamparan lazuardi biru, rerumputan hijau,  kebun yang luas dan asri, sungguh mampu menyejukkan hati.


Belum berhenti sampai di sini, kami melanjutkan perjalanan turun menuju telaga biru dengan tebing yang menjulang. Akses masuk menuju telaga biru di kaki tebing itu harus melewati tepian telaga  yang tergenang air dan mobil kami berenang tipis-tipis. 



Sampai di telaga ini, kami parkir di kaki tebing dengan mocong mobil menghadap ke danau menyerupai gajah minum atau seperti kapal yang bersandar di dermaga. Sedangkan anak-anak bermain rakit bambu mengelilingi permukaan telaga. 
 

Apabila Anda datang (kembali) ke sini, jangan berharap bisa menemukan tebing ini. Seminggu setelah kedatangan kami, Radar Madura mengabarkan bahwa tebing ini sengaja dirobohkan oleh pihak manajemen karena dipandang berbahaya dan rawan longsor.



Hanya waktu yang mampu mengingatkan kami akan jalan pulang. Setelah matahari condong dan redup sinarnya menerobos awan sampai ke bumi, lalu membias pada genangan air di tanah berair, kami bersiap untuk kembali ke daerah masing-masing. Salam perpisahan dilakukan di pemberhentian terakhir, berbagi salam, berbagi doa, dan … sampai jumpa dalam kebersamaan berikutnya. Semoga selalu sehat, ada umur, ada kesempatan, ada rezeki yang berkah, dan tetap semangat untuk saling berbagi.  



Selamat berpisah, kawan...
Insya Allah bersama lagi dalam ajang silaturahmi...

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Pendidikan Karakter dalam Gurindam Dua Belas 8 Mar 2018 7:09 PM (7 years ago)


  Karakter memiliki beberapa pengertian, namun dalam tulisan ini karakter yang dimaksud sepadan maknanya dengan watak atau budi pekerti. Sebagaimana tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu istilah karakter yang bertanda nomor 1 dengan penjelasan sebagai berikut:               

ka.rak.ter1 /karaktêr/
ka.rak.ter2 /karaktêr/
  1. n Komp huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik
  2. n Komp simbol grafis yang tampak sebagai tanda cetakan atau tampilan, seperti huruf alfabet, angka, atau tanda baca

Karakter dalam Pendidikan Indonesia Kurikulum 2013 begitu digaungkan bahkan dikuatkan dalam Peraturan Presiden. Dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2017 Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai representasi Pemerintah, yang bertanggung jawab dalam pembinaan karakter di sekolah, telah mengkristalkan pendidikan karakter dengan istilah baru yaitu  Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Kristalisasi Pengembangan nilai-nilai karakter yang sebelumnya sebanyak 18  tersebut kini hanya menjadi 5 Nilai Karakter yaitu:

1. Religius
2. Nasionalis
3. Mandiri
4. Gotong Royong
5. Integritas

 

Pertanyaan saya sebagai guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia/Sastra Indonesia SMA, mengapa materi SASTRA dalam Pendidikan Indonesia Kurikulum 2013 seolah ”dikebiri” bahkan tidak lagi sebagai hal yang dianggap penting dalam menumbuhkan karakter generasi Emas Indonesia. Dalam implementasinya, Pemerintah justru mencari formula lain tentang Pendidikan Karakter. Karakter mana lagi yang dicari? Dalam Gurindam Dua Belas dimuat pendidikan karakter yang luar biasa, yang seiring waktu akan terkubur jika tidak lagi dipandang oleh pemangku kebijakan Pendidikan Indonesia. Dalam Kurikulum 2013, gurindam tiba-tiba dimunculkan dalam materi pembelajaran, namun  tidak sinkron dengan apa yang ditulis secara eksplisit dalam Kompetensi Dasar (KD).

 

Gurindam yang sarat dengan pendidikan karakter tersebut telah lahir 171 tahun lalu di belantara sastra Indonesia. Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji pada tahun 1847. Beliau sastrawan, ulama, dan sekaligus Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.  Gurindam Dua Belas disusun menjadi 12 pasal, 82 bait, dan 164 baris. Namun Gurindam Dua Belas telah tersingkir dari Kurikulum Pendidikan Indonesia. Dalam khasanah kesusasteraan Indonesia, gurindam termasuk Karya Sastra Lama jenis   puisi. 


Gurindam adalah sajak yang terdiri atas dua baris tiap bait. Baris ke-1 dan baris ke-2 dalam gurindam memiliki hubungan yang berkesinambungan. Gurindam tidak bersampiran, baris pertama dan baris kedua (keduanya) merupakan isi. Gurindam memiliki sajak/rima sama (a-a) dan mengandung petuah atau nasihat, petunjuk, dan ilmu. 

Berikut adalah teks Gurindam Dua Belas.

 

Gurindam Dua Belas

Karya Raja Ali Haji 

 

Fasal 1
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma'rifat

Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.

Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.

 

Fasal 2
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua termasa.

Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.

Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.

 

Fasal 3
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.

Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.

Apabila terpelihara lidah,
niscaya dapat daripadanya paedah.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.

Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senunuh.

Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.

 

Fasal 4
Hail kerajaan di dalam tubuh,
jikalau lalim segala anggotapun rubuh.

Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.

Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketor.

Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.

 

Fasal 5
Jika hendak mengenai orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.

Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.

Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

 

Fasal 6
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh dimenyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,

 

Fasal 7
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah landa hampirkan duka.

Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.

Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.

Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.

Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.

Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.

Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.

Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.

 

Fasal 8:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.

Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.

Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.

Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar dan pada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syarik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan,
kebalikan diri diamkan.

Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.

 

Fasal 9
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaitulah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.

Kepada segala hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.

Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.

Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.

 

Fasal 10
Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.

Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.

Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.

Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.

Dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kafill.

 

Fasal 11
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.

Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.

Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.

Hendak marah,
dahulukan hajat.

Hendak dimulai,
jangan melalui.

Hendak ramai,
murahkan perangai.

 

Fasal 12
Raja muafakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.

Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.

Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh anayat.

Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.

Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.

Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.

Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.



Sumber:
KBBI
Perpres Nomor 87 Tahun 2017
Gurindam Dua Belas


Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Kakek Pejuang Telah Berpulang 6 Mar 2018 8:34 PM (7 years ago)


Seorang teman berkabar: "Kakek telah berpulang."
Aku tersentak, sejenak kutunduk menadahkan tangan
Doa indah kulantunkan untuknya, untuk Kakek Pejuang.

Aku tak butuh nama untuk mengenangnya
Cukup bagiku memanggilnya Kakek Pejuang, dan kesan pun sangatlah dalam.
Sejak saat itu, saat pertama bertemu, bertahun-tahun yang lalu
Saat dikisahkan padaku tentang suatu masa.
Masa revolusi kemerdekaan
Demi terbebasnya negeri dari tirani
“Demi harga diri sebuah bangsa, demi kedaulatan yang ingin dicabik kembali”, kata Kakek Pejuang penuh semangat, dengan suara tegas dan tatapan yang menyala-nyala dalam usia yang telah meredup senja.

Perjuangan tak hanya merebut kemerdekaan, tetapi mempertahankannya kembali dari Agresi Militer Belanda. Lalu, berkisahlah Kakek tentang zaman perjuangan, tentang kehidupan rakyat di masa penjajahan, tentang para lelaki yang bermarkas di hutan, tentang taktik pembumihangusan, tentang segala cerita pada masa itu, tentang....

Dan kami pun tenggelam dalam samudera cerita Kakek Pejuang...

Kisah Kakek Pejuang memberi kilatan padaku
Tentang tokoh Pak Mantri dalam peristiwa Daerah Tak Bertuan
Ia pun tak perlu dikenal nama, semua orang memanggilnya Pak Mantri hanya karena ia  seorang pensiunan mantri garam. Dihabiskan sisa usianya untuk berjuang di daerah tak bertuan, antara Surabaya, Gresik, Lamongan, Malang, Jombang, Mojokerto, dan Kediri. 

Suatu saat ia mendapat perintah rahasia dari Kaelani, Komandan Pasukan Liar, untuk mengantar sekampil permata sebagai dana perang gerilya pasca kemerdekaan ke Markas Pertahanan RI di Mojokerto dengan pengawalan Truno, seorang bekas penjahat yang pernah dipenjarakan di Nusa Kambangan. Truno sama sekali tidak mengetahui untuk apa ia ditugaskan. Di tengah perjalanan, di antara pematang sawah, Truno menghentikan langkah Pak Mantri dan bertanya, untuk apa dia mengawal tugas ini. Ia memaksa Pak Mantri untuk menjelaskannya. “Jika saya harus mati, saya akan mati dengan ikhlas Pak Mantri, tolong jelaskan untuk apa saya mengawal Pak Mantri”. Walaupun awalnya sempat curiga kepada Truno yang bisa saja membunuhnya lalu membawa lari permata yang dibawanya. Namun Pak Mantri mampu menghadapi dengan tenang dan menjelaskan tentang tugas rahasia tersebut kepada pengawalnya itu.

Kepercayaan itu mampu meluluhkan hati Truno. Ia menangis sambil memeluk erat tubuh Pak Mantri dan bersumpah untuk setia mengawal Pak Mantri sampai ke tujuan.  Sesaat kemudian, belumlah mereka berdua melanjutkan perjalanan ke tujuan, terdengar bunyi pesawat musuh terbang rendah bergemuruh dan mendesing. Mortir dijatuhkan dari pesawat musuh dan meledak persis di dekat mereka berdua. Truno mengerang terkena pecahan mortir dan ia menghembuskan napas terakhirnya.

Akhirnya tugas berat membawa amanah tersebut dilaksanakan Pak Mantri seorang diri setelah Truno gugur. Dengan semangat tetap menyala ia  berjalan kaki melintasi daerah tak bertuan, daerah yang tidak dikuasai oleh salah satu pemerintahan, baik Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Hindia Belanda dalam agresi militernya. Pak Mantri berhasil dengan selamat menyerahkan sekampil permata sesuai dengan tujuan.

Pak Mantri tertegun. Kematian Truno sangat berkesan dan membekas di hatinya. Ia pun bertekad untuk menebus kematian Truno dengan menyelinap ke daerah pendudukan untuk membuat peta lebih sempurna. Ia memohon izin kepada Komandan Kaelani untuk melengkapi peta daerah seberang sungai Cerme yang dikuasai tentara Ghurka-Inggris. Ia akan menyelundup ke sana sendirian. Dalam rerimbun kebun tebu, ia mengikuti jejak kaki yang besar, jejak kaki musuh. 

Namun tekad dan keberaniannya berakhir sangat memilukan. Pak Mantri berpapasan dengan lawan sendirian, ia mengacungkan pistol Colt ke arah si Mata Biru, namun senjata canggih Tommy Gun lebih dahulu melesatkan peluru ke dada Pak Mantri. Tembakan itu terdengar sampai ke Daerah Tak Bertuan. Dan mereka semua, pasukan Pejuang Liar, mengetahui apa artinya itu. Pak Mantri telah gagal menjalankan misi rahasianya. Pak Mantri gugur dalam pertempuran tak seimbang melawan serdadu Ghurka.

”Esok harinya Pak Mantri keluar dari markas kecil itu menuju daerah tak bertuan. Di pundaknya
tergantung granat kuning pada epolet dan pistol colt jepang terselip di lipatan sarung yang diikatkan   di pinggangnya. Topi mendong dibenamkan di kepalanya, usianya yang renta, mukanya penuh keriput, mata kecil dan cekung, merupakan tameng yang baik untuk mengelabui serdadu Ghurka. Dengan kaki yang teguh Pak Mantri menyelinap di antara rumpun-rumpun yang lebat. Ia pasrahkan hidup dan matinya kepada Tuhan. Ketika tangannya yang kering itu menarik pistol di pinggangnya, tembakan Tommy Gun lebih dahulu menembus dadanya. Serdadu Ghurka itu terkejut melihat lawannya seorang diri. Topi mendong yang terlepas dari kepalanya menyembulkan rambut kelabu di balik destarnya. Air muka yang hitam, kering, dan keriput oleh terik matahari, usia, dan derita. Lelaki tua berdrill coklat tak berdaya itu berlumuran darah. ”



Selamat jalan Kakek Pejuang, beristirahatlah bersama para Syuhada Perang Kemerdekaan...
Terima kasih telah memberiku kisah yang penuh inspirasi. 



Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Rasa itu Bernama Rindu 1 Jun 2017 9:33 PM (7 years ago)

  
Bersama para siswi HWKS
Saat itu tahun 2015
Saya dan beberapa teman mendapat kesempatan dari sekolah untuk mendampingi Program Students Exchange di Hatyai Wittayakarn School (HWKS) Thailand (Sebelumnya saya juga sudah pernah datang ke kota ini dalam suatu muhibah).

Ada satu hal yang menggores rasa, ketika akan meninggalkan HWKS, saya merasa sedih saat  mendengar pertanyaan seorang murid.
 "Kapan Ibu akan kembali?"
 "Suatu saat saya akan kembali ke sini, insya Allah",  jawaban itu sebenarnya hanya sekadar untuk menenangkan sekaligus menyenangkan.
"Fii amanillah", katanya perlahan.
"Aamiin, terima kasih", lambaian tangan dan rasa berat hati semakin sesak.

Saya tinggalkan Hatyai dengan perasaan sedih. Sepanjang perjalanan kami terus berkomunikasi dengan sahabat melalui chat WA sampai memasuki border Sadao-Bukit Kayu Hitam. Karena di situlah batas akhir wilayah layanan internet yang saya gunakan. Deg. Sepi. Rasa tak karuan. Hati makin sedih. Serasa ada yang hilang dan tak kembali lagi.

Tahun berganti....

Saat ini tahun 2017. 
Tidak disangka-sangka, saya benar-benar bisa kembali ke Hatyai Wittayakarn School (HWKS) walaupun dalam acara silaturahmi biasa dan sebentar. Perasaan sangat senang dan bahagia. Banyak kemajuan dan perubahan yang terjadi. Sejak dari pintu gerbang sekolah saya mengamatinya dengan kagum. Perkembangan sekolah yang luar biasa. Tidak cukup hanya memperhatikan dari depan, tetapi  saya juga mengelilingi kompleks sekolah sampai di belakang dormitory bersama guide istimewa yang juga pejabat di sekolah tersebut, yaitu  Ustadz Sodeeq dan Ustadz Abdulloh Seng. Di belakang dormitory sedang dibangun rumah-rumah guru. Masih terngiang sahabat saya berkata: "Someday, kalau datang lagi ke sini tak perlu menginap di hotel. Di sini ada kamar yang siap ditempati."

HWKS terletak di Kota Hatyai, Provinsi Songkhla, Thailand. Ini adalah sekolah Islam terbesar di sana. Sekolah Islam terpadu dengan sistem boarding ini memiliki jaringan internasional dengan sekolah-sekolah Islam (JSIT) di berbagai negara, termasuk Indonesia. Saat pertama kali saya datang, sekolah ini hanya terintegrasi setingkat SMP-SMA (ada 6 jenjang kelas mulai dari matthayom 1 sampai dengan matthayom 6). Tahun ini mulai dibangun Elementary School. Semoga dapat selesai sesuai dengan rencana. Yang sangat menginspirasi dari HWKS adalah: di sana para guru masih relatif muda, agamis, pintar, kreatif, berdedikasi, dan  bermental pejuang. Para guru di sekolah ini sering juga berkunjung ke berbagai kota/provinsi di Indonesia dalam misi memajukan pendidikan di Hatyai. Bahkan, mereka belajar tentang olahraga panahan/memanah sebagai kegiatan ekstrakurikuler di Indonesia yang diimplementasikan sebagai mata pelajaran (intrakurikuler) di HWKS.


Di HWKS ada beberapa program yang berbeda dengan sekolah kami. Karena sekolah Islam dan boarding, para siswa di sini setiap hari melakukan salat lima waktu berjamaah. Termasuk salat subuh, dilanjutkan kajian agama sampai kira-kira pukul 06.00 waktu setempat yang sebenarnya sama juga dengan WIB. (Karena waktunya sama-sama GMT + 7. Jadi waktu Thailand sama dengan WIB (Waktu Indonesia Bagian Barat). Salat berjamaah dan kajian agama dilaksanakan di masjid yang berbeda antara siswa dan siswi. Setelah itu dilanjutkan makan pagi bersama di kantin dengan sistem bayar non-uang, tetapi menggunakan semacam kupon. Lalu kapan sekolah dimulai? Sekolah baru dimulai sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Di sekolah ini para siswa menguasai bahasa Inggris, komputer, teknologi, dan agama yang kaffah.
Jam dunia menunjukkan waktu yang sama antara WIB dengan Thailand
Ini kali ke-4 saya datang ke Hatyai. Dan yang paling berkesan adalah kedatangan saya yang ke-4 ini. Malam terakhir di sana saya dijemput di hotel oleh para sahabat istimewa, walapun hanya sekadar bernostalgia berkeliling kota, jalan-jalan, "kongkow" di kafe menikmati makanan khas: tom yam yang kecut segar dan penuh rempah serta sari laut, minuman hangat, sambil berbincang tentang banyak hal. Seolah alur cerita flash back, kami juga mengingat kembali pelajaran bahasa yang dahulu pernah diajarkan di dalam mobil sepanjang perjalanan lintas batas dari dan ke Hatyai-Penang. 

Kejadian yang bikin tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya adalah: Ketika itu kami berkendara mobil dari Hatyai ke Penang. Saat kembali dari Penang itulah petugas border memeriksa paspor saya yang hampir kedaluwarsa dan petugas tersebut "marah-marah". Saat itu saya merasa cemas, khawatir tidak diperkenankan "pulang" ke Hatyai. Kemudian, sahabat saya menjelaskan kepada petugas itu bahwa saya adalah guru yang bertugas di sana dan dalam beberapa hari lagi akan kembali ke Indonesia. Lalu kami diizinkan melanjutkan perjalanan. Hmmmmm.... lega rasanya.

Kembali ke alur semula....

Esok paginya, saya meninggalkan Hatyai lagi. Perasaan yang sama dengan dua tahun lalu terulang kembali. Namun, datang dan pergi adalah sunatullah, maka jalanilah apa yang harus dijalani. Saya pun menikmatinya: duka dalam suka, suka dalam duka.

Duuuh.... kapan bisa kembali lagi ke sana?

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Deklarasi FEvCI Chapter Jawa Timur dan Family Touring 4 Aug 2016 7:52 PM (8 years ago)

Pengantar

Minggu, 31 Juli 2016 adalah hari bahagia bagi keluarga Ford Everest Club Indonesia (FEvCI) Chapter Jawa Timur. Hari itu, FEvCI Chapter Jawa Timur dideklarasikan di Bonderland (tempat wisata milik Koh Jacub Eko Setiawan) Pakisaji, Kabupaten Malang. Usai deklarasi dilanjutkan pengukuhan pengurus inti.  Pengukuhan dilakukan dengan memakaikan secara simbolis topi FEvCI (sebagai salah satu atribut resmi FEvCI Chapter Jawa Timur) oleh Penasihat kepada Ketua. Deklarasi tersebut dihadiri dan didukung oleh member FEvCI Jawa Timur (bersama keluarga masing-masing) yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan Madura, Jember, Malang Raya,Tuban, Jombang, dan Trenggalek dengan total keseluruhan 58 orang. 

Acara Deklarasi FEvCI Chapter Jawa Timur:

1. Pembukaan
2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
3. Pidato Ketua Chapter
4. Pengukuhan Pengurus Inti
5. Pembacaan Ikrar Member FEvCI Jawa Timur
6. Pembacaan Doa
7. Tasyakuran dan Ramah Tamah
8. Mini Touring
9. Sayonara

Pengurus FEvCI Chapter Jawa Timur:

Penasihat:
Jacub Eko Setiawan (Kabupaten Malang)
Lilis Indrawati (Kota Malang)

Ketua Chapter: Dharma Sunyata (Surabaya)
Sekretaris: Isnaini Hadi Saputra (Jember)
Bendahara: Moh. Junaidi (Bangkalan)
Humas: Moch. Faried (Sidoarjo)

Korwil Sidoarjo: Trisnu Handono
Korwil Malang: Reza Kurniawan
Korwil Jember: M. Nazim
Korwil Jombang: Misbahudin
Korwil Trenggalek: Ati Aji
Korwil Tuban: Adi Suprayono

Photo by: Moh. Junaidi
Mini Touring

Setelah seremonial Deklarasi, dilanjutkan mini touring menjelajah desa, kebun, sawah, bukit, hutan, dan beberapa pantai di wilayah Malang Selatan. Destinasi utama kami adalah Pantai Kondang Merak karena memiliki tipologi wilayah yang kompleks, mulai dari tanjakan, turunan, jalan berbatu, kerikil tajam, jalan berliku, tanah becek nan licin, lumpur, pasir, hutan, dan pantai. Kondisi medan yang seperti itu merupakan kelemahan dan hambatan bagi sebagian orang, namun merupakan tantangan untuk kami, anggota Ford Everest Club Indonesia.
Photo by: Lis

Selain tantangan berupa kondisi alam dan kontur tanahnya, hal menyenangkan yang bisa menggugah selera adalah kuliner di Kondang Merak menyajikan berbagai menu khas pantai seperti gurita asam manis, gurita saus tiram, kuah pedas kepala ikan laut, fish kebab, dan menu andalan sate tuna. Keterampilan masyarakat kampung nelayan Kondang Merak dalam mengolah masakan serba ikan tak lepas dari perjuangan seorang mantan pelayar internasional yang mengasingkan diri dan menghabiskan hidupnya di pedalaman pantai Kondang Merak. Beliau (nama tidak saya sebutkan) mengajarkan tentang cara memasak yang enak, mengolah hasil laut, budidaya terumbu karang, rumput laut, penanaman pohon bakau, dan pelestarian lingkungan. Selain itu, kampung nelayan Kondang Merak yang tidak pernah tersentuh aliran listrik negara, dapat menikmati cahaya terang dari listrik tenaga surya yang diusahakan sendiri melalui perjuangan “pahlawan” tersebut.
Photo by: Lis

Sekilas Tentang Kondang Merak

Bagi saya pribadi, ini kali ke sekian berkunjung ke Kondang Merak. Sejak tujuh tahun lalu (bersama pengurus OSIS/MPK dan Pembinanya) saya sudah mulai akrab dengan lingkungan Kondang Merak dalam misi reboisasi hutan bakau di sekitar kondang dan membuat “rumah baca” bagi anak-anak nelayan di sana. Secara berkala kami datang untuk mengetahui perkembangan di sana. Namun, setelah saya pindah tugas, tidak lagi sempat berkunjung ke sana dalam misi lingkungan.
Photo by: Lis

Pesona alam Kondang Merak sesungguhnya tidak hanya pantainya yang indah dan bersih, namun juga telaga air payau, dan air terjun yang dapat dicapai dengan tracking menyusuri jalan setapak dan semak belukar ke arah timur dari garis pantai, kemudian mengikuti sisi kiri telaga. Sesekali harus jalan merunduk untuk menghindari ranting-ranting pohon liar yang menutup bagian atas jalan, membentuk semacam terowongan.

Photo by:Reza
Tumpahan air terjun mengalir membentuk sungai  ke arah laut. Selain itu, hempasan air laut ke daratan juga membentuk anak sungai yang bermuara di telaga. Itulah pertemuan air tawar dan air laut terjadi dan membentuk air payau. Telaga air payau itulah yang dalam bahasa lokal disebut dengan “kondang”. Dinamakan Kondang Merak karena telaga tersebut dahulu merupakan tempat kawanan burung merak turun minum. Namun pada tahun 1980-an merak berangsur-angsur punah akibat perburuan liar orang-orang yang egois dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian alam. Saya sarikan informasi ini berdasarkan hasil perbincangan dengan beliau, seseorang yang telah saya ceritakan di awal.
Photo by: Lis

Dalam touring kali ini kami punya misi untuk mempromosikan wisata di wilayah Malang Raya melalui foto, video, dan cerita kepada khalayak umum, teristimewa kepada kawan sesama club karena induk FEvCI Chapter Jawa Timur adalah FEvCI Pusat yang berkedudukan di Jakarta dengan member di seluruh Indonesia. Oleh karena itu target kami bukan jarak dan waktu tempuh minimal menuju destinasi, sehingga jalur yang kami tempuh melambung dimulai dari Taman Rekreasi dan Kampung Seni Bonderland Pakisaji Kabupaten Malang (Milik Cak Jacub Eko Setiawan) dengan rute:
Pakisasji-Kepanjen-Gondanglegi-Turen-Suwaru-Sumberejo-Bantur-Sumberbening-Bandungrejo-Tumpakrejo-Srigonco-Sitiarjo-Tambakrejo-Sumberagung-Hargokuncaran-Druju-Sumbermanjing Wetan-Banjarejo-Gondanglegi Kulon-Bulupitu-Sukorejo-Kedung Pedaringan-Kepnajen.
Photo by: Lis

Dari rute yang kami lalui tersebut, ada dua pantai kami singgahi dan beberapa pantai lainnya kami lewati, yaitu pantai Kondang Merak, Pantai Selok, Pantai Ngantep, Pantai Goa China, Pantai Bajul Mati, dan Pantai Tamban.  Di area Pantai Tamban inilah senja perlahan mulai menghilang. Hari beranjak malam. Kami menyusuri gelap malam di antara sawah, lembah, hutan, bukit, dan perkampungan.
Photo by: Lis

Di rumah makan Nayamul Kepanjen, kami berkumpul untuk berpisah melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing, ke kota masing-masing. Next trip selalu kami nantikan untuk membina komitmen silaturahmi di antara kami, sesuai dengan slogan FEvCI Chapter Jawa Timur “Guyup rukun seduluran saklawase” artinya: Persaudaraan yang solid dan rukun untuk selamanya. (Lis)



Photo by: Lis




Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Beserta Kesulitan Ada Kemudahan 24 May 2016 5:34 PM (8 years ago)


Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia mempunyai tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Oleh karena itu dibutuhkan usaha, kerja keras, rasa optimis, dan semangat pantang menyerah untuk mewujudkannya. Guna mencapai titik pencapaian tertinggi dibutuhkan motivasi yang meningkat secara terus-menerus. Karena dalam perjalanan menuju cita-cita hakiki, kita sering menghadapi kendala dan kegagalan, bahkan terkadang jatuh pada titik terendah, depresi, dan stress (Naudzubillahimindzalik). Pada kondisi demikian kita harus kuat dan segera bangkit walau tertatih dan terasa perih. 


Banyak orang mengalami kegagalan ketika hampir mendekati kesuksesan. Hal itu terjadi karena sifat manusia yang cenderung lemah, mudah meyerah, dan putus asa. Ini tidak boleh terjadi karena hidup perlu ketegaran, perjuangan, dan semangat pantang menyerah  untuk menggapai kesuksesan. Ibarat mendaki gunung dan telah mendekati puncak triangulasi kita sering dihadang oleh kondisi fisik yang lemah, napas yang berat, dan oksigen seolah sulit dihirup, atau bahkan cuaca buruk, badai, dan  keadaan alam yang ekstrem tak bersahabat (Ini pengalaman pribadi saat mendaki gunung). Oleh karena itu, kemampuan dan pengetahuan menuntut kita harus bisa survive untuk bertahan hidup demi tercapainya tujuan. Demikianlah gambaran manusia berjuang demi masa depannya.
           
Di balik kesuksesan pasti ada jalan panjang, yang bercerita tentang perjuangan dan pengorbanan, kendala dan kesabaran, serta harapan yang terus menyala dan doa-doa yang tak pernah padam. Tidak ada jalan pintas menuju sukses. Rintangan yang menghadang dan celaan-celaan yang melemahkan sering menjadi penyebab kegagalan. 
Kita harus bisa memotivasi diri sendiri di saat gagal dan terpuruk. Kalimat klise yang sering kita dengar adalah “Orang yang sukses bukanlah mereka yang tidak pernah gagal.”  Hampir semua manusia pernah mengalami kegagalan, apa pun jenis dan berapa pun tingkatannya. Namun, mereka dapat dikatakan memiliki modal kesuksesan dan akan menjadi sukses jika pada saat gagal, mereka tidak berlarut-larut meratapi kegagalannya.  Segera bangkit dengan suntikan motivasi yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Sedangkan orang gagal melakukan sebaliknya, mereka semakin terpuruk dalam jurang penderitaan. Akibatnya mereka tidak mampu bangkit dan menyerah kalah. 
           
Jika “segala sesuatu akan indah pada waktunya”, maka jangan pernah menyerah. Karena hidup bukan persoalan kalah dan menang melainkan maju terus, bangkit, dan bergerak. Karena kita tidak mungkin terus berlayar, dan tidak akan pernah tahu sampai di pelabuhan mana perahu kehidupan kita bersandar, lalu mimpi kita pun akan terhenti. Lengkapilah perjuangan kita mencapai kesuksesan dengan keteguhan dalam menjalankan ajaran agama. Kuatkanlah dengan doa. Dalam doa ada harapan, misteri, dan keistimewaan seorang hamba dalam genggaman Tuhan Yang Mahakuasa. Yakinkan pada diri sendiri bahwa Tuhan akan membantu kita dalam mengatasi setiap kesulitan. Dengan semangat, kerja keras, dan bangkit dari keterpurukan, kita pasti berhasil mencapai harapan dan cita-cita.
Mari kita berjuang meraih mimpi. Tuhan bersama orang-orang yang memperjuangkan hidupnya. 

             Sebagaimana Allah swt, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah mengatakan dalam surat Al Insyirah: Bahwa setelah kesulitan ada kemudahan, bahkan bersama kesulitan disertai kemudahan. Pernyataan tersebut diulang sebanyak dua kali dalam surat tersebut sebagai penegasan untuk menyakinkan hambanya.
 
Photo by: P3c3q
***

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Teknik Pancingan Kata Kunci dalam Pembelajaran Menulis Puisi 15 May 2016 10:19 PM (8 years ago)

Dalam Kurikulum hasil revisi (ke empat) Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/SMK/MAK) Tahun 2016, materi sastra mulai dimunculkan. Berikut data kembalinya sastra dalam Kurikulum 2013 revisi Silabus tahun 2016.


  

Sejak diimplementasikan Kurikulum 2013 pada awal Tahun Pelajaran 2013/2014 (sampai dengan edisi revisi ke-1, 2, dan 3), Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA terasa kering dan tandus tanpa hadirnya sastra. Kelas X sama sekali tidak tersentuh sastra, kelas XI hanya Teks Pantun dan teks Cerpen, sedangkan Kelas XII hanya Teks Cerita Fiksi dalam Novel.

Alhamdulillah, di tahun 2016 ini “Puisi” hadir kembali sebagai materi pembelajaran kelas X SMA. Terlepas dari kerumitan dan ketimpangan materi yang telah dipelajari terdahulu; dan (tentu saja) betapa mubazirnya jutaan eksemplar buku paket bahasa Indonesia yang telah diterbitkan dan digunakan di sekolah karena lebih banyak perbedaanya daripada kesamaannya. Sebelumnya, masing-masing tingkatan kelas hanya mempelajari 5 teks yang tidak berisi apa-apa karena bahasa Indonesia tidak lagi dipandang sebagai ilmu yang harus dipelajari, tetapi hanya sebagai alat penghela ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, hadirnya kembali sastra sungguh menggembirakan.

Tentang teknik pembelajaran menulis puisi, berikut tulisan saya empat tahun lalu yang telah saya sesuaikan dengan kompetensi dasar berdasar Kurikulum 2013, Draf Silabus edisi revisi tahun 2016:

Teknik Pancingan Kata Kunci dalam Pembelajaran Menulis Puisi

Keterampilan menulis puisi pada pembelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas X tertuang dalam Kompetensi Dasar 4.17: Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
Menulis puisi merupakan kegiatan reproduksi pikiran dan perasaan menjadi tulisan. Menulis itu penting. Tulisan tidak sekedar dipandang sebagai kompetensi linguistik seseorang, namun banyak manfaat yang diperoleh dari menulis, khusunya menulis puisi. Selain dapat menunjukkan kekayaan intelektual penulisnya, menulis puisi merupakan ajang kreativitas, tempat mencurahkan isi hati dan pikiran, sarana untuk mengurangi beban perasaan, wujud eksistensi diri, bahkan sumber komersialisasi. 



Dalam mengembangkan proses kreatif menulis puisi diperlukan wawasan yang luas, kepekaan rasa, dan daya bayang (imajinasi) yang tinggi. Ketiadaan unsur-unsur itulah yang menjadi hambatan siswa dalam menulis puisi. Beberapa ungkapan yang sering dikatakan siswa ketika mereka belajar menulis puisi antara lain: kesulitan memulai, galau dalam menentukan ide, bingung memilih kata yang tepat, atau “mati gaya” dalam merangkai diksi menjadi larik, larik menjadi bait, sehingga tersusun kesatuan puisi dengan bahasa yang estetis. Akibatnya, puisi yang dihasilkan terlalu “kering”, bahasanya monoton, dan tidak terlalu berbeda dengan bahasa koran. Oleh karena itu dalam pembelajaran menulis puisi diperlukan salah satu teknik yang dapat membantu siswa agar terampil menuangkan gagasan dalam bentuk puisi yaitu teknik Pancingan Kata Kunci.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pan•cing•an berarti 1) yang dipakai untuk memancing (memikat, menarik hati, dsb); 2) kata-kata (perbuatan dsb) untuk mencari sebab. Sedangkan kata kunci diartikan sebagai berikut: kata kunci 1) kata atau ungkapan yang mewakili konsep atau gagasan yang menandai suatu zaman atau suatu kelompok; 2) kata atau ungkapan yang mewakili konsep yang telah disebutkan. Berdasarkan makna leksikal tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancingan Kata Kunci dalam pembelajaran menulis puisi adalah teknik yang dilakukan oleh guru dengan cara memberikan stimulasi berupa kata-kata pokok sebagai panduan untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam memilih, menentukan, dan mengeksplorasi diksi menjadi puisi. Dengan teknik Pancingan Kata Kunci siswa lebih mudah menuangkan dan mengembangkan gagasannya menjadi puisi.

Secara umum pelaksanaan teknik Pancingan Kata Kunci dalam menulis puisi dapat dijelaskan dalam tiga tahap.

(1) Tahap Pemodelan.
Siswa diajak menyimak pembacaan puisi yang dilakukan langsung oleh siswa/guru atau melalui rekaman video. Dengan pembacaan tersebut siswa dikenalkan kepada unsur-unsur yang membangun puisi. Siswa diajak berdiskusi tentang struktur fisik dan struktur batin puisi, antara lain tipografi, diksi, majas, rima, nada, tone, tema, dan amanat.
(2) Tahap Pemberian Kata Kunci.
Guru memberikan pancingan kata kunci dengan batasan kriteria dan tema tertentu.
(3) Tahap Penulisan.
Siswa mengembangkan kata kunci yang diberikan oleh guru sesuai dengan batasan kriteria dan tema yang ditentukan.
Contoh pancingan kata kunci yang diberikan guru sebagai berikut.

A. Tugas 1

1) Tema bebas, baris puisi dimulai dengan “aku ingin”.
2) Masukkan unsur-unsur berikut ke dalam larik:
a. warna
b. manusia
c. bunyi
3) Minimal lima larik.
4) Waktu 10 menit.


Dan contoh puisi yang dihasilkan siswa sebagai berikut:

Asaku

Aku ingin menjadi satu gawang berwarna putih di lapangan luas
dan engkaulah sang bola
yang menjadi incaran berpasang-pasang mata
“braak!” semua orang beradu tubuh
mengejarmu dalam ambisi membuncah
tanpa keluh kesah
hiruk pikuk
lalu lalang
namun…
hanya kepadakulah engkau datang


(Puisi karya Annisa Rifqiana Kelas X)


Akulah Jantungmu

Aku ingin menjadi jantung
yang selalu berdetak di dada ibuku
“dagdug dagdug dagdug” sepanjang waktu.
Aku tak ingin berhenti
agar ibuku selalu hidup bersamaku
melebur semangat dalam ikatan hati

Siang dan malam aku tak lelah
Apalagi menyerah
Karena ibuku telah bertaruh nyawa
Bersimbah merahnya darah
Melahirkan aku


(Puisi karya Rahardi Mundi Kelas X)
***

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?